Alhamdulillah di awal bulan ramadlan ini, saya dapat menyelesaikan beberapa risalah yang telah ditulis oleh pendiri NU KH Hasyim Asy'ari yaitu:
1. At-Tibyan Fin Nahyi Min Muqothoa'til Arham wal Aqoorib wal Ikhwan
2. Muqoddimatul Qonunil Asaasii
3. Risalah fi Ta-akkudil akhdzi bi Madzaahibil Aimmatil Arba'ah
4. Mawaa'idhz
5. Al-Arba'in Haditsan Nabawiyyan tata'allaq bi Mabaadi Jam'iyah Nahdhotul 'Ulama
Saya mengaji Kitab-kitab ini saat menjadi santri di Pondok Pesntren Tebuireng dari K.H. Ishaq Latif berdasarkan kitab yang ditulis dan dicetak oleh cucu K.H Hasyim Asy'ari yaitu K.H. Muhammad Ishom Hadziq.
Dalam kitab ini saya hanya menunjukkan surat dan nomor ayat-ayat al-Quran yang beliau sebutkan.
Sedangkan untuk hadits-haditsnya saya hanya menyebutkan nomor hadits pada kitab asalnya serta derajat haditsnya.
Karena keterbatasan waktu dan kitab yang saya miliki, saya tidak dapat mentakhrij sebagian haditsnya.
Semoga amal yang kecil ini dapat memberi manfaat.
Saya menerima saran, kritik atau koreksi jika dalam ketikan saya terjadi kesalahan.
Silahkan download kitab ini disini.
PDF DOC
Alamat
Jl Diponegoro Gg. III Cepu - Jawa Tengah Indonesia
Minggu, 31 Juli 2011
Senin, 04 Juli 2011
al-Hikam-Maqolah 3c
Jika seseorang mendapatkan bahwa himmahnya (keinginannya) yang kuat akan sesuatu terwujud maka ini adalah sesuai dengan qadla’ yang telah ditetapkan dan dengan ijin Allah SWT.
Dan jika ia mendapatkan bahwa himmahnya tidak terwujud dan terdapat takdir yang menghalangi maka janganlah ia merobeknya (mengoyaknya) akan tetapi ia bersikap sopan dengan mengembalikannya pada sifat dirinya yaitu sebagai hamba Allah sehingga tidak merasa kehilangan atau sedih. Bahkan terkadang ia seharusnya merasa gembira dengannya karena mungkin ada hikmah atau rahasia yang belum ia ketahui di dalamnya.
Allah SWT berfirman:
وَعَسَى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ، وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ، وَاللهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. [S. Al-Baqarah: 216]
Allah SWT berfirman:
فَعَسَى اَنْ تُكْرِهُوْا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا
Maka mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.[S. An-Nisa: 19]
Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّ شَيْءٍ يُقَدَّرُ حَتْى الْعَجْزُ وَالْكَيْسُ
Setiap segala sesuatu ditakdirkan hingga kelemahan dan kecerdasan.
[Hadis Riwayat Muslim dari Ibnu Umar]
Kesimpulan:
Kita harus bersikap optimis dan berkeyakinan yang kuat (berpikir positif) ketika akan mengerjakan atau menghendaki sesuatu sehingga akan lebih dapat mewujudkan pekerjaan atau keinginan tersebut.
Tetapi kita wajib berkeyakinan bahwa sebab-sebab sebenarnya tidaklah merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan dan terwujudnya keinginan atau pekerjaan kita.
Faktor yang terpenting adalah qadla’ dan qadar Allah SWT,
Dengan demikian jika kita mendapatkan keinginan kita terwujud, kita dapat bersyukur akan nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita.
Dan jika kita tidak mendapatkan keinginan tersebut terwujud kita tetap merasa gembira dan optimis bahwa Allah pasti menentukan hal yang lebih baik dan layak bagi kita dari yang keinginan kita tersebut.
Semoga bermanfaat.
Dan jika ia mendapatkan bahwa himmahnya tidak terwujud dan terdapat takdir yang menghalangi maka janganlah ia merobeknya (mengoyaknya) akan tetapi ia bersikap sopan dengan mengembalikannya pada sifat dirinya yaitu sebagai hamba Allah sehingga tidak merasa kehilangan atau sedih. Bahkan terkadang ia seharusnya merasa gembira dengannya karena mungkin ada hikmah atau rahasia yang belum ia ketahui di dalamnya.
Allah SWT berfirman:
وَعَسَى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ، وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ، وَاللهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. [S. Al-Baqarah: 216]
Allah SWT berfirman:
فَعَسَى اَنْ تُكْرِهُوْا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا
Maka mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.[S. An-Nisa: 19]
Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّ شَيْءٍ يُقَدَّرُ حَتْى الْعَجْزُ وَالْكَيْسُ
Setiap segala sesuatu ditakdirkan hingga kelemahan dan kecerdasan.
[Hadis Riwayat Muslim dari Ibnu Umar]
Kesimpulan:
Kita harus bersikap optimis dan berkeyakinan yang kuat (berpikir positif) ketika akan mengerjakan atau menghendaki sesuatu sehingga akan lebih dapat mewujudkan pekerjaan atau keinginan tersebut.
Tetapi kita wajib berkeyakinan bahwa sebab-sebab sebenarnya tidaklah merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan dan terwujudnya keinginan atau pekerjaan kita.
Faktor yang terpenting adalah qadla’ dan qadar Allah SWT,
Dengan demikian jika kita mendapatkan keinginan kita terwujud, kita dapat bersyukur akan nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita.
Dan jika kita tidak mendapatkan keinginan tersebut terwujud kita tetap merasa gembira dan optimis bahwa Allah pasti menentukan hal yang lebih baik dan layak bagi kita dari yang keinginan kita tersebut.
Semoga bermanfaat.
al-Hikam-Maqolah 3b
Meskipun demikian hal ini semua tidaklah terlepas dari takdir dan qadla’ Allah SWT. Jadi himmah (keinginan) kita ini tidaklah mewujudkan sesuatu yang kita kehendaki kecuali dengan takdir dan qadla Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
وَمَا هُمْ بِضَارِّيْنَ مِنْ اَحَدٍ إِلاَ بِإِذْنِ اللهِ
Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. [S. Al-Baqarah: 102]
وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيْرًا
Dan Dia-lah yang menciptakan segala sesuatu kemudian menentukan batas dan ukurannya [S. Al-Furqon: 2]
وَمَا تَشَاءُوْنَ إِلاَّ أَنْ يَشَاءَ اللهُ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana [S. Al-Insan: 30]
Rasulullah SAW ketika ditanyai malikat Jibril tentang Iman beliau berkata:
اْلإِيْمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
Iman adalah jika anda mempercayai Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir, dan anda mempercayai qadar baik dan buruknya.
[Hadis Riwayat Muslim, dari Umar]
Ibnu Umar berkata: Demi Allah yang jiwa Ibnu Umar ditangan-Nya sekiranya seseorang mempunyai emas sebesar gunug Uhud, kemudian ia belanjakan di jalan Allah, Allah tiada menerimanya hingga orang itu beriman dengan qadar.
Qadla’ menurut bahasa artinya hukum.
Dan menurut istilah adalah kehendak (iradah) Allah terhadap sesuatu pada zaman Azali.
Qadar menurut bahasa artinya menetapkan kadar (jumlah) ukuran sesuatu.
Dan menurut istilah proses terjadinya sesuatu yang telah diputuskan dengan kehendak Allah di zaman Azali,
Definisi tersebut adalah definisi qadla’ dan qadar menurut ulama Asy’ariyyah, sedangkan menurut ulama Maturidiyyah adalah kebalikannya.
Misalnya dalam hadis Rasululah SAW bersabda:
احْتَجَّ آدَمُ وَمُوْسىَ، فَقَالَ مُوْسَى: اَنْتَ آدَمُ الَّذِى َأَخْرَجْتَ ذُرِّيَتَكَ مِنَ الْجَنَّةِ، قَالَ آدَمُ: أَنْتَ مُوْسَى الَّذِى اصْطَفَاكَ اللهُ بِرِسَالَتِهِ وَكَلاَمِهِ، ثُمَّ تَلُوْمُنِيْ عَلىَ اَمْرٍ قَدْ قُدِّرَ عَلَيَّ قَبْلَ اَنْ اُخْلَقَ
Nabi Adam dan nabi Musa saling berdebat, maka Musa berkata: Kamu adalah Adam yang telah mengeluarkan keturunanmu dari surga. Adam berkata: Kamu adalah Musa yang Allah telah memilihmu dengan risalah dan firman-Nya, kemudian kamu mencelaku dengan perkara yang telah ditakdirkan kepadaku sebelum aku diciptakan.
[Hadis Riwayat al-Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah]
Dalam peristiwa ini ketetapan Allah akan keluarnya nabi Adam di sebelum ia diciptakan disebut Qadla, dan proses keluarnya nabi Adam dari surga disebut dengan Qadar
Bersambung ke maqolah 3c
Allah SWT berfirman:
وَمَا هُمْ بِضَارِّيْنَ مِنْ اَحَدٍ إِلاَ بِإِذْنِ اللهِ
Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. [S. Al-Baqarah: 102]
وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيْرًا
Dan Dia-lah yang menciptakan segala sesuatu kemudian menentukan batas dan ukurannya [S. Al-Furqon: 2]
وَمَا تَشَاءُوْنَ إِلاَّ أَنْ يَشَاءَ اللهُ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana [S. Al-Insan: 30]
Rasulullah SAW ketika ditanyai malikat Jibril tentang Iman beliau berkata:
اْلإِيْمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
Iman adalah jika anda mempercayai Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir, dan anda mempercayai qadar baik dan buruknya.
[Hadis Riwayat Muslim, dari Umar]
Ibnu Umar berkata: Demi Allah yang jiwa Ibnu Umar ditangan-Nya sekiranya seseorang mempunyai emas sebesar gunug Uhud, kemudian ia belanjakan di jalan Allah, Allah tiada menerimanya hingga orang itu beriman dengan qadar.
Qadla’ menurut bahasa artinya hukum.
Dan menurut istilah adalah kehendak (iradah) Allah terhadap sesuatu pada zaman Azali.
Qadar menurut bahasa artinya menetapkan kadar (jumlah) ukuran sesuatu.
Dan menurut istilah proses terjadinya sesuatu yang telah diputuskan dengan kehendak Allah di zaman Azali,
Definisi tersebut adalah definisi qadla’ dan qadar menurut ulama Asy’ariyyah, sedangkan menurut ulama Maturidiyyah adalah kebalikannya.
Misalnya dalam hadis Rasululah SAW bersabda:
احْتَجَّ آدَمُ وَمُوْسىَ، فَقَالَ مُوْسَى: اَنْتَ آدَمُ الَّذِى َأَخْرَجْتَ ذُرِّيَتَكَ مِنَ الْجَنَّةِ، قَالَ آدَمُ: أَنْتَ مُوْسَى الَّذِى اصْطَفَاكَ اللهُ بِرِسَالَتِهِ وَكَلاَمِهِ، ثُمَّ تَلُوْمُنِيْ عَلىَ اَمْرٍ قَدْ قُدِّرَ عَلَيَّ قَبْلَ اَنْ اُخْلَقَ
Nabi Adam dan nabi Musa saling berdebat, maka Musa berkata: Kamu adalah Adam yang telah mengeluarkan keturunanmu dari surga. Adam berkata: Kamu adalah Musa yang Allah telah memilihmu dengan risalah dan firman-Nya, kemudian kamu mencelaku dengan perkara yang telah ditakdirkan kepadaku sebelum aku diciptakan.
[Hadis Riwayat al-Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah]
Dalam peristiwa ini ketetapan Allah akan keluarnya nabi Adam di sebelum ia diciptakan disebut Qadla, dan proses keluarnya nabi Adam dari surga disebut dengan Qadar
Bersambung ke maqolah 3c
al-Hikam-Maqolah 3a
Perkataan ke-3
سَوَابِقُ الْهِمَمِ لاَ تَحْرُقُ اَسْوَارَ اْلاَقْدَارِ
Keinginan-keinginan yang mendahului tidaklah akan merobek (mengoyak) pagar-pagar takdir.
Keterangan:
Himmah (keinginan) adalah kekuatan yang mendorong hati dalam mencari sesuatu dan menganggapnya penting.
Jika sesuatu itu adalah perkara yang luhur (tinggi) seperti ma’rifatullah (mengetahui Allah) maka disebut Himmah ‘Aaliyah.
Jika sesuatu itu adalah perkara yang rendah seperti mencari dunia dan bagian-bagiannya maka disebut Himmah Daniyyah.
Seseorang yang ma’rifatullah atau seseorang yang menghendaki sesuatu dengan keinginan yang kuat maka Allah SWT akan mewujudkan hal itu dengan kekuasaan-Nya dalam satu waktu sehingga urusannya tersebut menjadi urusan Allah SWT pula.
Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ اللهَ قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍٍ أَحَبَّ إِليَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتىَّ أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي عَبْدِي َلأُعْطِيَنَّهُ، وَ َلإِنِ اسْتَعَاذَنِي َلأُعِيْذَنَّهُ
Sesungguhnya Allah berfirman: Barangsiapa memusuhi wali-Ku (kekasih-Ku) maka Aku sungguh-sungguh mengumumkan kepadanya dengan peperangan. Dan tidaklah seorang hamba bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih aku sukai daripada perkara yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan tidaklah seorang hamba senantiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya Maka jika Aku mencintainya naka Aku menjadi pendengaran baginya yang ia mendengar menjadi pendengaran baginya yang ia mengdengar dengannya, menjadi penglihatan baginya yang ia melihat dengannya, menjadi tangan baginya yang ia memukul dengannya, menjadi kaki baginya yang ia melangkah dengannya. Dan jika hamba-Ku meminta sesuatu maka Aku akan memberikannya, dan jika ia berlindung pada-Ku maka Aku akan melindunginya.
[Hadis riwayat al-Bukhori dari Abu Hurairah]
Himmah yang kuat ini dan kemudian terwujud jika terjadi pada seseorang yang soleh (wali) disebut dengan Karamah.
Dan jika terjadi pada sesorang yang tidak soleh atau bukan muslim disebut Istidraj, seperti yang terjadi pada penyihir.
Bersambung ke 3b
سَوَابِقُ الْهِمَمِ لاَ تَحْرُقُ اَسْوَارَ اْلاَقْدَارِ
Keinginan-keinginan yang mendahului tidaklah akan merobek (mengoyak) pagar-pagar takdir.
Keterangan:
Himmah (keinginan) adalah kekuatan yang mendorong hati dalam mencari sesuatu dan menganggapnya penting.
Jika sesuatu itu adalah perkara yang luhur (tinggi) seperti ma’rifatullah (mengetahui Allah) maka disebut Himmah ‘Aaliyah.
Jika sesuatu itu adalah perkara yang rendah seperti mencari dunia dan bagian-bagiannya maka disebut Himmah Daniyyah.
Seseorang yang ma’rifatullah atau seseorang yang menghendaki sesuatu dengan keinginan yang kuat maka Allah SWT akan mewujudkan hal itu dengan kekuasaan-Nya dalam satu waktu sehingga urusannya tersebut menjadi urusan Allah SWT pula.
Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ اللهَ قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍٍ أَحَبَّ إِليَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتىَّ أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي عَبْدِي َلأُعْطِيَنَّهُ، وَ َلإِنِ اسْتَعَاذَنِي َلأُعِيْذَنَّهُ
Sesungguhnya Allah berfirman: Barangsiapa memusuhi wali-Ku (kekasih-Ku) maka Aku sungguh-sungguh mengumumkan kepadanya dengan peperangan. Dan tidaklah seorang hamba bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih aku sukai daripada perkara yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan tidaklah seorang hamba senantiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya Maka jika Aku mencintainya naka Aku menjadi pendengaran baginya yang ia mendengar menjadi pendengaran baginya yang ia mengdengar dengannya, menjadi penglihatan baginya yang ia melihat dengannya, menjadi tangan baginya yang ia memukul dengannya, menjadi kaki baginya yang ia melangkah dengannya. Dan jika hamba-Ku meminta sesuatu maka Aku akan memberikannya, dan jika ia berlindung pada-Ku maka Aku akan melindunginya.
[Hadis riwayat al-Bukhori dari Abu Hurairah]
Himmah yang kuat ini dan kemudian terwujud jika terjadi pada seseorang yang soleh (wali) disebut dengan Karamah.
Dan jika terjadi pada sesorang yang tidak soleh atau bukan muslim disebut Istidraj, seperti yang terjadi pada penyihir.
Bersambung ke 3b
Langganan:
Postingan (Atom)