Saat membaca kata pengantar pada kitab Tanwirul Qulub tulisan Syeikh Muhammad Amin al-Kurdi al-Irbili saya menemukan suatu kisah lucu tentang pengalaman beliau yang berkaitan dengan masalah muraqabah (intropeksi diri) yang beliau alami. Hal ini terjadi saat beliau masih menjadi santri Syeikh Umar, guru beliau dari tariqah Naqsabandi.
Berikut ini adalah kisah beliau yang akan saya coba terjemahkan dengan bahasa yang sederhana.
Suatu saat datanglah seorang murid Syeikh Umar yang telah berusia lebih dari 80 tahun dan ditunjuk menjadi khalifah (pengganti) Syeikh di tempat lain. Kebetulan oleh Syeikh Umar murid ini diperintahkan untuk tidur sekamar Syeikh Muhammad Amin al-Kurdi. Kegiatan para santri saat itu adalah mereka sibuk bermujahadah (beribadah dengan sungguh-sungguh) sepanjang hari, dan jika malam hari mereka menyepi di tempat-tempat tertentu untuk beristirahat.
Saat kedatangan santri ini, maka saat datang waktu istirahat ia masuk ke kamarku dan aku pun menyangka ia akan tidur. Ternyata aku melihatnya duduk dan bermuraqabah, maka aku pun mengikutinya. Setiap saat aku mengangkat kepalaku maka aku melihatnya dalam keadaan itu, dan setiap aku merasa lelah, aku mencela diriku sendiri dan aku berkata kepadanya: "Apa kamu tidak merasa malu akan kelemahan ini dan kamu berada dalam lembaran baru umurmu dan masa-masa mudamu, dan (lihatlah) orang tua ini kekuatannya telah lemah tetapi ia masih bersemangat."
Demikianlah keadaan yang terjadi kepada kami dalam beberapa malam, aku tidak pernah beristirahat baik siang dan di malam hari.
Sampai suatu saat Syeikh Umar bertanya murid penggantinya itu: "Bagaimana bermalammu dengan al-Irbili (Syeikh Amin) ?"
Maka ia menjawab: "Capek sekali."
Syeikh bertanya: "Kenapa ?"
Ia menjawab: "Ia tidak membiarkan aku tidur, setiap kali aku mengangkat kepalaku aku melihatnya duduk bermuraqabah. Aku pun mencela diriku dan berkata kepadanya: Orang ini dalam masa mudanya lebih memerlukan tidur dan beristirahat, (tetapi) ia tidak beristirahat, dan bagaimana kamu tidur sedangkan kamu akan meninggalkan dunia dan menghadapi akhirat ?"
Maka Syeikh Umar -semoga Allah meridloinya- sambil tersenyum berkata: "Sesungguhnya ia darimu juga mengalami apa yang kamu alami darinya."
Maka hilanglah dari (hatiku) akan rasa takut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar