Berikut ini adalah buku karya Habib Munzir al-Musawa yang membahas
masalah-masalah yang diperselisihkan antara umat Islam terutama yang
sering di angkat oleh kelompok salafi (wahabi), misalnya masalah
tawassul, maulud dan yang lainnya.
1, Kenali Akidahmu
Pdf
2, Meniti Kesempurnaan Iman
Pdf
Semoga bermanfaat
Alamat
Jl Diponegoro Gg. III Cepu - Jawa Tengah Indonesia
Jumat, 15 Juni 2012
Ternyata Muhammadiyah Juga Melafalkan Niat
Pada pertengahan tahun 1948 Kabinet Amir Syarifuddin jatuh
karena perlawanan partai-partai Masyumi, PNI dan badan-badan kelaskaran yang
sejak semula telah menentang persetujuan Linggarjati dan apalagi Renville.
Wakil Presiden Hatta membentuk kabinet baru.
Dalam suatu rapat Masyumi timbul dua pendapat tentang
tawaran Bung Hatta agar Masyumi bersedia duduk dalam kabinet yang sedang
dibentuk olehnya. Sebagian menolak ajakan Bung Hatta, sebagian menerima. Yang
menolak memakai alasan karena dalam program Kabinet Hatta yang akan terbentuk
dicantumkan antara lain: Melaksanakan persetujuan Renville.
“Kita harus ikut duduk dalam Kabinet Hatta ini.” pendapat
K.H.A. Wahab Chasbullah.
“Mengapa harus duduk, padahal kabinet ini akan melaksanakan
Renville yang kita tentang.” pendapat yang lain.
“Persetujuan Renville itu dipandang dari sudut hukum Islam
merupakan suatu pengkhianatan dan munkarat (perkara mungkar-pen),
hukumnya haram. Sebab itu kita jangan
duduk dalam suatu kabinet yang akan melaksanakan Renville.”
“Justru untuk melenyapkan munkarat ini kita harus
duduk dalam Kabinet Hatta ini.” jawab K.H.A. Wahab Chasbullah.
“Logikanya bagaimana ?” tanya yang lain.
“Tiap-tiap munkarat adalah suatu penyelewengan, harus
kita lenyapkan. Tugas kita: melenyapkan. Sikap menolak saja sudah
terlambat karena persetujuan Renville ini sudah ditandatangani oleh negara
dengan negara. Kita bukan lagi berkewajiban menentang, itu sudah lampau. Kini
kewajiban kita melenyapkan. Setuju apa tidak ?” tanya K.H.A. Wahab Chasbullah.
“Setujuuuuu!” jawab (hadirin dengan) serentak.
“Kita hanya bisa melenyapkan munkarat jika kita duduk dalam
kabinet ini. Kalau kita cuma berdiri di luar kabinet, kita cuma bisa
berteriak-teriak thok. Karena itu saya usulkan agar kita duduk dalam
Kabinet Hatta yang sedang dibentuk. Tawaran Bung Hatta kita terima.” tegas
K.H.A. Wahab Chasbullah.
Gemuruh suara setuju dan tepuk tangan atas pendapat K.H.A.
Wahab Chasbullah ini. Golongan yang tidak setuju mrnjadi ikut setuju.
“Saya ingin bertanya: Apa niatnya orang yang nanti akan kita
dudukkan menjadi menteri dalam Kabinet Hatta ?” tanya K.H. Hajid.
“Niatnya: izalatul munkar, melenyapkan
penyelewengan!” jawab K.H.A. Wahab Chasbullah tegas.
“Kalau begitu saya usulkan, agar saudara-saudara yang akan
kita pilih duduk dalam kabinet yang akan datang ini, harus mengucapkan niatnya
dengan kata-kata!” sambung K.H. Hajid.
“Mengapa harus talaffudz bin niyyat, melafalkan niat
dengan kata-kata ? Mana Qur’an dan haditsnya ?” tanya K.H.A. Wahab Chasbullah.
Seluruh hadirin riuh tertawa terbahak-bahak.
Dua orang ini mewakili dua aliran Nahdlatul Ulama (NU) dan
Muhammadiyyah. Orang NU kalau sembahyang melafalkan niatnya dengan membaca “Usholli”,
sedang orang Muhammadiyah berpendapat tidak usah melafalkan niat, cukup di
dalam hati.
Dalam kasus ini jadi terbalik, K.H.A. Wahab Chasbullah
(tokoh NU) seolah-olah tidak setuju talaffudz (mengucapkan) dalam niat,
sedang K.H. Hajid (tokoh Muhammadiyah) mengharuskan talaffudz dalam
niat.
Orang banyak paham bahwa “penolakan” K.H.A. Wahab Chasbullah
tentang melafalkan niat para calon menteri itu hanya sekedar bercanda,
seolah-olah hendak meyakinkan kepada orang banyak bahwa niat seharusnya
dibarengi dengan ucapan kata-kata.
Akhirnya semua setuju menerima ajakan Bung Hatta memasuki
kabine yang akan dibentuk. Tiap calon menteri harus ikrar dengan niat yang
diucapkan sebagai suatu janji akan melenyapkan munkarat dalam Kabinet Hatta.
Sumber:
Buku Guruku Orang-orang Pesantren, karya K.H. Saifuddin
Zuhri, terbitan al-Ma’arif Bandung, hal 229-231.
(dengan sedikit perubahan)
Keterangan:
Masyumi:
Majelis Syuro Muslimin Indonesia adalah sebuah partai
politik yang berdiri pada tanggal 7 November 1945 di Yogyakarta. Partai ini
didirikan melalui sebah kongres Umat Islam pada 7-8 November 1945 dengan tujuan
sebagai partai politik yang dimiliki umat Islam.
Pada jaman penjajahan Jepang belum menjadi partai tetapi
merupakan federasi dari empat organisasi Islam yang diijinkan saat itu: NU,
Muhammadiyah, Persatuan Umat Islam dan Persatuan Umat Islam Indonesia.
Masyumi dibubarkan Presiden Sukarno pada tahun 1960 karena
tokoh-tokohnya dicurigai terlibat pemberontakan dari dalam Pemerintahan
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
PNI:
Partai Nasional Indonesia adalah partai politik tertua di
Indonesia yang didirikan pada 4 Juli 1927. Pada tahun 1931 pimpinan PNI Ir
Sukarno diganti oleh Mr. Sartono yang membubarkan PNI dan membentuk Partindo.
Moh. Hatta yang tidak setuju pembentukan Partindo akhirnya membentuk PNI baru.
Ir Sukarno bergabung dengan Partindo.
Pada tahun 1973 PNI bergabung dengan 4 partai lain peserta
pemilu 1971 membentuk Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
Perjanjian Linggarjati:
Perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati,
Jawa Barat yang menghasilkan persetujuan status kemerdekaan Indonesia tetapi
menyebabkan menciutnya wilayah Indonesia hanya di Jawa, Sumatra dan Madura. Dan
Indonesia akan bergabung negara kesatuan RIS dengan Belanda sebagai kepala uni.
Ditandatangani di Jakarta 15 November 1946, dan diratifikasi
kedua negara pada 25 Maret 1947.
Perjanjian Renville:
Perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang di tandatangi
pada tanggal 1 Januari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika Serikat
sebagai tempat netral, USS Renville, yang berlabuh di Tanjung Priok Jakarta.
Dalam perjanjian ini wilayah Indonesia menjadi lebih kecil lagi yaitu Jawa
Tengah, Yogyakarta dan Sumatera. Dan pasukan TNI harus ditarik mundur dari
Jawab Barat dan Jawa Timur.
Ganti Foto Profil FB Lewat HP
Bingung caranya ganti foto profil facebook lewat HP ?
Itu pernah juga saya alami.
Beberapa trik yang saya dapatkan dari internet ternyata juga
tidak ampuh alias tidak berkerja atau tidak manjur.
Untung saja dengan ilmu otak-atik, ngawurisasi serta sedikit
bantuan dari firasat indra ke-6 akhirnya saya dapat juga mengganti profil fb
dengan mudah, cepat dan ampuh (ces pleng).
Ikuti saja langkah-langkah di bawah ini (jangan
langkah-langkah saya lho) :
- Masuk (log in) fb dulu
- Unggah (upload) foto yang akan dijadikan foto profil
Caranya di beranda pilih foto, lalu
pilih foto (choose) yang akan di upload.
- Kalau sudah selesai, pilih profil yang ada di menu atas fb
- Di profil, pilih foto yang baru saja di unggah
- Di bawah foto pilih Buat foto Profil
- Lalu pilih konfirmasi
- Foto profil anda sudah berubah
Demikianlah caranya, mudah dan gampang serta dijamin manjur.
Semoga bermanfaat.
Santri Liberal vs Kiai Kampung
Cerita Hikmah "Merujuklah Ulama"
Inilah kisah kiai kampung, kebetulan kiai kampung ini
menjadi imam musholla dan sekaligus pengurus ranting NU di desanya. Suatu
ketika didatangi seorang tamu, mengaku santri liberal, karena lulusan pesantren
modern dan pernah mengenyam pendidikan di Timur Tengah.
Tamu itu begitu PD (Percaya Diri),karena merasa mendapat
legitimasi akademik, plus telah belajar Islam di tempat asalnya. Sedang yang
dihadapi hanya kiai kampung, yang lulusan pesantren salaf.
Tentu saja, tujuan utama tamu itu mendatangi kiai untuk
mengajak debat dan berdiskusi seputar persoalan keagamaan kiai.
Santri liberal ini langsung menyerang sang kiai:
"Sudahlah Kiai tinggalkan kitab-kitab kuning (turats) itu, karena itu
hanya karangan ulama kok. Kembali saja kepada al-Qur'an dan hadits," ujar
santri itu dengan nada menantang.
Belum sempat menjawab, kiai kampung itu dicecar dengan
pertanyaan berikutnya. "Mengapa kiai kalau dzikir kok dengan suara keras
dan pakai menggoyangkan kepala ke kiri dan ke kanan segala. Kan itu semua tidak
pernah terjadi pada zaman nabi dan berarti itu perbuatan bid'ah," kilahnya
dengan nada yakin dan semangat.
Mendapat cecaran pertanyaan, kiai kampung tak langsung
reaksioner. Malah sang kiai mendengarkan dengan penuh perhatian dan tak
langsung menanggapi. Malah kiai itu menyuruh anaknya mengambil termos dan
gelas. Kiai tersebut kemudian mempersilahkan minum, tamu tersebut kemudian
menuangkan air ke dalam gelas.
Lalu kiai bertanya: "Kok tidak langsung diminum dari
termos saja, mengapa dituang ke gelas dulu?," tanya kiai santai.
Kemudian tamu itu menjawab: Ya ini agar lebih mudah minumnya
kiai," jawab santri liberal ini.
Kiai pun memberi penjelasan: "Itulah jawabannya mengapa
kami tidak langsung mengambil dari al-Qur'an dan hadits. Kami menggunakan
kitab-kitab kuning yang mu'tabar, karena kami mengetahui bahwa kitab-kitab
mu'tabaroh adalah diambil dari al-Qur'an dan hadits, sehingga kami yang awam
ini lebih gampang mengamalkan wahyu, sebagaimana apa yang engkau lakukan
menggunakan gelas agar lebih mudah minumnya, bukankah begitu?".
Tamu tersebut terdiam tak berkutik.
Kemudian kiai balik bertanya:"Apakah adik hafal
al-Qur'an dan sejauh mana pemahaman adik tentang al-Qur'an? Berapa ribu adik
hafal hadits? Kalau dibandingkan dengan 'Imam Syafi'i siapa yang lebih
alim?"
Santri liberal ini menjawab: Ya tentu 'Imam Syafi'i kiai
sebab beliau sejak kecil telah hafal al-Qur'an, beliau juga banyak mengerti dan
hafal ribuan hadits, bahkan umur 17 tahun beliau telah menjadi guru besar dan
mufti," jawab santri liberal.
Kiai menimpali: "Itulah sebabnya mengapa saya harus
bermadzhab pada 'Imam Syafi'i, karena saya percaya pemahaman Imam Syafi'i
tentang al-Qur'an dan hadits jauh lebih mendalam dibanding kita,bukankah
begitu?," tanya kiai.
"Ya kiai," jawab santri liberal. Kiai kemudian
bertanya kepada tamunya tersebut: "Terus selama ini orang-orang awam. Tata
cara ibadahnya mengikuti siapa jika menolak madzhab, sedangkan mereka banyak
yang tidak bisa membaca al-Qur'an apalagi memahami?," tanya kiai.
Sang santri liberal menjawab: "Kan ada lembaga majelis
yang memberi fatwa yang mengeluarkan hukum-hukum dan masyarakat awam mengikuti
keputusan tersebut," jelas santri liberal.
Kemudian kiai bertanya balik:"Kira-kira menurut adik
lebih alim mana anggota majelis fatwa tersebut dengan Imam Syafi'i ya?."
Jawab santri: "Ya tentu alim Imam Syafi'i
kiai,"jawabnya singkat.
Kiai kembali menjawab: "Itulah sebabnya kami bermadzhab
'Imam Syafi'i dan tidak langsung mengambil dari al-Qur'an dan hadits,".
" Oh begitu masuk akal juga ya kiai!!," jawab
santri liberal ini. Tamu yang lulusan Timur Tengah itu setelah tidak berkutik
dengan kiai kampung, akhirnya minta izin untuk pulang dan kiai itu mengantarkan
sampai pintu pagar....
^_^
Sumber:
nuryahman.blogspot.com/2011/10/cerita-hikmah-merujuklah-ulama.html?m=1
Langganan:
Postingan (Atom)