Habib bin Muhammad al-‘Ajami al-Bashri adalah seorang Persia
yang menetap di kota Bashrah, perawi hadits dari Hasan al-Bashri, Ibnu Sirin dan tokoh-tokoh hadits lainnya.
Berikut ini adalah tiga cerita lucu (anekdot) yang terjadi
antara beliau dengan gurunya Hasan al-Bashri saat saya membaca buku Warisan
Para Auliya karya Fariduddin Attar yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
oleh A.J. Arberry lalu diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Indonesia oleh
Anas Mahyuddin.
****
TITIP PADA TUHAN
Rumah Habib terletak di sebuah persimpangan jalan di kota
Bashrah. Ia mempunyai sebuah mantel bulu yang selalu dipakainya baik di musim
panas maupun di musim hujan. Sekali peristiwa ketika Habib hendak bersuci,
mantel itu dilepaskannya dan dengan seenaknya dilemparkan ke atas tanah.
Tidak berapa lama kemudian Hasan al-Bashri lewat di tempat
itu.
Melihat mantel Habib terletak di atas jalan, ia bergumam. ” Dasar Habib seorang Ajam (non Arab – dalam buku
aslinya diterjemahkan Barbar), tak perduli berapa harga mantel bulu ini! Mantel
yang seperti ini tidak boleh dibiarkan saja di tempat ini, bisa-bisa hilang
nanti,”
Hasan berdiri di tempat itu untuk menjaga mantel tersebut.
Tidak lama kemudian Habib pun kembali.
“Wahai Imam kaum
muslimin.” Habib menegur Hasan setelah memberi salam kepadanya. “Mengapakah
engkau berdiri di sini ?”
“Tahukah engkau bahwa mantel seperti ini tidak boleh
ditinggalkan di tempat begini? Bisa-bisa hilang. Katakan kepada siapakah engkau
titipkan mantel ini?”
‘Kutitipkan kepada Dia (Allah) yang selanjutnya
menitipkannya kepadamu.” Jawab Habib,
***
TUAN RUMAH KURANG
AJAR
Pada suatu hari Hasan berkunjung ke rumah Habib. Kepadanya
Habib menyuguhkan dua potong roti gandum dan sedikit garam. Hasan sudah
bersiap-siap hendak menyantap hidangan itu, tetapi seorang pengemis datang dan
Habib menyerahkan kedua potong roti beserta garam itu kepadanya.
Hasan terheran-heran lalu berkata: “Habib, engkau memang
seorang manusia budiman. Tetapi alangkah baiknya seandainya engkau memiliki
sedikit pengetahuan. Engkau mengambil roti yang telah engkau suguhkan ke ujung
hidung tamu lalu mememberikan semuanya kepada seorang pengemis. Seharusnya
engkau memberikan sebagian kepada si pengemis dan sebagian lagi kepada tamumu.”
Habib tidak mau memberi jawaban.
Tidak lama kemudian seorang budak dating sambil menjunjung
sebuah nampan. Di atas nampan tersebut ada daging domba panggang, penganan yang
manis-manis dan uang limaratus dirham perak. Si budak menyerahkan nampan
tersebut ke hadapan Habib. Kemudian Habib membagikan uang tersebut kepada
orang-orang miskin dan menempatkan nampan tersebut di samping Hasan.
Ketika Hasan mengeyam daging panggang itu, Habib berkata
kepadanya: “Guru, engkau adalah seorang manusia budiman, tetapi alangkah
baiknya seandainya engkau memiliki sedikit keyakinan. Pengetahuan harus
disertai dengan keyakinan.”
***
MURID TIDAK BERBAKTI
Pada suatu hari ketika perwira-perwira Hajjaj mencari-cari
Hasan, ia sedang bersembunyi di dalam pertapaan Habib.
“Apakah engkau telah melihat Hasan pada hari ini?” Tanya mereka
pada Habib.
“Ya, aku telah melihatnya.” Jawab Habib.
“Di manakah Hasan saat ini?”
“Di dalam pertapaan ini.”
Para perwira tersebut memasuki tempat Habib dan mengadakan
penggeledahan, namun mereka tidak menemukan Hasan.
“Tujuh kali tubuhku tersentuh oleh mereka.” Hasan
mengisahkan.”namun mereka tidak melihat diriku.”
Ketika hendak meninggalkan pertapaan itu Hasan mencela
Habib. ”Habib, engkau adalah seorang murid yang tidak berbakti kepada guru.
Engkau telah menunjukkan tempat persembunyianku.”
“Guru karena aku berterus terang itulah engkau dapat
selamat. Jika tadi aku berdusta, niscaya kita berdua sama-sama tertangkap.
“Ayat-ayat apakah yang telah engkau bacakan sehingga mereka
tidak melihat diriku?” Tanya Hasan.
“Aku membaca ayat Kursi sepuluh kali, Aamanar rasul sepuluh kali dan Qul Huwaallah Ahad sepuluh kali. Setelah itu aku berkata: Ya Allah,
telah kutitipkan Hasan kepada-Mu dan oleh karena itu jagalah ia.”
Sumber:
Warisan Para Awliya
Fariduddin Attar - A,J, Arberry hal 44-46 dengan sedikit perubahan dan penambahan judul cerita.