Berikut ini adalah beberapa adab yang perlu kita diperhatikan saat kita akan berdebat atau berdiskusi:
1. Meluruskan niat saat berdebat
Jika kita akan berdebat, pastikan terlebih dahulu bahwa niat kita benar-benar ikhlas karena Allah SWT dan karena ingin memperoleh kebenaran, bukan didasari oleh riya, sombong atau keinginan untuk mengalahkan musuh kita.
Allah SWT berfirman:
وَمَا اُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus
[al-Bayyinah: 5]
Ingatlah bahwa perdebatan kita akan mendapat pahala atau dosa itu sangat tergantung kepada niat kita saat akan berdebat.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan itu tegantung niatnya, dan bagi setiap orang (dari perbuatan-perbuatan itu) apa yang telah ia niatkan.
(Hadis Sohih. Riwayat al-Bukhori dan Muslim)
2. Memastikan memiliki ilmu tentang apa yang diperdebatkan
Sebelum berdebat kita harus merasa yakin telah memiliki ilmu yang benar akan perkara yang sedang diperdebatkan. Janganlah kita berdebat tentang sesuatu yang kita sendiri tidak yakin memiliki ilmu akan masalah tersebut.
Ingatlah bahwa di hari akhir semua perbuatan kita akan dimntai pertanggung jawaban oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ، إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُوْلاً
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
[al-Isra: 36]
Janganlah kita termasuk dalam kelompok orang yang yang dicela oleh Allah SWT karena mengikuti jejak langkah syaitan.
Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوْءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُوْلُوْا عَلىَ اللهِ مَا لاَ تَعْلَمَوُنَ
Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.
[al-Baqoroh: 169]
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ جَادَلَ فِى خُصُوْمَةٍ بِغَيرِ عِلْمِ لَمْ يَزَلْ فِى سَخَطِ اللهِ حَتىَّ يَنْزِعَ
Barang siapa berdebat dalam suatu permusuhan tanpa ilmu maka ia senantiasa berada dalam kemarahan Allah sampai ia selesai.
(Hadis ini disohihkan oleh as-Suyuti dalam al-Jamiush Shogir, akan tetapi dianggap lemah oleh al-Iraqi dan al-Munawi dalam Faidul Qodir)
3. Bersikap obyektif dan menjauhkan diri dari sikap fanatik (ta’assub)
Untuk dapat memperoleh kebenaran sikap obyektif ini sangat diperlukan.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِىْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاِء وَالْمُنْكَرِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
[an-Nahl; 90]
Jauhkanlah sikap fanatik dan kesombongan suatu kelompok (madhzab) yang dapat menghalangi hati kita untuk memperoleh kebenaran.
Allah SAW berfirman:
سَأَصْرِفُ أَنْ آيَاتِيَ الَّذِيْنَ يَتَكَبَّرُوْنَ فِى اَلاََرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ، وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لاَ يُؤْمِنُوا بِهَا، وَإِنْ يَرَوْا سَبِيْلَ الرُّشْدِ لاَ يَتَّخِذُوْهُ سَبِيْلاً، وَإِنْ يَرَوْا سَبِيْلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوْهَ سَبِيْلاً
Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya.
[al-A’raf: 146]
4. Memilih kata-kata yang baik saat berdebat.
Saat berdebat, pilihlah kata-kata yang baik dan tidak menyinggung perasaan. Hindarilah kata-kata yang jelek, keji dan melukai hati.
Allah SWT berfirman :
اُدْعُ إِلىَ سَبِيْلِ رَبِّك بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَ الْحَسَنَةِ، وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِى هِيَ أَحْسَنُ، إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk
[an-Nahl: 125]
Ingatlah orang yang kita hadapi meski ia tidak baik tetapi tidaklah mungkin ia lebih buruk daripada Fir’aun.
Ingatlah pesan Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun saat mereka berdua diperintahkan untuk menemui Fir’aun.
فَقُوْلاَ لَهُ قَوْلاً لَيِّناً لَعَلَّهُ يَتَذَّكَرُ أَوْ يَخْشَى
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.
[Thoha: 44]:
Ingatlah pesan Rasullullah SAW:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلاَخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Barang siap beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata dengan baik atau diamlah.
(Hadis Sohih, diriwiyatkan al-Bukhori dan Muslim)
Terlebih lagi jika yang kita hadapi adalah sesama umat Islam, maka kita harus benar-benar menjaga lidah dan perbuatan kita agar tidak sampai menyakitinya.
Ingatlah pesan Allah dan Rasul-Nya kepada kita:
Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا الْمُوْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu
[al-Hujuraat: 10]
Rasulullah SAW bersabda:
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Orang Islam (yang sempurna) itu adalah orang yang membuat orang-orang Islam yang lain selamat dari lidahnya dan tangannya.
(Hadis Sohih, diriwayatkan al-Bukhori dan Muslim)
Bersambung ke bagian 3
Ke Bagian 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar