Alamat

Jl Diponegoro Gg. III Cepu - Jawa Tengah Indonesia

Jumat, 20 April 2012

Ibnu Katsir Tidak Ahli Hadis

Dalam suatu pengajian yang di adakan di kampung saya Kampung Semangat Cepu ada suatu pernyataan mengejutkan dari seorang Kyai yang cukup terkenal namanya yang menyatakan bahwa sebenarnya Ibnu Katsir adalah seorang ilmuwan yang ahli sejarah tetapi bukanlah ahli hadits. Buktinya dalam kitab beliau Tafsir Ibnu Katsir banyak terdapat hadits-hadits lemah bahkan palsu yang dikutipnya. Kemudian beliau memberikan contoh tafsir Ibnu Katsir dalam surat al-Baqoroh ayat 102 tentang malaikat Harut dan Marut dan hadits palsu di dalamnya.
Perkataannya ini cukup mengejutkan saya karena seingat saya Ibnu Katsir termasuk ilmuwan yang terkenal dalam ilmu hadits dalam kalangan ulama bahkan beliau menulis suatu kitab ulumul hadits yang merupakan ringkasan dari kitab Muqoddimah Ibnu Sholah. Bahkan kitab tafsirnya Ibnu Katsir diakui oleh para ulama sebagai kitab tafsir bil ma’tsur (berdasarkan riwayat) yang terbaik setelah tafisr Ibnu Jarir ath-Thobariy.
Karena itu saya tertarik untuk meneliti lebih lanjut untuk meneliti pernyataan kyai tersebut.

Pertama-tama marilah kita lihat siapakah sebenarnya Ibnu Katsir itu ?
Beliau adalah al-Imam al-Jalil al-Hafidz ‘Imaduddin Abu al-Fida Isma’il bin Amr bin Dhaw bin Katsir bin Zar’a al-Bashriy ad-Dimasyqiy.
Menurut para ulama beliau adalah ahli tafsir, ahli hadits dan ahli fiqih dan ahli fiqih mazhab Syafi’iy. Lahir pada tahun 700 H dan wafat tahun 774 H.
(lihat biografinya dalam Durarul Kaminah Fi A’yanil Mi-ah wa ats-Tsaminah, Syadzaratudz Dzahab dan Thobaqotul Mufassirin karya Daudi).
Jadi ucapan kyai tersebut bahwa Ibnu Katsir bukan ahli hadits adalah pernyataan yang kurang tepat karena ulama-ulama yang telah menulis biografi para ulama justru menyatakan bahwa Ibnu Katsir adalah ahli hadits.

Pernyataannya yang kedua bahwa bukti Ibnu Katsir tidak ahli hadits bahwa dalam kitab tafsirnya banyak terdapat hadits lemah bahkan palsu, benarkah demikian ?
Muhammad Husain Dzahabi dari Majma’ Buhuts al-islamiyyah Kairo dalam kitabnya al-Israiliyyat fit Tafsir wal-Hadits (edisi terjemah Indonesianya Israiliyyat dalan tafsir dan hadits) memberikan pernyataan:
Kitab tafsir yang termasyhur yang meriwayatkan cerita-cerita Israiliyyat lengkap dengan sanadnya, kemudian cerita-cerita yang batil, disertai komentar dan penjelasan kecuali hanya sedikit sekali yang tidak diberi penjelasan adalah kitab Tafsir Hafidz Ibnu Katsir yang disebut Tafsir al-Quran yang Agung.
Tafsir ini adalah kitab tafsir bil Ma’tsur yang termasyhur. Dengan kemasyhurannya ia dianggap sebagai kitab yang kedua setelah tafsir Ibnu Jarir ath-Thobariy dan ia (Ibnu Katsir) banyak menukil darinya. Ibnu Katsir meriwayatkan berita-berita dengan mengemukakan sanad-sanadnya, sebagaimana Ibnu Jarir. Ia berbeda dengan Ibnu Jarir karena ia meneliti apa yang diriwayatkannya dengan penelitian yang sangat baik, dan dengan kemahirannya sebagai ahli hadits ia mengetahui cacat-cacat hadits serta mengetahui mana yang kuat dan mana yang lemah dalam hadits.
Perbedaan penting antara tafsir Thobariy dengan tafsir Ibnu Katsir adalah tafsir Ibnu Katsir memperingati isi tafsir bil ma’tsur dari kemungkaran dan keanehan cerita-cerita Israiliyyat. Kadangkala ia memperingatkan secara global dan kadangkala ia memeperingatkan secara terperinci jika dalam cerita Israiliyyat terdapat kedustaan dan kepalsuan.
(Israiliyyat dalan tafsir dan hadits hal 155-156, lihat pula ulumul Quran karya Manna’ al-Qoththon)
Dengan demikian bukti yang dikemukakan kyai tersebut tertolak oleh kitab tafsir itu sendiri yang justru menunjukkan keahlian Ibnu Katsir dalam bidang hadits.

Bagaimana dengan pernyataan ketiga kyai tersebut tentang bukti hadits palsu dalam Surat al-Baqoroh ayat 102 yang menunjukkan ketidak ahlian Ibnu katsir dalam hadits ?
Ini telah dijawab sendiri oleh Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya dimana setelah beliau menceritakan kisah-kisah yang aneh itu dan melarang apa yang dikisahkannya itu dengan persyaratan sebagai berikut:
Sesungguhnya kisah tentang Harut dan Marut telah diriwayatkan dari dari jama’ah tabi’in seperti Mujahid, Su’udi, Hasan al-Basri, qotadah, Abu ‘Aliyah, az-Zuhriy, Rabi’ah bin Anas, Muqotil bin Hayyan dan yang lainnya. Telah mengisahkan pula terhadap riwayat itu segolongan mufassirin, baik mutaqoddimin maupun mutaakhkhirin. Semua uraian itu kembali pada cerita-cerita Bani Israil, karena dalam kisah itu tidak terdapat hadits marfu’ (yang langsung pada Nabi) yang sahih sanadnta kecuali jika ada ucapan Nabi yang benar dan terpelihara (ma’shum) yang tidak berbicara berdasarkan hawa nafsunya. Kenyataannya urutan-urutan ayat al-Quran tentang masalah ini adalah secara umum (global) tanpa uraian yang panjang. Kita beriman kepada apa yang dinyatakan al-Quran sesuai dengan kehendak Allah SWT. Dan Allah Maha Mengetahui akan hakikat sesuatu.
(Tafsir Ibnu Katsir hal 141 juz 1)

Dari sekelumit uraian saya tadi maka anggapan Kyai tadi terhadap Ibnu Katsir yang katanya bukan ahli hadits adalah perkataan yang tidak berdasarkan penelitian dan bukti yang akurat, yang sayangnya beliau sampaikan kepada masyarakat umum sehingga memberi pengetahuan yang tidak benar dan mengurangi martabat seorang ulama yang telah diakui kedudukannya dalam dunia Islam.

Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
[An-Nisa: 58]
Termasuk dalam masalah kedudukan seorang ulama kita pun harus adil, jujur dan berhat-hati dalam penilaiannya jangan sampai menguranginya atau menambahnya dengan tidak semestinya.

Rasulullah SAW bersabda
Tempatkanlah manusia itu sesuai dengan kedudukannya.
[Hadits Riwayat Abu Dawud dengan sanad yang munqothi, dan disebutkan dalam muqoddimah Sohih Muslim secara ta’liq, dan dalam Ma’rifatu Ulumil Hadits al-Hakim dan beliau menyatakan kesahihannya]

Semoga bermanfaat.

2 komentar:

  1. saya adalah salah satu dari sekian juta bahkan milyaran santri yang sangat mengagumi beliau Ibnu Katsir. salut dengan kita tafsirnya. pengen sekali menghafalnya. tp belum mampu. doakan semoga bisa atas izin dari Gusti Alloh. amin

    BalasHapus
  2. saya adalah pengagum ibnu katsir. pengen sekali bisa menghapal kitab tafsir beliau. mudah-mudahan. amin

    BalasHapus