Beberapa waktu yang lalu saya secara main-main mencetak beberapa ramalan kepribadian santri-santri Madrasah Diniyyah Assalam Cepu dengan program Horoskop yang saya dapatkan secara tidak sengaja di internet.
Ternyata para santri antusias menanggapinya bahkan akhirnya banyak yang minta diramalkan kepribadiannya.
Saya harap anda tidak percaya 100 % dengan ramalan ini, meski demikian program ramalan ini dapat dijadikan hiburan yang cukup menyenangkan dan menarik setelah sibuk belajar atau bekerja.
Selain meramal kepribadian, program ini memiliki fasilitas yang lain seperti mencari jodoh yang cocok, mencari pelaku kejahatan, tafsir mimpi dan lain-lain.
Silahkan di download disini
HOROSKOP (785 Kb)
Download pula
Primbon Ramalan Jodoh (25 Kb)
Alamat
Jl Diponegoro Gg. III Cepu - Jawa Tengah Indonesia
Rabu, 23 Februari 2011
Kamis, 10 Februari 2011
Nahdlatul Ulama (03)
5. Kronologi Sejarah NU
1926
31 Januari, NU terbentuk
21-23 September. Muktamar NU ke-1 di Surabaya
Terbentuknya Jam'iyyatun Nasihiin (kumpulan muballigh
1927
9-11 Oktober, Muktamar NU ke-2 di Surabaya
1928
28-30 September, Miktamar NU ke-3 di Surabaya
Pembentukan Lajnatun Nashihin, komisi propaganda untuk menyiarkan NU ke berbagai daerah
1929
17-20 September, Mukatamar NU ke-4. di Semarang, Jawa Tengah
Mendirikan koperasi serba ada (Cooperatie Kaum Muslimin/CKM)
1930
6 Pebruari, mendapat pengakuan resmi dari pemerintah Belanda yang ditulis dalam 'Besluit Rechtpersoon no. IX'
7-10 September, Muktamar NU ke-5. di Pekalongan
Mendirikan Lajnah Waqfiyyah (komite wakaf) di setiap cabang NU untuk mengurus harta wakaf dan harta lainnya untuk kepentingan NU
1931
29 Agustus, Muktamar NU ke-6, di Cirebon
1932
9 Agustus. Muktamar NU ke-7, di Bandung
1933
7 Mei. Muktamar NU ke-8, di Jakarta
1934
21-26 April, Muktmar NU ke-9, di Banyuwangi, dengan pembaharuan mekanisme, pemisahan sidang antara Syuriah dan Tanfidziyah
Penbentukan Anshor Nahdatoel Oelama (ANO) sebagai wadah pemuda
1935
13-18 April, Muktamar NU ke-10, di Sala
1936
8-12 Juli, Muktamar NU ke-11, di Banjarmasin
1937
20-24 Juni, Muktamar NU ke-12, di Malang
1938
11-16 Juli, Muktamar NU ke-13, di Banten\
Membentuk Ma'arif, badan otonom untuk mengembangkan pendiikan NU
Membentuk "Nahdatoel Oelama Bahagian Muslimat (NOM)" untuk mendidik dan mengembangkan kaum muslimat
1939
15-21 Juli, Muktamar NU ke-14, Magelang
Masuk menjadi anggota Al-Majlisul Islami 'Ala Indonesia (MIAI), yaitu badan federasi perkumpulan Islam
1940
9 Pebruari, Muktamar NU ke-15, di Surabaya
1941
Rais Akbar NU KH. Hasyim Asy'ari dan Ketua Hoofdbestuur NU KH> Mahfudz Shiddiq dipenjara Jepang selama 4 bulan
1942
18 Agustus, KH Hasyim dibebaskan dari penjara
1943
bersama dengan Muhammadiyah membentuk Majlis Syuro MusliminIndonesia (Masyumi) sebagai badan federasi organisasi Islam menggantikan MIAI
1944
Membentuk Hizbullah dan Sabilillah, untuk melatih santri menjadi tentara
1945
21-22 Oktober, Pertemuan para konsul PBNU se-Jawa dan Madura yang mengeluarkan Resolusi Jihad bahwa bertempur melawan tentara sekutu (NICA) adalah fardlu 'ain bagi tiap orang Islam
7-8 Nopember, Kongres Masyumi yang memutuskan menjadi partai politik
1946
26-29 Maret, Muktamar NU ke-16, di Purwokerto
1947
25 Juli, KH. Hasyim Asy'ari wafat
Membentuk biro politik NU untuk menyelsaikan kasus NU dan MASYUMI
1950
30 April-3 Mei, Muktamar NU ke-18, di Jakarta memutuskan keluar dari
Masyumi dan mengangkat KH. Abdul Wahab Hasbullah sebagai Rais Akbar NU
Membentuk Fatayat NU, yaitu organisasi remaja wanita NU
1951
Muktamar NU ke-19, di Palembang, memutuskan NU menjadi partai Politik
Bersama dengan PSII dan PERTI membentuk Liga MusliminIndonesia
1954
8-13 September, Muktamar NU ke-20 di Surabaya
Mengukuhkan Kepala Negara RI sebagai Waliyul Amri Dlaruri Bisysyaukah (Pemegang kekuasaaan Negara darurat)
1955
NU menjadi pemenang pemilu nomor empat setelah MASYUMI dan PNI
1956
Desember, Muktamar NU ke-21, di Medan
1957
9-10 Sidang pleno NU bersama konsul-konsul NU se-Indonesia, membicarakan khususnya gagasan Presiden Sukarno membentuk Dewan Nasional
19 Maret, Konferensi Besar Syuriah NU, di Surabaya
1959
14-18 Desember, Muktamar NU ke-22, di Jakarta
1960
18-22 April, Konferensi Besar Pengurus Besar Suriyah NU ke-1, di Surabaya
1961
15 April, presiden Sukarno menetapkan keputusan bahwa hanya ada 8 partai politik yang berhak hidup, salah satunya adalah NU
11-13 Oktober, Konferensi Besar Pengurus Besar Suriyah NU ke-2, di Jakarta
1962
25-29 Desember, Muktamar NU ke-23, di Solo
1971
20-25 Desember, Muktamar NU ke-25, di Surabaya
1973
NU. Parmusi, PSSI, dan Perti bergabung dalam satu wadah yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
1979
5-11 Juni. Muktamar NU ke-26, di Semarang, salah satu agendanya membahas perubahan AD/ART NU dari parpol menjadi jam’iyah diniyyah\
1981
30 Agustus, Munas Alim Ulama, di Kaliurang.Yogyakarta
1983
21 Desember. Munas Alim Ulama, di Situbondo memutuskan kembali ke Khittah 1926, artinya kembali melestarikan paham keulamaannya
1984
8-12 Desember, Muktamar NU ke-27
1987
15-18 Nopember, Munas Alim Ulama NU, di Cilacap
1989
25-28 Nopember, Muktamar NU ke-28, di Krapyak,Yogyakarta
1992
21-25 Januari, Munas Alim Ulama NU, di Bandar Lampung
1994
4 Desember, Muktamar NU ke-29, di TasikMalaya
1997
17-20 Nopember, Munas NU, di Lombok, Nusa Tenggara Barat
1999
21-27 Nopember, Muktamar NU ke-30, di Lirboyo,Kediri
1926
31 Januari, NU terbentuk
21-23 September. Muktamar NU ke-1 di Surabaya
Terbentuknya Jam'iyyatun Nasihiin (kumpulan muballigh
1927
9-11 Oktober, Muktamar NU ke-2 di Surabaya
1928
28-30 September, Miktamar NU ke-3 di Surabaya
Pembentukan Lajnatun Nashihin, komisi propaganda untuk menyiarkan NU ke berbagai daerah
1929
17-20 September, Mukatamar NU ke-4. di Semarang, Jawa Tengah
Mendirikan koperasi serba ada (Cooperatie Kaum Muslimin/CKM)
1930
6 Pebruari, mendapat pengakuan resmi dari pemerintah Belanda yang ditulis dalam 'Besluit Rechtpersoon no. IX'
7-10 September, Muktamar NU ke-5. di Pekalongan
Mendirikan Lajnah Waqfiyyah (komite wakaf) di setiap cabang NU untuk mengurus harta wakaf dan harta lainnya untuk kepentingan NU
1931
29 Agustus, Muktamar NU ke-6, di Cirebon
1932
9 Agustus. Muktamar NU ke-7, di Bandung
1933
7 Mei. Muktamar NU ke-8, di Jakarta
1934
21-26 April, Muktmar NU ke-9, di Banyuwangi, dengan pembaharuan mekanisme, pemisahan sidang antara Syuriah dan Tanfidziyah
Penbentukan Anshor Nahdatoel Oelama (ANO) sebagai wadah pemuda
1935
13-18 April, Muktamar NU ke-10, di Sala
1936
8-12 Juli, Muktamar NU ke-11, di Banjarmasin
1937
20-24 Juni, Muktamar NU ke-12, di Malang
1938
11-16 Juli, Muktamar NU ke-13, di Banten\
Membentuk Ma'arif, badan otonom untuk mengembangkan pendiikan NU
Membentuk "Nahdatoel Oelama Bahagian Muslimat (NOM)" untuk mendidik dan mengembangkan kaum muslimat
1939
15-21 Juli, Muktamar NU ke-14, Magelang
Masuk menjadi anggota Al-Majlisul Islami '
1940
9 Pebruari, Muktamar NU ke-15, di Surabaya
1941
Rais Akbar NU KH. Hasyim Asy'ari dan Ketua Hoofdbestuur NU KH> Mahfudz Shiddiq dipenjara Jepang selama 4 bulan
1942
18 Agustus, KH Hasyim dibebaskan dari penjara
1943
bersama dengan Muhammadiyah membentuk Majlis Syuro Muslimin
1944
Membentuk Hizbullah dan Sabilillah, untuk melatih santri menjadi tentara
1945
21-22 Oktober, Pertemuan para konsul PBNU se-Jawa dan Madura yang mengeluarkan Resolusi Jihad bahwa bertempur melawan tentara sekutu (NICA) adalah fardlu 'ain bagi tiap orang Islam
7-8 Nopember, Kongres Masyumi yang memutuskan menjadi partai politik
1946
26-29 Maret, Muktamar NU ke-16, di Purwokerto
1947
25 Juli, KH. Hasyim Asy'ari wafat
Membentuk biro politik NU untuk menyelsaikan kasus NU dan MASYUMI
1950
30 April-3 Mei, Muktamar NU ke-18, di Jakarta memutuskan keluar dari
Masyumi dan mengangkat KH. Abdul Wahab Hasbullah sebagai Rais Akbar NU
Membentuk Fatayat NU, yaitu organisasi remaja wanita NU
1951
Muktamar NU ke-19, di Palembang, memutuskan NU menjadi partai Politik
Bersama dengan PSII dan PERTI membentuk Liga Muslimin
1954
8-13 September, Muktamar NU ke-20 di Surabaya
Mengukuhkan Kepala Negara RI sebagai Waliyul Amri Dlaruri Bisysyaukah (Pemegang kekuasaaan Negara darurat)
1955
NU menjadi pemenang pemilu nomor empat setelah MASYUMI dan PNI
1956
Desember, Muktamar NU ke-21, di Medan
1957
9-10 Sidang pleno NU bersama konsul-konsul NU se-Indonesia, membicarakan khususnya gagasan Presiden Sukarno membentuk Dewan Nasional
19 Maret, Konferensi Besar Syuriah NU, di Surabaya
1959
14-18 Desember, Muktamar NU ke-22, di Jakarta
1960
18-22 April, Konferensi Besar Pengurus Besar Suriyah NU ke-1, di Surabaya
1961
15 April, presiden Sukarno menetapkan keputusan bahwa hanya ada 8 partai politik yang berhak hidup, salah satunya adalah NU
11-13 Oktober, Konferensi Besar Pengurus Besar Suriyah NU ke-2, di Jakarta
1962
25-29 Desember, Muktamar NU ke-23, di Solo
1971
20-25 Desember, Muktamar NU ke-25, di Surabaya
1973
NU. Parmusi, PSSI, dan Perti bergabung dalam satu wadah yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
1979
5-11 Juni. Muktamar NU ke-26, di Semarang, salah satu agendanya membahas perubahan AD/ART NU dari parpol menjadi jam’iyah diniyyah\
1981
30 Agustus, Munas Alim Ulama, di Kaliurang.
1983
21 Desember. Munas Alim Ulama, di Situbondo memutuskan kembali ke Khittah 1926, artinya kembali melestarikan paham keulamaannya
1984
8-12 Desember, Muktamar NU ke-27
1987
15-18 Nopember, Munas Alim Ulama NU, di Cilacap
1989
25-28 Nopember, Muktamar NU ke-28, di Krapyak,
1992
21-25 Januari, Munas Alim Ulama NU, di Bandar Lampung
1994
4 Desember, Muktamar NU ke-29, di Tasik
1997
17-20 Nopember, Munas NU, di Lombok, Nusa Tenggara Barat
1999
21-27 Nopember, Muktamar NU ke-30, di Lirboyo,
Kembali ke Bagian 1
Kembali ke Bagian 2
Nahdlatul Ulama (02)
A. Paham Ahlussunnah wal Jama'ah
Hal ini sesuai dengan hadits :
وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ عَلىَ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً، وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلىَ ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً )، قَالُوا : وَمَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟، قَالَ : ( مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي )
Dan sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan, dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya berada di neraka kecuali satu golongan, Para sahabat pun bertanya : Siapa mereka ya Rasulullah ?, Yaitu (golongan yang berpegang kepada) perkara yang aku dan sahabat-sahabatku berpegang kepadanya.
Pengikut ajaran Islam yang berlandaskan pada :
- Al-Quran,
- Sunnah (perkataan, perbuatan, dan ketetapan) Nabi Muhammad SAW
- Sunnah Khu;afaur Rasyidin yaitu : Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman, bin Affan dan Ali bin Abi Thalib
Dalam akidah (tauhid) maka NU mengikuti paham Asy'ariyyah dan Maturidiyyah, meskipun pada prakteknya yang diajarkan di NU hanyalah paham Asy'ariyyah saja.
Imam Murtadha Az-Zabidiy dalam kitab Ittihaf Sadaatul Muttaqin menyatakan :
Apabila disebut Ahlussunnah wal Jama'ah maka yang dimaksud dengan ucapan itu adalah paham atau fatwa-fatwa yang diajarkan oleh :
- Imam Asy'ari (260 -324 H/874-936 M) dan
- Abu Mansur al-Maturidi (w. 333 H/944 M)
Dalam AD ART NU, pasal 2, ayat 2-a disebutkan :
" Tujuan NU adalah menegakkan syariat Islam menurut haluan Ahlussunnah wal Jama'ah, ialah Ahlil Madzahibil Arba'ah, yaitu : Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali."
1- Madhzab Hanafi
Penyusunnya : Abu Hanifah an-Nu'man bin Tasbit
(80-150 H/ 699-767 M)
2- Madzhab Maliki
Penyusunnya : Malik bin Anas bin Malik al-Madani
(93-179 H/ 712-798 M)
3- Madzhab Syafi'i
Penyusunnya : Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i
(150-204 H/ 767- 820 M)
4- Madzhab Hanbali
Penyusunnya : Ahmad bin Muhammad bin Hanbal
(164-241 H/ 780 – 655 M)
D. Paham Tasawuf
Bagi NU mengikuti tasawuf yang benar adalah yang ditetapkan oleh :
Abul Qashim Junaidi Al-Baghdadi (w. 298 H)
Yaitu keharusan menghormat kepada ulama dan mengakui kepemimpinan serta otoritasnya
Ulama (jamak dari lafad 'alim) adalah orang yang berilmu atau sarjana bidang ilmu tertentu. Karena itu ada ulama fiqh, ulama hadits, ulama tafsir, ulama falak, hisab, wirid, tarekat dan lain sebagainya. Tetapi tidak semua orang yang ahli ilmu disebut ulama/kyai.
NU memberikan kriteria ulama sebagai berikut :
- memiliki ketakwaan kepada Allah SWT, ini adalah norma yang pokok
- memiliki tugas utama mewarisi misi (risalah) Rasulullah meliputi : ucapan, perbuatan, tingkah laku, mental dan moralnya.
- memiliki ciri-ciri berikut : tekun beribadah (baik fardlu ataupun sunnah),zuhud (melepaskan diri dari ukuran dan kepentingan materi dunia), mempunyai ilmu akhirat (ilmu agama dalam kadar yang cukup), mengerti kemaslahatan umat (peka terhadap kepentingan umum), mengabdikan seluruh ilmunya untuk Allah, dan mempunyai niat yang benar, baik dalam berilmu maupun beramal
Bersambung ke Bagian 3
Kembali ke Bagian 1
Nahdlatul Ulama (01)
1. Definisi NU
Nahdlatul Ulama adalah jam'iyyah diniyyah Islamiyyah (organisasi sosial keagamaan Islam) yang didirikan ulama pesantren, pemegang teguh salah satu madzhab empat, berhaluan Ahlussunnah wal Jama'ah yang bertujuan tidak saja memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama'ah 'ala Madzahibil arba'ah, tetapi juga memperhatikan masalah sosial, ekonomi, perdagangan dan sebagainya dalam rangka pengabdian kepada bangsa, negara dan umat manusia.
Nahdlatul Ulama adalah jam'iyyah diniyyah Islamiyyah (organisasi sosial keagamaan Islam) yang didirikan ulama pesantren, pemegang teguh salah satu madzhab empat, berhaluan Ahlussunnah wal Jama'ah yang bertujuan tidak saja memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama'ah 'ala Madzahibil arba'ah, tetapi juga memperhatikan masalah sosial, ekonomi, perdagangan dan sebagainya dalam rangka pengabdian kepada bangsa, negara dan umat manusia.
2. Berdirinya NU
Pada tanggal 31 Januari 1926 (15 Rajab 1344 H) di rumah K Abdullah Wahab Hasbullah di Kertopaten Surabaya diadakan pertemuan para ulama terkemuka yang membentuk komite Hijaz yang diketuai oleh H. Hasan Gipo yang bertugas untuk merumuskan sikap para ulama pemegang Ahlus Sunnah wal jama'ah untuk disampaikan kepada Raja Abdul Aziz Ibnu Sa'ud, penguasa Hijaz (Saudi Arabia) dan menghubungi ulama pesantren se-Jawa dan Madura.
Dalam pertemuan ini muncul kesepakatan untuk membentuk suatu Jam'iyyah sebagai wadah baru perjuangan para ulama, yang diberi nama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) yang menunjuk KH. Hasyim Asy'ari (1871-1947 M) dari Tebuireng, Jombang sebagai ketua.
Adapun nama NU adalah usul dari KH. Mas Alwi bin Abdul Aziz (Ampel Sawah- Surabaya) dengan pengertian : gerakan serentak para ulama dalam suatu pengarahan, atau gerakan bersama-sama yang terorganisasi.
Sedangkan lambang NU diciptakan oleh KH. Ridwan Abdullah berdasarkan mimpi sehabis shalat istikharah menjelang muktamar NU ke-1, kecuali tulisan NU adalah tambahan dari beliau sendiri bukan dari mimpi
3. Motif berdirinya NU
a. Motif Agama
Karena penjajah Belanda ternyata tidak hanya bermaksud mengeruk kekayaanIndonesia saja, tetapi juga menyebarkan agama Kristen. Karena itulah para ulama secara terus-menerus mengorganisasi pengikutnya untuk melawan Belanda.
Sejarawan terkemuka Amir Syakib Arselan ketika menghadiri kongres kaum Orientalis di Leiden, Belanda tahun 1931 telah mendengar pernyataan Prof. Dr. Snouch Hurgronje tentang rencana kristenisasi di Timur.
b. Membangun Nasionalisme
Selain motif agama, NU lahir karena dorongan untuk merdeka maka NU berusaha membangunkan semangat nasionalisme melalui berbagai kegiatan keagamaan dan pendidikan.
Hal ini dimulai dengan didirikannya perguruan Nahdlatul Wathan (Pergerakan Tanah Air) pada tahun 1916 yang resmi berbadan hukum .
Pada tahun 1916 KH. Wahab bekerja sama dengan ulama-ulama terkemuka diantaranya KH. Achmad Dahlan mendirikan madrasah Tasfirul Afkar (Konsepsi-konsepsi/Potret Pemikiran).
Pada tahun 1924 KH. Wahab mengadakan kursus Masail Diniyyah (Masalah-Masalah keagamaan) guna menambah pengetahuan para ulama muda untuk mempertahankan madzhab.
Pada tahun 1925 KH. Wahab membentuk perkumpulan pemuda Islam yang bernama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air) yang bertujuan untuk membangkitkan semangat kaum muda agar mencintai tanah air yang sedang terjajah.
c. Mempertahankan Paham Ahlussunnah wal Jama'ah
Sebelum agama Islam menyebar diIndonesia , masyarakat telah menganut agama Hindu dan Budha dan telah terlibat jauh di dalamnya. Sehingga metode dan cara dakwah kepada mereka ini telah menjadi bahan diskusi antara Sunan Ampel (R.Rahmat), Sunan Giri (R. Paku) dan Sunan Kalijaga (R. Syahid).
Sunan Ampel dan Sunan Giri menghendaki cara berdakwah yang murni tanpa toleransi pada budaya lokal. Sesajen, Selamatan tiga hari, ketujuh hari dan seterusnya untuk mengingat orang mati harus diberantas bersama takhyul, khufarat, syirik maupun bid'ah,
Sedangkan Sunan Kalijaga menolak cara ini, ia menghendaki cara yang lunak terhadap adapt istiadat lama dan tidak memberantas sekaligus. Sebab sikap kaku, tidak mau toleransi, justru akanmempersulit jalannya dakwah itu sendiri. Sunan Kalijaga memilih partisipasi penuh sambil mempengaruhi dan memberi warna baru. Dengan demikian, kontinuitas menuju kemurnian ajaran tetap diharapkan meskipun berjalan sangat lamban, tetapi tidak banyak mendapat tantangan.
Cara yang ditempuh oleh Sunan Kalijaga inilah yang kemudian dianut para ulama pesantren yang mendirikan NU.
Cara berdakwah semacam inilah yang kemudian mendapat kecaman pedas ketika gairah dan semangat pembaharuan Islam Timur Tengah yang masuk diIndonesia para pertengahan abad ke-19, dan terutama pada awal abad ke-20. Praktek-praktek keagamaan yang (menurut para pembaharu) penuh dengan bid'ah, takhayul, khufarat, syirik, madzhab maupun tradisi-tradisi lainnya yang tidak ada dalam Al-Quran dan Hadits harus dikikis habis. Kegairahan ini ternyata bukan hanya mengecam metode dakwah saja, tetapi juga mendobrak tradisi keilmuan yang dianut para ulama pesantren. Soal sistem bermadzhab, persyaratan ijtihad, keharusan taklid, dan juga tradisi keagamaan seperti ziarah kubur, talqin mayit, tawasul dan tradisi-tradisi lainnya yang biasa disebut Khliafiyyah Furu'iyyah (perbedaan pendapat dalam cabang agama).
Kegairahan inilah yang dinilai para ulama pesantren mengancam kelestarian paham Ahlussunnah wal Jama'ah.
Gerakan-gerakan pembaharu yang berpengaruh diIndonesia adalah :
- Pan Islamisme, dipelopori Sayyid Jamaluddin Al-Afghani (1838-1898 M)
- Gerakan Wahabi, dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787 M)
Bersambung ke Bagian ke 2
Ke Bagian 3 (terakhir)
Pada tanggal 31 Januari 1926 (15 Rajab 1344 H) di rumah K Abdullah Wahab Hasbullah di Kertopaten Surabaya diadakan pertemuan para ulama terkemuka yang membentuk komite Hijaz yang diketuai oleh H. Hasan Gipo yang bertugas untuk merumuskan sikap para ulama pemegang Ahlus Sunnah wal jama'ah untuk disampaikan kepada Raja Abdul Aziz Ibnu Sa'ud, penguasa Hijaz (Saudi Arabia) dan menghubungi ulama pesantren se-Jawa dan Madura.
Dalam pertemuan ini muncul kesepakatan untuk membentuk suatu Jam'iyyah sebagai wadah baru perjuangan para ulama, yang diberi nama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) yang menunjuk KH. Hasyim Asy'ari (1871-1947 M) dari Tebuireng, Jombang sebagai ketua.
Adapun nama NU adalah usul dari KH. Mas Alwi bin Abdul Aziz (Ampel Sawah- Surabaya) dengan pengertian : gerakan serentak para ulama dalam suatu pengarahan, atau gerakan bersama-sama yang terorganisasi.
3. Motif berdirinya NU
a. Motif Agama
Karena penjajah Belanda ternyata tidak hanya bermaksud mengeruk kekayaan
Sejarawan terkemuka Amir Syakib Arselan ketika menghadiri kongres kaum Orientalis di Leiden, Belanda tahun 1931 telah mendengar pernyataan Prof. Dr. Snouch Hurgronje tentang rencana kristenisasi di Timur.
b. Membangun Nasionalisme
Selain motif agama, NU lahir karena dorongan untuk merdeka maka NU berusaha membangunkan semangat nasionalisme melalui berbagai kegiatan keagamaan dan pendidikan.
Hal ini dimulai dengan didirikannya perguruan Nahdlatul Wathan (Pergerakan Tanah Air) pada tahun 1916 yang resmi berbadan hukum .
Pada tahun 1916 KH. Wahab bekerja sama dengan ulama-ulama terkemuka diantaranya KH. Achmad Dahlan mendirikan madrasah Tasfirul Afkar (Konsepsi-konsepsi/Potret Pemikiran).
Pada tahun 1924 KH. Wahab mengadakan kursus Masail Diniyyah (Masalah-Masalah keagamaan) guna menambah pengetahuan para ulama muda untuk mempertahankan madzhab.
Pada tahun 1925 KH. Wahab membentuk perkumpulan pemuda Islam yang bernama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air) yang bertujuan untuk membangkitkan semangat kaum muda agar mencintai tanah air yang sedang terjajah.
c. Mempertahankan Paham Ahlussunnah wal Jama'ah
Sebelum agama Islam menyebar di
Sunan Ampel dan Sunan Giri menghendaki cara berdakwah yang murni tanpa toleransi pada budaya lokal. Sesajen, Selamatan tiga hari, ketujuh hari dan seterusnya untuk mengingat orang mati harus diberantas bersama takhyul, khufarat, syirik maupun bid'ah,
Sedangkan Sunan Kalijaga menolak cara ini, ia menghendaki cara yang lunak terhadap adapt istiadat lama dan tidak memberantas sekaligus. Sebab sikap kaku, tidak mau toleransi, justru akanmempersulit jalannya dakwah itu sendiri. Sunan Kalijaga memilih partisipasi penuh sambil mempengaruhi dan memberi warna baru. Dengan demikian, kontinuitas menuju kemurnian ajaran tetap diharapkan meskipun berjalan sangat lamban, tetapi tidak banyak mendapat tantangan.
Cara yang ditempuh oleh Sunan Kalijaga inilah yang kemudian dianut para ulama pesantren yang mendirikan NU.
Cara berdakwah semacam inilah yang kemudian mendapat kecaman pedas ketika gairah dan semangat pembaharuan Islam Timur Tengah yang masuk di
Kegairahan inilah yang dinilai para ulama pesantren mengancam kelestarian paham Ahlussunnah wal Jama'ah.
Gerakan-gerakan pembaharu yang berpengaruh di
- Pan Islamisme, dipelopori Sayyid Jamaluddin Al-Afghani (1838-1898 M)
- Gerakan Wahabi, dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787 M)
Bersambung ke Bagian ke 2
Ke Bagian 3 (terakhir)
FAKE AL'QURAN from US FAKE AL'QURAN from US
Oleh: Iswahyudi Ganshter
Waspada Al-Qur'an palsu buatan Amerika
Jangan abaikan ini, sebarkan ke semua muslim!
Al-Quran baru buatan amerika, berbahaya dan sedang didistribusikan di kuwait , berjudul 'The True Furqan' isinya bertentangan sekali. Dibuat oleh 2 perusahaan percetakan 'Omega 2001' dan 'Wine Press'.
Judul lain buku ini 'The 21st Century Quran'!
Berisi lebih dari 366 halaman baik bahasa Arab dan Inggris, sekarang kabarnya didistribusikan kepada anak2/generasi muda di Kuwait di sekolah2 berbahasa Inggris disana. Bukunya sendiri memuat 77 surah, termasuk Alfatihah, Al-Jana, dan Al-Injil.
Semuanya dimulai dengan sebuah versi panjang gabungan kepercayaan Kristen tentang tiga tuhan.
Dan banyak sekali bertentangan dengan berbagai kepercayaan dalam Islam, seperti mempunyai lebih satu istri dianggap perbuatan Zina, perceraian itu dilarang, dikatakan juga bahwa Jihad adalah HARAM.
Buku yang sangat menyesatkan. Jadi tolong sampaikan kepada semua muslim sedapat kita tentang pemberitaan ini semoga Allah melindungi kita semua dari orang2 Kafir yang jahat, mendustakan Agama Allah SWT
kalau mau lihat isinya silahkan kunjungi situs ini
http://www.islam-exposed.org/furqan/contents.html
Tags: al'quran palsu
Waspada Al-Qur'an palsu buatan Amerika
Jangan abaikan ini, sebarkan ke semua muslim!
Al-Quran baru buatan amerika, berbahaya dan sedang didistribusikan di kuwait , berjudul 'The True Furqan' isinya bertentangan sekali. Dibuat oleh 2 perusahaan percetakan 'Omega 2001' dan 'Wine Press'.
Judul lain buku ini 'The 21st Century Quran'!
Berisi lebih dari 366 halaman baik bahasa Arab dan Inggris, sekarang kabarnya didistribusikan kepada anak2/generasi muda di Kuwait di sekolah2 berbahasa Inggris disana. Bukunya sendiri memuat 77 surah, termasuk Alfatihah, Al-Jana, dan Al-Injil.
Semuanya dimulai dengan sebuah versi panjang gabungan kepercayaan Kristen tentang tiga tuhan.
Dan banyak sekali bertentangan dengan berbagai kepercayaan dalam Islam, seperti mempunyai lebih satu istri dianggap perbuatan Zina, perceraian itu dilarang, dikatakan juga bahwa Jihad adalah HARAM.
Buku yang sangat menyesatkan. Jadi tolong sampaikan kepada semua muslim sedapat kita tentang pemberitaan ini semoga Allah melindungi kita semua dari orang2 Kafir yang jahat, mendustakan Agama Allah SWT
kalau mau lihat isinya silahkan kunjungi situs ini
http://www.islam-exposed.org/furqan/contents.html
Tags: al'quran palsu
Saudi Ajak PBNU Perkuat Islam Sunni
Oleh: Iswahyudi Ganshter
Upaya kerjasama antara PBNU dan pemerintah Saudi Arabia kini sedang diupayakan untuk terus meningkat. Menteri Urusan Islam, Wakaf dan Dakwah Saudi Sheikh Sholeh bin Abdul Aziz Al Sheikh mengajak PBNU untuk memperkuat Islam sunni dalam kunjungannya ke PBNU, Selasa.
Syeikh Sholeh juga mengakui peranan NU sebagai organisasi yang sudah tua dalam pengembangan dakwah dan pengajaran agama Islam dan bahkan sempat menjadi partai politik. Kerjasama dalam pemikiran, budaya dan bidang lainnya sangat dimungkinkan.
Sementara itu Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi yang baru pulang dari Iran dan Saudi Arabia menceritakan bahwa PBNU saat ini sedang berupaya untuk membantu mendamaikan konflik di Palestina dan Irak.
Kiai Hasyim yang juga anggota Rabithah Alam Islami menjelaskan bahwa NU telah mendirikan forum bagi ulama Islam dalam wadah International Conference of Islamic Scholars (ICIS) yang berusaha mengembangkan Islam yang rahmatan lil alamiin.
Hadir dalam acara tersebut sejumlah pengurus PBNU seperti KH Said Aqil Siroj, KH MAGHFUR UTSMAN, KH Mashuri Naim yang ketiganya merupakan lulusan universitas Arab Saudi. HM Rozy Munir, Prof. Dr. Masykuri Abdillah, dan sejumlah pengurus lainnya. (mkf)
Upaya kerjasama antara PBNU dan pemerintah Saudi Arabia kini sedang diupayakan untuk terus meningkat. Menteri Urusan Islam, Wakaf dan Dakwah Saudi Sheikh Sholeh bin Abdul Aziz Al Sheikh mengajak PBNU untuk memperkuat Islam sunni dalam kunjungannya ke PBNU, Selasa.
Syeikh Sholeh juga mengakui peranan NU sebagai organisasi yang sudah tua dalam pengembangan dakwah dan pengajaran agama Islam dan bahkan sempat menjadi partai politik. Kerjasama dalam pemikiran, budaya dan bidang lainnya sangat dimungkinkan.
Sementara itu Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi yang baru pulang dari Iran dan Saudi Arabia menceritakan bahwa PBNU saat ini sedang berupaya untuk membantu mendamaikan konflik di Palestina dan Irak.
Kiai Hasyim yang juga anggota Rabithah Alam Islami menjelaskan bahwa NU telah mendirikan forum bagi ulama Islam dalam wadah International Conference of Islamic Scholars (ICIS) yang berusaha mengembangkan Islam yang rahmatan lil alamiin.
Hadir dalam acara tersebut sejumlah pengurus PBNU seperti KH Said Aqil Siroj, KH MAGHFUR UTSMAN, KH Mashuri Naim yang ketiganya merupakan lulusan universitas Arab Saudi. HM Rozy Munir, Prof. Dr. Masykuri Abdillah, dan sejumlah pengurus lainnya. (mkf)
Syeikh Yusuf al-Qaradhawi: Saya ini “Anak” NU
Oleh: Iswahyudi Ganshter
Ulama terkemuka asal Mesir Syeikh Yusuf al-Qaradhawi Kamis (11/1) siang mengunjungi kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jl. Kramat Raya, Jakarta Pusat. Sang Syekh yang datang bersama Menteri Agama RI Maftuh Basyuni disambut hangat oleh para pengurus NU, antara lain, KH Hasyim Muzadi, KH Ma’ruf Amin, KH. Said Aqil Siradj, KH MAGHFUR UTSMAN, dan KH Nazaruddin Umar.
Kiai Ma’ruf Amin saat memberikan sambutan pengantar atas nama PBNU berseloroh bahwa di Indonesia nama Syeikh Yusuf Qaradhawi dipanggil secara salah kaprah, Yusuf Qordhawi. “Padahal kalau dibahahasa-Indonesia-kan artinya itu tukang kritik. Jadi yang benar Qaradhawi,” kata Kiai Ma’ruf Amin disambut tawa Sang Syeikh dan hadirin.
Tidak kalah, Sang Syekh menimpali, dirinya kebetulan lahir pada tahun kelahiran organisasi Nahdlatul Ulama, tahun 1926. “Berarti saya ini anak NU,” katanya bergurau. Dirinya mengaku pertama kali mengenal NU saat salah seorang ketua NU KH. Idham Kholid berkunjung ke Universitas Al-Azhar Mesir.
Syeikh Yusuf Qaradhawi mengajukan pesan, tugas NU saat ini adalah menjadi dinamo bagi kebangkitan umat Islam di Indonesia dan dunia. Menurutnya Indonesia sebagai negeri Muslim terbesar di dunia mempunyai kekayaan alam dan sumber daya manusia yang sangat potensial untuk “memenangkan” umat Islam dari tekanan dunia internasional.
“Tapi tanpa mesin pengerak semua itu tidak akan bias jalan. Ada satu kekuatan lagi yang lebih besar dimiliki oleh NU yakni kekuatan rohani,” kata Syeik Qaradhawi.
Dirinya mengaku bangga dengan model Islam moderat yang dipaktikkan oleh NU. Sistem pengambilan hukum Islam dalam NU yang mengambil salah satu dari empat Mazhab Fikih dan sistem berteologi dengan mengikuti dua mazhab besar yang diterapkan secara longgar memberikan ruang untuk saling bertoleransi dengan kelompok Islam mana pun.
“Dengan toleransi kita akan bisa bersatu dan memperkecil perbedaan. Dengan toleransi kita akan bisa menyatukan barisan untuk membantu umat Islam di Palestina dan Irak. Saya juga sepakat dengan Kiai Ma’ruf Amin bahwa umat Islam adalah umat yang mengambil jalan tengah,” kata Syeik Qaradhawi.
Rais Syuriah PBNU KH MAGHFUR UTSMAN yang menjadi pemandu acara berseloroh lagi. “Kalau Syeikh Qaradlawi lahir di Indonesia pasti menjadi warga NU. Dan beliau kayaknya punya bakat untuk menjadi rais syuriah,” katanya diikuti tawa hadlirin.
Ketua Umum PBNU KH. Muzadi saat memberikan kata penutup mengatakan, Nahdlatul Ulama saat ini sedang melakukan upaya-upaya untuk melerai konflik antara Sunni dan Syiah yang terjadi di Irak dan Negara-negara di Timur Tengah umumnya. NU telah menyatukan langkah dengan organisasi Islam yang lain yang seperti Muhamammdiyah dan Majelis Ulama Indonesia. “Dalam waktu dekat saya juga akan bertemu dengan Ayatullah At-Tazkiri di Iran untuk membahas masalah itu,” katanya. (nam)
Ulama terkemuka asal Mesir Syeikh Yusuf al-Qaradhawi Kamis (11/1) siang mengunjungi kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jl. Kramat Raya, Jakarta Pusat. Sang Syekh yang datang bersama Menteri Agama RI Maftuh Basyuni disambut hangat oleh para pengurus NU, antara lain, KH Hasyim Muzadi, KH Ma’ruf Amin, KH. Said Aqil Siradj, KH MAGHFUR UTSMAN, dan KH Nazaruddin Umar.
Kiai Ma’ruf Amin saat memberikan sambutan pengantar atas nama PBNU berseloroh bahwa di Indonesia nama Syeikh Yusuf Qaradhawi dipanggil secara salah kaprah, Yusuf Qordhawi. “Padahal kalau dibahahasa-Indonesia-kan artinya itu tukang kritik. Jadi yang benar Qaradhawi,” kata Kiai Ma’ruf Amin disambut tawa Sang Syeikh dan hadirin.
Tidak kalah, Sang Syekh menimpali, dirinya kebetulan lahir pada tahun kelahiran organisasi Nahdlatul Ulama, tahun 1926. “Berarti saya ini anak NU,” katanya bergurau. Dirinya mengaku pertama kali mengenal NU saat salah seorang ketua NU KH. Idham Kholid berkunjung ke Universitas Al-Azhar Mesir.
Syeikh Yusuf Qaradhawi mengajukan pesan, tugas NU saat ini adalah menjadi dinamo bagi kebangkitan umat Islam di Indonesia dan dunia. Menurutnya Indonesia sebagai negeri Muslim terbesar di dunia mempunyai kekayaan alam dan sumber daya manusia yang sangat potensial untuk “memenangkan” umat Islam dari tekanan dunia internasional.
“Tapi tanpa mesin pengerak semua itu tidak akan bias jalan. Ada satu kekuatan lagi yang lebih besar dimiliki oleh NU yakni kekuatan rohani,” kata Syeik Qaradhawi.
Dirinya mengaku bangga dengan model Islam moderat yang dipaktikkan oleh NU. Sistem pengambilan hukum Islam dalam NU yang mengambil salah satu dari empat Mazhab Fikih dan sistem berteologi dengan mengikuti dua mazhab besar yang diterapkan secara longgar memberikan ruang untuk saling bertoleransi dengan kelompok Islam mana pun.
“Dengan toleransi kita akan bisa bersatu dan memperkecil perbedaan. Dengan toleransi kita akan bisa menyatukan barisan untuk membantu umat Islam di Palestina dan Irak. Saya juga sepakat dengan Kiai Ma’ruf Amin bahwa umat Islam adalah umat yang mengambil jalan tengah,” kata Syeik Qaradhawi.
Rais Syuriah PBNU KH MAGHFUR UTSMAN yang menjadi pemandu acara berseloroh lagi. “Kalau Syeikh Qaradlawi lahir di Indonesia pasti menjadi warga NU. Dan beliau kayaknya punya bakat untuk menjadi rais syuriah,” katanya diikuti tawa hadlirin.
Ketua Umum PBNU KH. Muzadi saat memberikan kata penutup mengatakan, Nahdlatul Ulama saat ini sedang melakukan upaya-upaya untuk melerai konflik antara Sunni dan Syiah yang terjadi di Irak dan Negara-negara di Timur Tengah umumnya. NU telah menyatukan langkah dengan organisasi Islam yang lain yang seperti Muhamammdiyah dan Majelis Ulama Indonesia. “Dalam waktu dekat saya juga akan bertemu dengan Ayatullah At-Tazkiri di Iran untuk membahas masalah itu,” katanya. (nam)
Selasa, 08 Februari 2011
Singa (02)
d. Doa yang dibaca bertemu singa
Abu Dawud dan Ahmad meriwayatkan do’a yang diajarkan Ali bin Abi Thalib jika takut bertemu singa:
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شَرِّ كُلِّ أَسَدٍ وَأَسْوَدٍ
“Aku berlindung kepada Allah dari kejelekan setiap singa.”
Sedangkan dalam riwayat Ibnu asSunni dalam ‘Amal alYaum wa alLail: Bahwa ‘Ali bin Abi Thalib berkata: Jika kamu berada di lembah dan kamu takut jik di dalamnya ada singa maka katakanlah:
أَعُوْذُ بِدَانِيَالْ وَبِالْجُبِّ مِنْ شَرِّ اْلأَسَدِ
“Aku berlindung dengan (perantara) nabi Daniel dan dengan takut dari kejelekan singa.”
Hadis ini mengajarkan kita untuk berdoa dari kejelekan singa dengan bertawassul kepada Nabi Daniel karena beliau diuji saat kelahirannya dan saat ia dewasa dengan singa, maka Allah menjadikannya perantara untuk meminta perlindungan kepada Allah dari dari kejelekan singa.
Ibnu Abi ad-Dunya meriwayatkan:
Sesungguhnya raja yang berkuasa di zaman nabi Daniel kedatangan ahli nujum dan orang-orang yang berilmu, mereka berkata kepadanya: “Sesungguhnya pada malam begini akan lahir anak yang akan menghancurkan kekuasanmu, maka raja itu membunuh anakanak yang dilahirkan pada malam itu. Maka saat ibu Daniel melahirkannya, ia di masukkan dalam sarang singa dan singa betina. Keduanya menjilatinya dan Allah menyelamatkan Daniel hingga ia dewasa dan terjadilah yang telah ditentkan Allah SWT.
AlBaihaqi meriwayatkan dalam asySyu’ab:
Sesungguhnya nabi Daniel AS dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah dan dimasukkan pula binatangbinatang buas, maka binatangbinatang itu menjilatnya dan meraung kepadanya. Maka datanglah satu malaikat dan berkata kepadanya: “Hai Daniel !” Daniel bertanya: : “Siapakah anda ?” Malaikat itu berkata: “Aku adalah utusan Tuhanmu kepadamu dengan membawa makanan.” Maka Daniel berkata: “Segala puji bagi Allah yang tidak melupakan orang yang ingat kepadaNya.”
Ibnu Abi ad-Dunya meriwayatkan:
Sesungguhnya Bukhtanesar melatih dua singa dan ia memasukkannya ke penjara bawah tanah, dan ia memerintahkan Daniel untuk dimasukkan ke dalamnya, maka ia bertempat di sana hingga waktu yang dikehendaki Allah, kemudian Daniel menginginkan makanan dan minuman. Maka Allah memberi wahyu Armia saat ia berada di Syam agar ia pergi ke Daniel dengan makanan dan minuman – saat itu Daniel di Iraq. Maka Armia berangkat ke Daniel dengan m embawa makanan dan minuman, sehingga ia sampai di depan penjara. Dan ia memanggil: Daniel, Daniel ! Maka Daniel bertanya: “Siapa itu ?”, Armia berkata: “Armia.” Daniel bertanya: “Apa yang membuatmu datang ?” Armia berkata: “Tuhanmu mengutusku kepadamu.” Maka Daniel berkata: “Segala puji bagi Allah yang tidak melupakan orang yang ingat kepadaNya.”
Dalam Majlis ad-Dainauri diriwayatkan bahwa Abdul Jabbar bin Kulaib berkata:
“Kami bersama dengan Ibrahim bin Adham dalam suatu perjalanan, maka kami bertemu dengan seekor singa. Maka Ibrahim berkata: Ucapkanlah:
اَللَّهُمَّ احْرِسْنَا بِعَيْنِكَ الَّتِى لاَ تَنَامُ، وَاحْفَظْنَا بِرُكْنِكَ الَّذِى لاَ يُرَامُ، وَارْحَمْنَا بِقُدْرَتِكَ عَلَيْنَا، لاَ نَهْلِكُ وَأَنْتَ رَجَاؤُناَ، يَا اللهُ يَا اللهُ.
“Ya Allah jagalah kami dengan mataMu yang tidak pernah tidur, jagalah kami dengan kekuatanMu yang tidak pernah hilang, dan kasihilah kami dengan kekuasanMu kepada kami. Tidaklah kami binasa sedanga Engkau adalah harapan kami, Wahai Allah, Wahai Allah.”
Abdul Jabbar berkata: “Singa itu kemudian berpaling dari kami melarikan diri”.
Ia berkata: “Maka aku pun berdoa dengan doa ini setiap terjadi hal yang menakutkan, maka aku tidak mendapatkan (dengannya) kecuali kebaikan.
e. Hukum singa
Imam as-Syafi’i, Abu Hanifah, Ahmad, Dawud adh-Dhohiri dan mayoritas ulama menyatakan haram memakan singa karena hadis yang diriwatakan oleh al-Bukhori ada Muslim:
كُلُّ ذِي نَابٍ مِنَ السِّبَاعِ فَأَكْلُهُ حَرَامٌ
“ Setiap binatang yang bertaring dari binatang buas maka memakannya (hukumnya) adalah haram.”
Muhammad bin Musa adh-Dhamiri berkata:
“Para ulama kami (madzhab Syafi’i) berkata: yang dimaksud binatang yang bertaring adalah binatang yang memiliki taring yang kuat dan berburu (dengannya).”
Ada 3 pendapat tentang alasan diharamkan binatang yang bertaring ini:
Imam Malik menyatakan memakan binatang tang bertaring hukumnya adalah makruh dan tidak haram. Beliau berhujjah (beragumentasi) dengan firman Allah:
قُلْ لاَ أَجِدُ فِيْمَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلىَ طَاعِمٍ يَطْعَمُهَا إِلاَّ أَنْ يَكُوْنَ مَيْتَةً أَوْدَمًا مَسْفُوْحًا أَوْ لَحْمَ حِنْزِيْرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُحِلَّ لِغَيْرِ اللهِ بِهِ
“Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. “ [S. al-An’am: 154].
Para ulama menjawab hujjah Imam Malik dengan hadis di atas dan mereka menyatakan bahwa dalam ayat ini bukan lain hanya pemberitaan bahwa pada saat itu beliau tidak menemukan perkara yang diharamkan kecuali bendabenda yang disebut dalam ayat itu, kemudian belaiu mendapatkan wahyu akan pengharaman binatang yang bertaring dari binatang buas. Oleh sebab itu wajib menerima hadis (wahyu) tersebut dan mengamalkannya.
Imam asy-Syafi’i juga menyatakan bahwa orang arab tidak memakan singa, serigala, anjing, macan, dan beruang. Mereka juga tidak memakan tikus, kalajengking, ular, burung rajawali, burung gagak, burung nasar, burung bughots, burung shoqur (sejenis rajwali), bintang pemburu lainnya baik dari burung atau serangga. Adapun jual beli singa hukumnya tidak sah, karena tidak ada manfaatnya dan Allah telah mengharamkan memakan mangsa dari singa.
Bersambung Ke Bagian 3
Kembali Ke Bagian 1
Abu Dawud dan Ahmad meriwayatkan do’a yang diajarkan Ali bin Abi Thalib jika takut bertemu singa:
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شَرِّ كُلِّ أَسَدٍ وَأَسْوَدٍ
“Aku berlindung kepada Allah dari kejelekan setiap singa.”
Sedangkan dalam riwayat Ibnu asSunni dalam ‘Amal alYaum wa alLail: Bahwa ‘Ali bin Abi Thalib berkata: Jika kamu berada di lembah dan kamu takut jik di dalamnya ada singa maka katakanlah:
أَعُوْذُ بِدَانِيَالْ وَبِالْجُبِّ مِنْ شَرِّ اْلأَسَدِ
“Aku berlindung dengan (perantara) nabi Daniel dan dengan takut dari kejelekan singa.”
Hadis ini mengajarkan kita untuk berdoa dari kejelekan singa dengan bertawassul kepada Nabi Daniel karena beliau diuji saat kelahirannya dan saat ia dewasa dengan singa, maka Allah menjadikannya perantara untuk meminta perlindungan kepada Allah dari dari kejelekan singa.
Ibnu Abi ad-Dunya meriwayatkan:
Sesungguhnya raja yang berkuasa di zaman nabi Daniel kedatangan ahli nujum dan orang-orang yang berilmu, mereka berkata kepadanya: “Sesungguhnya pada malam begini akan lahir anak yang akan menghancurkan kekuasanmu, maka raja itu membunuh anakanak yang dilahirkan pada malam itu. Maka saat ibu Daniel melahirkannya, ia di masukkan dalam sarang singa dan singa betina. Keduanya menjilatinya dan Allah menyelamatkan Daniel hingga ia dewasa dan terjadilah yang telah ditentkan Allah SWT.
AlBaihaqi meriwayatkan dalam asySyu’ab:
Sesungguhnya nabi Daniel AS dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah dan dimasukkan pula binatangbinatang buas, maka binatangbinatang itu menjilatnya dan meraung kepadanya. Maka datanglah satu malaikat dan berkata kepadanya: “Hai Daniel !” Daniel bertanya: : “Siapakah anda ?” Malaikat itu berkata: “Aku adalah utusan Tuhanmu kepadamu dengan membawa makanan.” Maka Daniel berkata: “Segala puji bagi Allah yang tidak melupakan orang yang ingat kepadaNya.”
Ibnu Abi ad-Dunya meriwayatkan:
Sesungguhnya Bukhtanesar melatih dua singa dan ia memasukkannya ke penjara bawah tanah, dan ia memerintahkan Daniel untuk dimasukkan ke dalamnya, maka ia bertempat di sana hingga waktu yang dikehendaki Allah, kemudian Daniel menginginkan makanan dan minuman. Maka Allah memberi wahyu Armia saat ia berada di Syam agar ia pergi ke Daniel dengan makanan dan minuman – saat itu Daniel di Iraq. Maka Armia berangkat ke Daniel dengan m embawa makanan dan minuman, sehingga ia sampai di depan penjara. Dan ia memanggil: Daniel, Daniel ! Maka Daniel bertanya: “Siapa itu ?”, Armia berkata: “Armia.” Daniel bertanya: “Apa yang membuatmu datang ?” Armia berkata: “Tuhanmu mengutusku kepadamu.” Maka Daniel berkata: “Segala puji bagi Allah yang tidak melupakan orang yang ingat kepadaNya.”
Dalam Majlis ad-Dainauri diriwayatkan bahwa Abdul Jabbar bin Kulaib berkata:
“Kami bersama dengan Ibrahim bin Adham dalam suatu perjalanan, maka kami bertemu dengan seekor singa. Maka Ibrahim berkata: Ucapkanlah:
اَللَّهُمَّ احْرِسْنَا بِعَيْنِكَ الَّتِى لاَ تَنَامُ، وَاحْفَظْنَا بِرُكْنِكَ الَّذِى لاَ يُرَامُ، وَارْحَمْنَا بِقُدْرَتِكَ عَلَيْنَا، لاَ نَهْلِكُ وَأَنْتَ رَجَاؤُناَ، يَا اللهُ يَا اللهُ.
“Ya Allah jagalah kami dengan mataMu yang tidak pernah tidur, jagalah kami dengan kekuatanMu yang tidak pernah hilang, dan kasihilah kami dengan kekuasanMu kepada kami. Tidaklah kami binasa sedanga Engkau adalah harapan kami, Wahai Allah, Wahai Allah.”
Abdul Jabbar berkata: “Singa itu kemudian berpaling dari kami melarikan diri”.
Ia berkata: “Maka aku pun berdoa dengan doa ini setiap terjadi hal yang menakutkan, maka aku tidak mendapatkan (dengannya) kecuali kebaikan.
e. Hukum singa
Imam as-Syafi’i, Abu Hanifah, Ahmad, Dawud adh-Dhohiri dan mayoritas ulama menyatakan haram memakan singa karena hadis yang diriwatakan oleh al-Bukhori ada Muslim:
كُلُّ ذِي نَابٍ مِنَ السِّبَاعِ فَأَكْلُهُ حَرَامٌ
“ Setiap binatang yang bertaring dari binatang buas maka memakannya (hukumnya) adalah haram.”
Muhammad bin Musa adh-Dhamiri berkata:
“Para ulama kami (madzhab Syafi’i) berkata: yang dimaksud binatang yang bertaring adalah binatang yang memiliki taring yang kuat dan berburu (dengannya).”
Ada 3 pendapat tentang alasan diharamkan binatang yang bertaring ini:
- Sebab taringnya yang kuat dan dengan taringnya ini ia menyakiti binatang lainnya, ia adalah pemburu dan bukan binatang yang diburu ini adalah pendapat asy-Syafi’i yang disebutkan oleh al-Mawardi dalam kitab al-Hawi.
- Sebab menggantungkan kehidupannya pada taringnya, ini adalah pendapat Abu Ishaq al-Mawarzi.
- Sebab ia berburu dengan taringnya, meskipun ia tidak mulai dengan menyakiti dan dapat hidup tanpa taringnya, ini adalah pendapat Abu Hanifah,
Imam Malik menyatakan memakan binatang tang bertaring hukumnya adalah makruh dan tidak haram. Beliau berhujjah (beragumentasi) dengan firman Allah:
قُلْ لاَ أَجِدُ فِيْمَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلىَ طَاعِمٍ يَطْعَمُهَا إِلاَّ أَنْ يَكُوْنَ مَيْتَةً أَوْدَمًا مَسْفُوْحًا أَوْ لَحْمَ حِنْزِيْرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُحِلَّ لِغَيْرِ اللهِ بِهِ
“Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. “ [S. al-An’am: 154].
Para ulama menjawab hujjah Imam Malik dengan hadis di atas dan mereka menyatakan bahwa dalam ayat ini bukan lain hanya pemberitaan bahwa pada saat itu beliau tidak menemukan perkara yang diharamkan kecuali bendabenda yang disebut dalam ayat itu, kemudian belaiu mendapatkan wahyu akan pengharaman binatang yang bertaring dari binatang buas. Oleh sebab itu wajib menerima hadis (wahyu) tersebut dan mengamalkannya.
Imam asy-Syafi’i juga menyatakan bahwa orang arab tidak memakan singa, serigala, anjing, macan, dan beruang. Mereka juga tidak memakan tikus, kalajengking, ular, burung rajawali, burung gagak, burung nasar, burung bughots, burung shoqur (sejenis rajwali), bintang pemburu lainnya baik dari burung atau serangga. Adapun jual beli singa hukumnya tidak sah, karena tidak ada manfaatnya dan Allah telah mengharamkan memakan mangsa dari singa.
Bersambung Ke Bagian 3
Kembali Ke Bagian 1
Singa (01)
a. Kata singa.
Kata singa berasal dari bahasa Sansakerta, adalah hewan dari keluarga felidae atau genus kucing yang memiliki nama ilmiah Phantera Leo.
Kata singa dalam bahasa arab bentuk tunggalnya adalah Asad, dan dapat dijamakkan ke dalam: Aswad, Asd, Aasd, Aasaad.
Ibnu Kholuwaih menyatakan bahwa singa memiliki 500 nama dan sifat. Dan Ali bin Qashim bin Ja’far al-Lughowi menambahkan 130 nama lainnya.
Nama lain yang terkenal untuk singa adalah: Usamah, al-Harits, al-Laits, Zufar, Abu Hafshoh, Abu al-Abbas, Abu al-Harits, Abu Az-Za’faran.
Nama singa digunakan sebagai perumpamaan untuk seseorang yang kuat, pemberani dan berkuasa. Sahabat yang mendapat julukan singa Allah (Asadullah) adalah Hamzah bin Abdul Muttholib dan Abu Qotadah.
b. Sifat singa
Singa merupakan hewan yang hidup dalam kelompok. Biasanya terdiri dari seekor jantan dan banyak betina. Kelompok ini lantas menjaga daerah kekuasaannya.
Berat Singa kurang lebih antara 150 kg (betina) dan 225kg (jantan). Umurnya antara 10 sampai 15 tahun di hutan. Tetapi jika dipelihara bisa sampai 20 tahun.
Singa betina jauh lebih aktif dalam berburu, sedangkan singa jantan lebih santai dan selalu bersikap menunggu dan meminta jatah dari hasil buruan para betinanya.
Singa disifati sebagai binatang pemberani dan penakut.
Singa adalah binatang buas yang sangat keras karena ia merasa tidak ada binatang buas lain yang dapat menandinginya.
Di antara keistimewaannya adalah ia tidak memakan binatang buruan hewan lainnya, dan jika ia merasa kenyang dari binatang buruannya maka ia meninggalkannya dan tidak kembali lagi kepadanya. Jika ia sedang lapar maka perangainya sangat buruk dan apabila ia kenyang maka ia merasa senang. Ia tidak meminum air yang pernah dijilat anjing. Dan ia tidak mendekati wanita yang sedang haid meskipun ia sedang kelaparan.
Di antara sifat penakutnya adalah: ia takut akan suara ayam jago yang berkokok, suara baskom yang diketuk, dan suara kucing. Ia juga kebingungan jika melihat api.
c. Kisah tentang singa
Ibnu Sab’ al-Busti dalam kitab Syifa ash-Shudur meriwayatkan:
Sesungguhnya Abdullah bin Umar bin al-Khotthob dalam suatu perjalanan ia bertemu dengan suatu kaum yang berhenti di jalan, maka ia bertanya: “Kaum itu kenapa ?”
Maka orang-orang berkata: ”Ada singa di jalan yang membuat mereka takut.”. Maka ia pun turun dari tunggangannya kemudian berjalan ke arah singa itu, ia memegang telinganya dan menjauhkannya dari jalan, dan ia berkata kepada singa itu: ”Rasulullah tidaklah berdusta dengan ucapannya: Sesungguhnya kamu menguasai manusia karena rasa takut mereka kepada selain Allah. Jika saja manusia itu tidak takut kecuali hanya kepada Allah maka kamu tidak akan menguasainya. Dan jika manusia tidak berharap kecuali hanya kepada Allah maka Allah tidak akan menguasakan kepada selain dirinya.
Al-Bukhori dalam tarikh meriwayatkan dari Safinah ia berkata:
Aku menaiki perahu di tengah lautan, maka pecahlah perahu tersebut. Aku menaiki suatu papan hingga aku sampai ke suatu hutan belantara yang di dalamnya ada singa. Kemudian singa itu berhadapan denganku, maka aku berkata: “Aku adalah Safinah budak yang telah dimerdekakan Rasulullah SAW dan aku sedang tersesat.” Lalu singa itu menyentuhku dengan pundaknya sehingga aku berdiri di atas jalan, kemudian ia meraung, maka aku mengira bahwa ia mengucapkan salam.
Al-Baihaqi dalam Dalail an-Nubuwwah menceritakan dari Muhammad bin al-Munkadir:
Sesungguhnya Safinah, tersesat dari pasukan saat berada di Romawi, dan ia pun tertawan. Lalu ia melarikan diri dan mencari pasukannya. Mendadak ia bertemu dengan singa, maka ia berkata kepadanya: Aku adalah Safinah, budak yang telah dimerdekakan Rasulullah SAW Rasulullah, aku menceritakan peristiwa yang kualami. Singa itu kemudian menghadap (kepadanya) sambil mengibaskan ekornya sehingga berdiri di samping Safinah, maka ia (berjalan dengan singa itu) sampai ke pasukannya, lalu singa itupun kembali.
Al-Hakim meriwayatkan dari Abu Naufal bin Abi ‘Aqrob, dari ayahnya:
Nabi SAW berdoa untuk Utbah bin Abi Lahab: “ ya Allah berilah kekuasaan kepadanya salah satu anjing dari anjinganjingMu.”
Abu Nu’aim meriwayatkan dari Aswad bin Habbar:
Abu Lahab dan putranya bersiap-siap menuju ke Syam dan aku pergi bersama keduanya. Maka kami singgah di suatu bukit yang berdekatan dengan kuil seorang pendeta. Pendeta itu bertanya: “Apa yang membuat kalian singgah di sini, di sini ada binatang buas.” Abu Lahab berkata: “Kalian mengetahui umur dan hakku !” Kami berkata: “Ya.” Ia berkata: “Sesungguhnya Muhammad telah berdoa untuk anakku, maka kumpulkanlah barangbarang kalian di kuil ini, lalu bentangkanlah permadani untuk anakku di atas barangbarang itu, dan kalian tidurlah di sekelilingnya. Maka kami berbuat akan hal itu, kami kumpulkan barangbarang sampai tinggi, kami berputar di sekelilingnya, dan Utbah tidur di atasnya. Maka datanglah seekor singa, ia menciumi wajah-wajah kami, lalu ia melompat hingga berada di atas barangbarang dan ia (menggigit hingga) memutuskan kepala Utbah pada saat ia berkata: “Pedangku, hai anjing !” Ia tidak dapat berbuat kecuali itu. Dalam riwayat lain: Singa itu menerkam dan mencakar Utbah sekali cakaran yang membuatnya terluka. Maka Utbah berkata: “Ia membunuhku.” Lalu Utbah mati saat itu juga, dan kami mencari singa itu tetapi tidak dapat kami temukan.
Bersambung ke Bagian 2
Kata singa berasal dari bahasa Sansakerta, adalah hewan dari keluarga felidae atau genus kucing yang memiliki nama ilmiah Phantera Leo.
Kata singa dalam bahasa arab bentuk tunggalnya adalah Asad, dan dapat dijamakkan ke dalam: Aswad, Asd, Aasd, Aasaad.
Ibnu Kholuwaih menyatakan bahwa singa memiliki 500 nama dan sifat. Dan Ali bin Qashim bin Ja’far al-Lughowi menambahkan 130 nama lainnya.
Nama lain yang terkenal untuk singa adalah: Usamah, al-Harits, al-Laits, Zufar, Abu Hafshoh, Abu al-Abbas, Abu al-Harits, Abu Az-Za’faran.
Nama singa digunakan sebagai perumpamaan untuk seseorang yang kuat, pemberani dan berkuasa. Sahabat yang mendapat julukan singa Allah (Asadullah) adalah Hamzah bin Abdul Muttholib dan Abu Qotadah.
b. Sifat singa
Singa merupakan hewan yang hidup dalam kelompok. Biasanya terdiri dari seekor jantan dan banyak betina. Kelompok ini lantas menjaga daerah kekuasaannya.
Berat Singa kurang lebih antara 150 kg (betina) dan 225kg (jantan). Umurnya antara 10 sampai 15 tahun di hutan. Tetapi jika dipelihara bisa sampai 20 tahun.
Singa betina jauh lebih aktif dalam berburu, sedangkan singa jantan lebih santai dan selalu bersikap menunggu dan meminta jatah dari hasil buruan para betinanya.
Singa disifati sebagai binatang pemberani dan penakut.
Singa adalah binatang buas yang sangat keras karena ia merasa tidak ada binatang buas lain yang dapat menandinginya.
Di antara keistimewaannya adalah ia tidak memakan binatang buruan hewan lainnya, dan jika ia merasa kenyang dari binatang buruannya maka ia meninggalkannya dan tidak kembali lagi kepadanya. Jika ia sedang lapar maka perangainya sangat buruk dan apabila ia kenyang maka ia merasa senang. Ia tidak meminum air yang pernah dijilat anjing. Dan ia tidak mendekati wanita yang sedang haid meskipun ia sedang kelaparan.
Di antara sifat penakutnya adalah: ia takut akan suara ayam jago yang berkokok, suara baskom yang diketuk, dan suara kucing. Ia juga kebingungan jika melihat api.
c. Kisah tentang singa
Ibnu Sab’ al-Busti dalam kitab Syifa ash-Shudur meriwayatkan:
Sesungguhnya Abdullah bin Umar bin al-Khotthob dalam suatu perjalanan ia bertemu dengan suatu kaum yang berhenti di jalan, maka ia bertanya: “Kaum itu kenapa ?”
Maka orang-orang berkata: ”Ada singa di jalan yang membuat mereka takut.”. Maka ia pun turun dari tunggangannya kemudian berjalan ke arah singa itu, ia memegang telinganya dan menjauhkannya dari jalan, dan ia berkata kepada singa itu: ”Rasulullah tidaklah berdusta dengan ucapannya: Sesungguhnya kamu menguasai manusia karena rasa takut mereka kepada selain Allah. Jika saja manusia itu tidak takut kecuali hanya kepada Allah maka kamu tidak akan menguasainya. Dan jika manusia tidak berharap kecuali hanya kepada Allah maka Allah tidak akan menguasakan kepada selain dirinya.
Al-Bukhori dalam tarikh meriwayatkan dari Safinah ia berkata:
Aku menaiki perahu di tengah lautan, maka pecahlah perahu tersebut. Aku menaiki suatu papan hingga aku sampai ke suatu hutan belantara yang di dalamnya ada singa. Kemudian singa itu berhadapan denganku, maka aku berkata: “Aku adalah Safinah budak yang telah dimerdekakan Rasulullah SAW dan aku sedang tersesat.” Lalu singa itu menyentuhku dengan pundaknya sehingga aku berdiri di atas jalan, kemudian ia meraung, maka aku mengira bahwa ia mengucapkan salam.
Al-Baihaqi dalam Dalail an-Nubuwwah menceritakan dari Muhammad bin al-Munkadir:
Sesungguhnya Safinah, tersesat dari pasukan saat berada di Romawi, dan ia pun tertawan. Lalu ia melarikan diri dan mencari pasukannya. Mendadak ia bertemu dengan singa, maka ia berkata kepadanya: Aku adalah Safinah, budak yang telah dimerdekakan Rasulullah SAW Rasulullah, aku menceritakan peristiwa yang kualami. Singa itu kemudian menghadap (kepadanya) sambil mengibaskan ekornya sehingga berdiri di samping Safinah, maka ia (berjalan dengan singa itu) sampai ke pasukannya, lalu singa itupun kembali.
Al-Hakim meriwayatkan dari Abu Naufal bin Abi ‘Aqrob, dari ayahnya:
Nabi SAW berdoa untuk Utbah bin Abi Lahab: “ ya Allah berilah kekuasaan kepadanya salah satu anjing dari anjinganjingMu.”
Abu Nu’aim meriwayatkan dari Aswad bin Habbar:
Abu Lahab dan putranya bersiap-siap menuju ke Syam dan aku pergi bersama keduanya. Maka kami singgah di suatu bukit yang berdekatan dengan kuil seorang pendeta. Pendeta itu bertanya: “Apa yang membuat kalian singgah di sini, di sini ada binatang buas.” Abu Lahab berkata: “Kalian mengetahui umur dan hakku !” Kami berkata: “Ya.” Ia berkata: “Sesungguhnya Muhammad telah berdoa untuk anakku, maka kumpulkanlah barangbarang kalian di kuil ini, lalu bentangkanlah permadani untuk anakku di atas barangbarang itu, dan kalian tidurlah di sekelilingnya. Maka kami berbuat akan hal itu, kami kumpulkan barangbarang sampai tinggi, kami berputar di sekelilingnya, dan Utbah tidur di atasnya. Maka datanglah seekor singa, ia menciumi wajah-wajah kami, lalu ia melompat hingga berada di atas barangbarang dan ia (menggigit hingga) memutuskan kepala Utbah pada saat ia berkata: “Pedangku, hai anjing !” Ia tidak dapat berbuat kecuali itu. Dalam riwayat lain: Singa itu menerkam dan mencakar Utbah sekali cakaran yang membuatnya terluka. Maka Utbah berkata: “Ia membunuhku.” Lalu Utbah mati saat itu juga, dan kami mencari singa itu tetapi tidak dapat kami temukan.
Bersambung ke Bagian 2
Langganan:
Postingan (Atom)