Suatu tanda kekurangan atau kecelakaan pada seseorang adalah jika ia memiliki pemikiran bahwa ia kelak akan selamat dari neraka dan masuk surga karena amal perbuatannya.
Memang benar ada ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits nabi yang menyatakan bahwa seseorang dapat masuk karena amalnya.
Allah SWT berfirman :
﴿ وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُوْرِثْـتُمُوْهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ﴾ [الزحرف: ٧٢]
Dan itulah surga yang kalian peroleh sebab perbuatan-perbuatan kalian. [S. az-Zuhruf: 72}
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَانَ أَخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
Barangsiapa akhir perkataannya adalah : Tada Tuhan selaian Allah maka ia masuk surga. [HR Abu Dawud dan Ahmad]
Tetapi adapula hadits-hadits nabi yang menjelaskan bahwa sebenarnya kita dapat selamat dari nerka dan masuk surga adalah semata-mata karena rahmat dari Allah SWT.
Rasulullah SAW suatu saat berkata:
لَنْ يُدْخِلْ أَحَدًا عَمَلُهُ الْحَنَّةَ
Amal seseorang itu tidak menyebakan ia masuk surga.
Para sahabat bertanya: Anda juga demikian, wahai Rasulullah ?
Beliau menjawab:
لاَ، وَلاَ أَنَا، إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا، وَلاَ يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ، إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَزْدَادَ خَيْرًا، وَإِمَّا مَسِيْئًا فَلَعَلَّهُ أنْ يَسْتَعْتِيْبَ.
Tidak, bahkan aku pun tidak (masuk surga) kecuali Allah telah meliputiku dengan anugrah dan rahmat. Maka berbuat benarlah (dengan mengikuti sunnah) dan berbuat tengah-tengah (tidak berlebihan atau sembrono). Janganlah seseorang dari kalian mengharapkan kematian, adakalanya ia adalah orang yang berbuat kebaikan, maka semoga ia bertambah kebaikannya. Dan adakala ia orang yang berbuat kejelekan, semoga ia akan mencela dirinya (bertaubah). [HR Bukhori dan Muslim].
Ayat-ayat dan hadits-hadits yang menunjukkan sesorang masuk surga karena amalnya oleh para ulama ditafsirkan dengan amal-amal yang diterima oleh Allah SWT, jadi bukan ia masuk surga bukan disebabkan oleh amal itu sendiri. Sedangkan diterima atau tidaknya amal seseorang itu tergantung atas anugrah dan rahmat Allah SWT..Dengan demikian tidak terjadi pertentangan antara ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits tersebut.
Jadi jika seseorang hanya bersandar kepada amalnya tidak bersandar kepada Allah dan rahmatnya, maka apabila ia melakukan kesalahan atau dosa terkadang dapat menyebabkan ia putus asa atau kurang berharap akan rahmat dan ampunan Allah SWT. Dan sebaliknya, jika ia banyak melakukan amal soleh terkadang menyebabkan ia menjadi takabur dan meremehkan orang lain yang tidak dapat beramal seperti ia.
Karena itulah pengarang menyatakan bahwa salah satu tanda bersandarnya seseorang kepada amalnya ialah kurangnya harapan saat ia melakukan kesalahan (dosa).
Imam al-Munawi berkata: Ahlus Sunnah wal Jama’ah berpendapat bahwa balasan Allah kepada orang yang taat adalah semata-mata anugrah dari-Nya, dan siksaan Allah kepada orang yang durhaka kepada-Nya adalah keadilan dari-Nya.
Imam ar-Rafi’i berkata: tidaklah layak bagi seseorang untuk bersandar (bergantung) kepada amalnya untuk memperoleh keselamatan dan derajat yang tinggi, karena jika ia beramal maka hal karena ia mendapatkan pertolongan dari Allah SWT dan jika ia meninggalkan maksiat hal ini karena ia mendapatkan penjagaan dari Allah SWT.
Kesimpulan:
Allah SWT memerintahkan kita untuk beramal, maka kita sebagai hambanya wajib mengerjakan tugas ini dengan sebaik-baiknya.
Balasan akan amal itu sendiri tergantung kepada Allah SWT bukan kepada diri kita atau amal kita.
Allah lah yang akan memutuskan untuk menerima atau menolak amal-amal kita, dan memasukkan kita ke dalam surga atau neraka.
Kembali ke bagian 1
Ke Maqolah 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar