Ada suatu pertanyaan sederhana dari salah seorang peserta jamaah pengajian rutin
yang diadakan oleh salah seorang teman saya yang ternyata membuat dia (juga saya) agak bingung dan ragu-ragu untuk
menjawabnya secara langsung.
Yaitu bolehkan membaca iftitah jika ia sudah terlanjur membaca ta’awudz
atau basmalah?
Untung saja para ulama dengan kedalaman ilmu mereka telah menjawab
masalah ini dengan jelas dalam kitab-kitab mereka.
Ibn Hajar al-Haitami berkata:
(وَيَفُوْتُ) دُعَاءُ اْلاِفْتِتَاحِ (بِالتَّعَوُّذِ)
فَلاَ يُنْدَبُ لَهُ الْعَوْدُ إِلَيْهِ لِفَوَاتِ مَحَلِّهِ (وَ) يَفُوْتُ (بِجُلُوْسِ
الْمَسْبُوْقِ مَعَ اْلإِمَامِ) كَذَلِكَ، فَلَوْ سَلَّمَ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ لَمْ
يَفُتْ، وَ(لاَ) يَفُوْتُ (بِتَأْمِيْنِهِ مَعَهُ) أَيْ مَعَ إِمَامِهِ ِلأَنَّهُ
يَسِيْرٌ.
Dan do’a iftitah itu hilang(berlalu) dengan bacaan ta’awudz, maka tidak
disunnahkan bagi orang yang shalat kembali membaca do’a iftitah karena telah berlalu
tempatnya. Dan hilang pula do’a iftitah dengan duduknya makmum masbuq (ketinggalan)
dengan bersama dengan duduknya Imam, kalau imam itu salam sebelum makmum masbuq
duduk maka ia dapat membaca do’a iftitah. Dan do’a iftitah tidak berlalu waktunya
dengan bacaan amin makmum bersamaan dengan imamnya karena itu hanya sedikit.
[Syarh al-Minhaj al-Qowim hal 246]
Imam Nawawi Banten berkata:
وَيَفُوْتُ دُعَاءُ اْلاِفْتِتَاحِ بِالشُّرُوْعِ فِيْمَا بَعْدَهُ عَمْدًا
أَوْسَهْوًا، وَخَرَجَ بِذَلِكَ مَا لَوْ سَبَقَ لِسَانُهُ فَلاَ يَفُوْتُ
Dan do’a iftitah itu hilang(berlalu) dengan melakukan (ucapan-ucapan)
sesudahnya baik sengaja atau lupa. Kecuali bila lidahnya tidak sengaja (mengatakannya)
maka dia boleh membaca iftitah.
[Nihayah al-Zain hal 63]
Sayyid al-Ba’lawi berkata:
يَفُوْتُ دُعَاءُ اْلاِفْتِتَاحِ وَالتَّعَوُّذُ بِاْلاِتْيَانِ بِمَا بَعْدَهُمَا
مِنَ التَّعَوُّذِ فِى اْلأَوَّلِ وَالْبَسْمَلَةِ فِى الثَّانِيَةِ عَمْدًا أَوْ
سَهْوًا بِخِلاَفِ مَا لَوْ سَبَقَ لِسَانُهُ
Dan do’a iftitah dan ta’awaudz itu hilang(berlalu) dengan melakukan (ucapan-ucapan)
sesudahnya, yakni ta’awudz dalam masalah pertama (yaitu do’a iftitah) dan
basmalah dalam masalah kedua (yaitu membaca ta’awudz) baik sengaja atau lupa. Berbeda halnya jika lidahnya
tidak sengaja (terlanjur mengatakannya)
[Bughyah al-Mustarsyidin hal 44]
Kesimpulannya:
Jika pembacaan ta’awudz atau basamalah sebelum membaca iftitah dilakukan
dengan sengaja atau lupa maka tidak disunnahkan bagi orang yang shalat membaca
do’a iftitah karena waktunya telah lewat (hilang)
Jika pembacaan ta’awudz atau basamalah sebelum membaca iftitah dilakukan
karena lidahnya tidak sengaja atau terlanjur (padahal di hatinya sudah berniat
membaca do’a iftitah) maka ia boleh membaca do’a iftitah.
Semoga bermanfaat
jos
BalasHapusajib min
BalasHapus