Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Saat saya membaca buku al-Hady at- Tam fi Mawarid al-Maulid an-Nabawi (hal 50-51) karya ulama terkemuka Sayyid Muhammad Ali bin Husain al-Maliki, saya menemukan suatu kisah nyata yang menarik.
Beliau menceritakan dari ayahnya Sayyid Abbas al-Maliki bahwa suatu saat beliau berada di Baitul Muqaddas (Palestina) untuk menghadiri peringatan Maulud Nabi SAW dimana saat itu dibacakan kitab Maulud al-Barzanji. Saat itulah beliau melihat seorang lelaki tua beruban yang berdiri dengan penuh tata krama mulai awal pembacaan Maulud sampai selesai. Kemudian beliau bertanya kepadanya akan perbuatannya itu. Lelaki tua itu bercerita bahwa dulu ia tidak pernah berdiri saat mendengar pembacaan Maulud dan ia memiliki keyakinan bahwa perbuatan itu adalah Bid'ah Sayyi'ah (bid'ah yang jelek). Suatu malam ia bermimpi bersama-sama sekelompok orang bersiap-siap menunggu kedatangan Nabi SAW, maka saat beliau datang maka sekelompok orang itu bangkit untuk menyambut beliau dan ia ternyata tidak mampu bangkit untuk berdiri. Rasullullah SAW berkata kepadanya: "Kamu tidak akan mampu berdiri." Saat bangun tidur ternyata ia dalam keadaan duduk dan tidak dapat berdiri. Hal ini ia alami selama satu tahun. Ia pun berjanji (bernadzar) jika sembuh dari sakitnya ia akan berdiri saat kitab Maulud mulai dibaca sampai selesai. Kemudian ternyata Allah menyembuhkannya. Ia pun selalu berdiri untuk memenuhi nadzarnya dan karena mengagungkan Nabi SAW.
Semoga kita tidak termasuk kelompok orang yang dimurkai Allah dan Rasul-Nya.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Alamat
Jl Diponegoro Gg. III Cepu - Jawa Tengah Indonesia
Minggu, 20 Maret 2011
Selasa, 08 Maret 2011
Membaca kitab dalam HP
Bagi orang yang suka membaca kitab, kemajuan tekhnologi saat ini semakin mempermudah kesempatan untuk dapat membaca kitab dengan mudah dan murah.
Caranya
1. Siapkan hp yang memiliki fasilitas membaca teks unicode seperti nokia, sony ericcson dan yang lainnya hanya untuk hp cina biasanya tidak bisa meski ada fasilitas unicode.
2. Download kitab bentuk doc yang ingin dibaca di internet seperti saidnet, syamilla atau di akun 4shared saya (faridze).
3. Buka doc lewat komputer, lalu copy ke notepad dan simpan dalam bentuk unicode.
4. Setelah file disimpan ke kartu memori / hp, maka kitab itu dapat dibaca
Selain cara ini, ada cara kedua yaitu dengan membuat ebooknya dengan magicfbook creator
Untuk caranya telah saya buatkan satu tulisan tersendiri, silahkan didownload disini
PDF
Semoga bermanfaat
Caranya
1. Siapkan hp yang memiliki fasilitas membaca teks unicode seperti nokia, sony ericcson dan yang lainnya hanya untuk hp cina biasanya tidak bisa meski ada fasilitas unicode.
2. Download kitab bentuk doc yang ingin dibaca di internet seperti saidnet, syamilla atau di akun 4shared saya (faridze).
3. Buka doc lewat komputer, lalu copy ke notepad dan simpan dalam bentuk unicode.
4. Setelah file disimpan ke kartu memori / hp, maka kitab itu dapat dibaca
Selain cara ini, ada cara kedua yaitu dengan membuat ebooknya dengan magicfbook creator
Untuk caranya telah saya buatkan satu tulisan tersendiri, silahkan didownload disini
Semoga bermanfaat
Jumat, 04 Maret 2011
ADAB BERDEBAT (bag 3)
5. Tidak segan untuk mengatakan tidak tahu saat berdebat
Salah satu sikap yang harus kita dilakukan dalam berdebat adalah mengatakan tidak tahu jika saat itu kita memang tidak mengetahui akan permasalahan kita hadapi ditengah-tengah perdebatan.
Ingatlah kita ini tidak lebih mulya daripada malaikat yang tidak merasa malu untuk berkata tidak tahu saat ditanyai oleh Allah akan nama-nama benda yang diajarkan-Nya kepada Nabi Adam.
Allah SWT berfirman:
وَعَلَّمَ آدَمَ اْلاَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلىَ الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ اَنْبِؤُوْنِي بِاَسْمَاءِ هَؤُلاَءِ اِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ، قَالُوْا سُبْْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا، اِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
[al-Baqoroh: 32]
6. Menerima kebenaran dengan hati yang lapang.
Salah satu pertanda seseorang dikehendaki oleh Allah untuk mendapatkan kebaikan, adalah hatinya merasa lapang jika ia mendapatkan kebenaran, Dan sebaliknya, jika Allah menghendaki seseorang mendapat keburukan, maka hatinya dibuat tertutup dari kebenaran.
Allah SWT berfriman:
فَمَنْ يُرِدِ اللهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلاَمِ، وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَدُ فِى السَّمَاءِ
Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit.
[al-An’am: 125]
Jangan kita termasuk dalam kelompok yang dicela Allah karena tertutup hatinya dan tersumbat telinganya saat menerima kebenaran.
Allah SWT berfirman:
وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ، وَجَعَلْنَا عَلىَ قُلُوْبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوْهُ وَفِى آَذَانِهِمْ وَقْرًا، وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ اَيَةٍ لاَ يُؤْمِنُوْا بِهَا
Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkani (bacaan)mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan) sumbatan di telinganya. Dan jikapun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya
[al-An’am: 25]
7. Berpaling dari orang dari yang tidak menerima kebenaran
Jika orang yang kita ajak berdebat tidak mau menerima kebenaran yang telah jelas, maka sebaiknya perdebatan itu kita hentikan dan tidak ada gunanya untuk diteruskan.
Karena ia termasuk orang yang tidak dikehendaki oleh Allah SWT untuk mendapatkan petunjuk. Dan jika kita teruskan maka akibatnya akan dapat menimbulkan pertengkaran atau permusuhan.
Allah SWT berfirman:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ
Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.
[al-A’raf: 199].
Ingatlah yang dapat memberi petunjuk ke jalan kebenaran adalah Allah, sedangkan kita hanya diperintahkan untuk menyampaikannya tanpa pemaksaan atau kekerasan.
Allah SWT befriman:
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللهُ يَهْدِى مَنْ يَشَاءُ
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya.
[al-Baqoroh: 272]
8. Mendoakan orang yang diajak diskusi agar mendapatkan kebenaran.
Usaha terakahir yang dapat kita lakukan jika orang yang kita ajak berdebat tetap tidak mau menerima kebenaran adalah mendoakannya agar mendapat petunjuk dari Allah SWT.
Ikutilah jejak Nabi Syu’aib yang mendoakan kebaikan kepada kaumnya saat beliau berdebat dengan kaumnya dan mereka tidak mau menerima kebenaran.
Allah SWT berfirman:
رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ
Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.
[al-A’raf :89]
Demikian sedikit ilmu yang dapat saya bagikan semoga bermanfaat.
Ke Bagian 1
Ke Bagian 2
Salah satu sikap yang harus kita dilakukan dalam berdebat adalah mengatakan tidak tahu jika saat itu kita memang tidak mengetahui akan permasalahan kita hadapi ditengah-tengah perdebatan.
Ingatlah kita ini tidak lebih mulya daripada malaikat yang tidak merasa malu untuk berkata tidak tahu saat ditanyai oleh Allah akan nama-nama benda yang diajarkan-Nya kepada Nabi Adam.
Allah SWT berfirman:
وَعَلَّمَ آدَمَ اْلاَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلىَ الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ اَنْبِؤُوْنِي بِاَسْمَاءِ هَؤُلاَءِ اِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ، قَالُوْا سُبْْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا، اِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
[al-Baqoroh: 32]
6. Menerima kebenaran dengan hati yang lapang.
Salah satu pertanda seseorang dikehendaki oleh Allah untuk mendapatkan kebaikan, adalah hatinya merasa lapang jika ia mendapatkan kebenaran, Dan sebaliknya, jika Allah menghendaki seseorang mendapat keburukan, maka hatinya dibuat tertutup dari kebenaran.
Allah SWT berfriman:
فَمَنْ يُرِدِ اللهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلاَمِ، وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَدُ فِى السَّمَاءِ
Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit.
[al-An’am: 125]
Jangan kita termasuk dalam kelompok yang dicela Allah karena tertutup hatinya dan tersumbat telinganya saat menerima kebenaran.
Allah SWT berfirman:
وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ، وَجَعَلْنَا عَلىَ قُلُوْبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوْهُ وَفِى آَذَانِهِمْ وَقْرًا، وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ اَيَةٍ لاَ يُؤْمِنُوْا بِهَا
Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkani (bacaan)mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan) sumbatan di telinganya. Dan jikapun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya
[al-An’am: 25]
7. Berpaling dari orang dari yang tidak menerima kebenaran
Jika orang yang kita ajak berdebat tidak mau menerima kebenaran yang telah jelas, maka sebaiknya perdebatan itu kita hentikan dan tidak ada gunanya untuk diteruskan.
Karena ia termasuk orang yang tidak dikehendaki oleh Allah SWT untuk mendapatkan petunjuk. Dan jika kita teruskan maka akibatnya akan dapat menimbulkan pertengkaran atau permusuhan.
Allah SWT berfirman:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ
Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.
[al-A’raf: 199].
Ingatlah yang dapat memberi petunjuk ke jalan kebenaran adalah Allah, sedangkan kita hanya diperintahkan untuk menyampaikannya tanpa pemaksaan atau kekerasan.
Allah SWT befriman:
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللهُ يَهْدِى مَنْ يَشَاءُ
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya.
[al-Baqoroh: 272]
8. Mendoakan orang yang diajak diskusi agar mendapatkan kebenaran.
Usaha terakahir yang dapat kita lakukan jika orang yang kita ajak berdebat tetap tidak mau menerima kebenaran adalah mendoakannya agar mendapat petunjuk dari Allah SWT.
Ikutilah jejak Nabi Syu’aib yang mendoakan kebaikan kepada kaumnya saat beliau berdebat dengan kaumnya dan mereka tidak mau menerima kebenaran.
Allah SWT berfirman:
رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ
Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.
[al-A’raf :89]
Demikian sedikit ilmu yang dapat saya bagikan semoga bermanfaat.
Ke Bagian 1
Ke Bagian 2
ADAB BERDEBAT (bag 2)
Berikut ini adalah beberapa adab yang perlu kita diperhatikan saat kita akan berdebat atau berdiskusi:
1. Meluruskan niat saat berdebat
Jika kita akan berdebat, pastikan terlebih dahulu bahwa niat kita benar-benar ikhlas karena Allah SWT dan karena ingin memperoleh kebenaran, bukan didasari oleh riya, sombong atau keinginan untuk mengalahkan musuh kita.
Allah SWT berfirman:
وَمَا اُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus
[al-Bayyinah: 5]
Ingatlah bahwa perdebatan kita akan mendapat pahala atau dosa itu sangat tergantung kepada niat kita saat akan berdebat.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan itu tegantung niatnya, dan bagi setiap orang (dari perbuatan-perbuatan itu) apa yang telah ia niatkan.
(Hadis Sohih. Riwayat al-Bukhori dan Muslim)
2. Memastikan memiliki ilmu tentang apa yang diperdebatkan
Sebelum berdebat kita harus merasa yakin telah memiliki ilmu yang benar akan perkara yang sedang diperdebatkan. Janganlah kita berdebat tentang sesuatu yang kita sendiri tidak yakin memiliki ilmu akan masalah tersebut.
Ingatlah bahwa di hari akhir semua perbuatan kita akan dimntai pertanggung jawaban oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ، إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُوْلاً
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
[al-Isra: 36]
Janganlah kita termasuk dalam kelompok orang yang yang dicela oleh Allah SWT karena mengikuti jejak langkah syaitan.
Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوْءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُوْلُوْا عَلىَ اللهِ مَا لاَ تَعْلَمَوُنَ
Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.
[al-Baqoroh: 169]
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ جَادَلَ فِى خُصُوْمَةٍ بِغَيرِ عِلْمِ لَمْ يَزَلْ فِى سَخَطِ اللهِ حَتىَّ يَنْزِعَ
Barang siapa berdebat dalam suatu permusuhan tanpa ilmu maka ia senantiasa berada dalam kemarahan Allah sampai ia selesai.
(Hadis ini disohihkan oleh as-Suyuti dalam al-Jamiush Shogir, akan tetapi dianggap lemah oleh al-Iraqi dan al-Munawi dalam Faidul Qodir)
3. Bersikap obyektif dan menjauhkan diri dari sikap fanatik (ta’assub)
Untuk dapat memperoleh kebenaran sikap obyektif ini sangat diperlukan.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِىْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاِء وَالْمُنْكَرِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
[an-Nahl; 90]
Jauhkanlah sikap fanatik dan kesombongan suatu kelompok (madhzab) yang dapat menghalangi hati kita untuk memperoleh kebenaran.
Allah SAW berfirman:
سَأَصْرِفُ أَنْ آيَاتِيَ الَّذِيْنَ يَتَكَبَّرُوْنَ فِى اَلاََرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ، وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لاَ يُؤْمِنُوا بِهَا، وَإِنْ يَرَوْا سَبِيْلَ الرُّشْدِ لاَ يَتَّخِذُوْهُ سَبِيْلاً، وَإِنْ يَرَوْا سَبِيْلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوْهَ سَبِيْلاً
Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya.
[al-A’raf: 146]
4. Memilih kata-kata yang baik saat berdebat.
Saat berdebat, pilihlah kata-kata yang baik dan tidak menyinggung perasaan. Hindarilah kata-kata yang jelek, keji dan melukai hati.
Allah SWT berfirman :
اُدْعُ إِلىَ سَبِيْلِ رَبِّك بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَ الْحَسَنَةِ، وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِى هِيَ أَحْسَنُ، إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk
[an-Nahl: 125]
Ingatlah orang yang kita hadapi meski ia tidak baik tetapi tidaklah mungkin ia lebih buruk daripada Fir’aun.
Ingatlah pesan Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun saat mereka berdua diperintahkan untuk menemui Fir’aun.
فَقُوْلاَ لَهُ قَوْلاً لَيِّناً لَعَلَّهُ يَتَذَّكَرُ أَوْ يَخْشَى
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.
[Thoha: 44]:
Ingatlah pesan Rasullullah SAW:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلاَخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Barang siap beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata dengan baik atau diamlah.
(Hadis Sohih, diriwiyatkan al-Bukhori dan Muslim)
Terlebih lagi jika yang kita hadapi adalah sesama umat Islam, maka kita harus benar-benar menjaga lidah dan perbuatan kita agar tidak sampai menyakitinya.
Ingatlah pesan Allah dan Rasul-Nya kepada kita:
Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا الْمُوْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu
[al-Hujuraat: 10]
Rasulullah SAW bersabda:
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Orang Islam (yang sempurna) itu adalah orang yang membuat orang-orang Islam yang lain selamat dari lidahnya dan tangannya.
(Hadis Sohih, diriwayatkan al-Bukhori dan Muslim)
Bersambung ke bagian 3
Ke Bagian 1
1. Meluruskan niat saat berdebat
Jika kita akan berdebat, pastikan terlebih dahulu bahwa niat kita benar-benar ikhlas karena Allah SWT dan karena ingin memperoleh kebenaran, bukan didasari oleh riya, sombong atau keinginan untuk mengalahkan musuh kita.
Allah SWT berfirman:
وَمَا اُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus
[al-Bayyinah: 5]
Ingatlah bahwa perdebatan kita akan mendapat pahala atau dosa itu sangat tergantung kepada niat kita saat akan berdebat.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan itu tegantung niatnya, dan bagi setiap orang (dari perbuatan-perbuatan itu) apa yang telah ia niatkan.
(Hadis Sohih. Riwayat al-Bukhori dan Muslim)
2. Memastikan memiliki ilmu tentang apa yang diperdebatkan
Sebelum berdebat kita harus merasa yakin telah memiliki ilmu yang benar akan perkara yang sedang diperdebatkan. Janganlah kita berdebat tentang sesuatu yang kita sendiri tidak yakin memiliki ilmu akan masalah tersebut.
Ingatlah bahwa di hari akhir semua perbuatan kita akan dimntai pertanggung jawaban oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ، إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُوْلاً
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
[al-Isra: 36]
Janganlah kita termasuk dalam kelompok orang yang yang dicela oleh Allah SWT karena mengikuti jejak langkah syaitan.
Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوْءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُوْلُوْا عَلىَ اللهِ مَا لاَ تَعْلَمَوُنَ
Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.
[al-Baqoroh: 169]
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ جَادَلَ فِى خُصُوْمَةٍ بِغَيرِ عِلْمِ لَمْ يَزَلْ فِى سَخَطِ اللهِ حَتىَّ يَنْزِعَ
Barang siapa berdebat dalam suatu permusuhan tanpa ilmu maka ia senantiasa berada dalam kemarahan Allah sampai ia selesai.
(Hadis ini disohihkan oleh as-Suyuti dalam al-Jamiush Shogir, akan tetapi dianggap lemah oleh al-Iraqi dan al-Munawi dalam Faidul Qodir)
3. Bersikap obyektif dan menjauhkan diri dari sikap fanatik (ta’assub)
Untuk dapat memperoleh kebenaran sikap obyektif ini sangat diperlukan.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِىْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاِء وَالْمُنْكَرِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
[an-Nahl; 90]
Jauhkanlah sikap fanatik dan kesombongan suatu kelompok (madhzab) yang dapat menghalangi hati kita untuk memperoleh kebenaran.
Allah SAW berfirman:
سَأَصْرِفُ أَنْ آيَاتِيَ الَّذِيْنَ يَتَكَبَّرُوْنَ فِى اَلاََرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ، وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لاَ يُؤْمِنُوا بِهَا، وَإِنْ يَرَوْا سَبِيْلَ الرُّشْدِ لاَ يَتَّخِذُوْهُ سَبِيْلاً، وَإِنْ يَرَوْا سَبِيْلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوْهَ سَبِيْلاً
Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya.
[al-A’raf: 146]
4. Memilih kata-kata yang baik saat berdebat.
Saat berdebat, pilihlah kata-kata yang baik dan tidak menyinggung perasaan. Hindarilah kata-kata yang jelek, keji dan melukai hati.
Allah SWT berfirman :
اُدْعُ إِلىَ سَبِيْلِ رَبِّك بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَ الْحَسَنَةِ، وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِى هِيَ أَحْسَنُ، إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk
[an-Nahl: 125]
Ingatlah orang yang kita hadapi meski ia tidak baik tetapi tidaklah mungkin ia lebih buruk daripada Fir’aun.
Ingatlah pesan Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun saat mereka berdua diperintahkan untuk menemui Fir’aun.
فَقُوْلاَ لَهُ قَوْلاً لَيِّناً لَعَلَّهُ يَتَذَّكَرُ أَوْ يَخْشَى
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.
[Thoha: 44]:
Ingatlah pesan Rasullullah SAW:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلاَخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Barang siap beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata dengan baik atau diamlah.
(Hadis Sohih, diriwiyatkan al-Bukhori dan Muslim)
Terlebih lagi jika yang kita hadapi adalah sesama umat Islam, maka kita harus benar-benar menjaga lidah dan perbuatan kita agar tidak sampai menyakitinya.
Ingatlah pesan Allah dan Rasul-Nya kepada kita:
Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا الْمُوْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu
[al-Hujuraat: 10]
Rasulullah SAW bersabda:
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Orang Islam (yang sempurna) itu adalah orang yang membuat orang-orang Islam yang lain selamat dari lidahnya dan tangannya.
(Hadis Sohih, diriwayatkan al-Bukhori dan Muslim)
Bersambung ke bagian 3
Ke Bagian 1
ADAB BERDEBAT (bag 1)
Perdebatan atau diskusi sering tejadi di sekeliling kita baik itu dalam masalah agama, politik, pendidikan dan lain sebagainya. Di tambah lagi dengan kehadiran berbagai media seperti televisi, radio, dan internet semakin ramailah perdebatan atau diskusi yang kita lihat. Hanya sayangnya, banyak di antara kita yang kurang memperhatikan kesopanan atau adab saat berdebat atau berdiskusi, sehingga kadang-kadang ada kalimat-kalimat yang tidak pantas bahkan keji yang tidak layak keluar dari kita sebagai orang Islam.
Karena itu, perkenankanlah saya dengan keterbatasan ilmu saya untuk mencoba menjelaskan adab-adab yang selayaknya kita perhatikan saat berdebat atau berdiskusi.
Sebelum kita memulainya, alangkah baiknya jika kita mengetahui sebenarnya perdebatan itu ada 2 macam:
• Perdebatan untuk menetapkan perkara yang benar (haq)
Tanda-tandanya:
Jika orang yang berdebat mendapat kebenaran maka hatinya akan terbuka dan ia menyatakan kekeliruannya.
Hukumnya:
Perdebatan semacam ini dipuji dalam agama, dan inilah yang dilakukan oleh umat Islam terbaik di masa-masa pertama, dan dilakukan oleh para ulama.
• Perdebatan untuk menentang musuhnya dan mengalahkannya.
Tanda-tandanya:
Jika kebenaran itu muncul dari musuhnya maka ia tidak menerimanya, bahkan ia memberikan masalah-masalah agar membuatnya musuhnya ragu atau kebingungan.
Hukumnya:
Perdebatan semacam ini dicela oleh agama, bahkan perdebatan semacam inilah yang menyebabkan kaum-kaum sebelum Islam menjadi tersesat.
Jadi sebelum kita berdebat atau berdiskusi hendaklah kita berfikir dan merenung temasuk dalam kelompok manakah perdebatan kita ini ?
Bersambung ke bagian ke 2
Ke Bagian 3
Karena itu, perkenankanlah saya dengan keterbatasan ilmu saya untuk mencoba menjelaskan adab-adab yang selayaknya kita perhatikan saat berdebat atau berdiskusi.
Sebelum kita memulainya, alangkah baiknya jika kita mengetahui sebenarnya perdebatan itu ada 2 macam:
• Perdebatan untuk menetapkan perkara yang benar (haq)
Tanda-tandanya:
Jika orang yang berdebat mendapat kebenaran maka hatinya akan terbuka dan ia menyatakan kekeliruannya.
Hukumnya:
Perdebatan semacam ini dipuji dalam agama, dan inilah yang dilakukan oleh umat Islam terbaik di masa-masa pertama, dan dilakukan oleh para ulama.
• Perdebatan untuk menentang musuhnya dan mengalahkannya.
Tanda-tandanya:
Jika kebenaran itu muncul dari musuhnya maka ia tidak menerimanya, bahkan ia memberikan masalah-masalah agar membuatnya musuhnya ragu atau kebingungan.
Hukumnya:
Perdebatan semacam ini dicela oleh agama, bahkan perdebatan semacam inilah yang menyebabkan kaum-kaum sebelum Islam menjadi tersesat.
Jadi sebelum kita berdebat atau berdiskusi hendaklah kita berfikir dan merenung temasuk dalam kelompok manakah perdebatan kita ini ?
Bersambung ke bagian ke 2
Ke Bagian 3
Langganan:
Postingan (Atom)