1. Definisi NU
Nahdlatul Ulama adalah jam'iyyah diniyyah Islamiyyah (organisasi sosial keagamaan Islam) yang didirikan ulama pesantren, pemegang teguh salah satu madzhab empat, berhaluan Ahlussunnah wal Jama'ah yang bertujuan tidak saja memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama'ah 'ala Madzahibil arba'ah, tetapi juga memperhatikan masalah sosial, ekonomi, perdagangan dan sebagainya dalam rangka pengabdian kepada bangsa, negara dan umat manusia.
Nahdlatul Ulama adalah jam'iyyah diniyyah Islamiyyah (organisasi sosial keagamaan Islam) yang didirikan ulama pesantren, pemegang teguh salah satu madzhab empat, berhaluan Ahlussunnah wal Jama'ah yang bertujuan tidak saja memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama'ah 'ala Madzahibil arba'ah, tetapi juga memperhatikan masalah sosial, ekonomi, perdagangan dan sebagainya dalam rangka pengabdian kepada bangsa, negara dan umat manusia.
2. Berdirinya NU
Pada tanggal 31 Januari 1926 (15 Rajab 1344 H) di rumah K Abdullah Wahab Hasbullah di Kertopaten Surabaya diadakan pertemuan para ulama terkemuka yang membentuk komite Hijaz yang diketuai oleh H. Hasan Gipo yang bertugas untuk merumuskan sikap para ulama pemegang Ahlus Sunnah wal jama'ah untuk disampaikan kepada Raja Abdul Aziz Ibnu Sa'ud, penguasa Hijaz (Saudi Arabia) dan menghubungi ulama pesantren se-Jawa dan Madura.
Dalam pertemuan ini muncul kesepakatan untuk membentuk suatu Jam'iyyah sebagai wadah baru perjuangan para ulama, yang diberi nama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) yang menunjuk KH. Hasyim Asy'ari (1871-1947 M) dari Tebuireng, Jombang sebagai ketua.
Adapun nama NU adalah usul dari KH. Mas Alwi bin Abdul Aziz (Ampel Sawah- Surabaya) dengan pengertian : gerakan serentak para ulama dalam suatu pengarahan, atau gerakan bersama-sama yang terorganisasi.
Sedangkan lambang NU diciptakan oleh KH. Ridwan Abdullah berdasarkan mimpi sehabis shalat istikharah menjelang muktamar NU ke-1, kecuali tulisan NU adalah tambahan dari beliau sendiri bukan dari mimpi
3. Motif berdirinya NU
a. Motif Agama
Karena penjajah Belanda ternyata tidak hanya bermaksud mengeruk kekayaanIndonesia saja, tetapi juga menyebarkan agama Kristen. Karena itulah para ulama secara terus-menerus mengorganisasi pengikutnya untuk melawan Belanda.
Sejarawan terkemuka Amir Syakib Arselan ketika menghadiri kongres kaum Orientalis di Leiden, Belanda tahun 1931 telah mendengar pernyataan Prof. Dr. Snouch Hurgronje tentang rencana kristenisasi di Timur.
b. Membangun Nasionalisme
Selain motif agama, NU lahir karena dorongan untuk merdeka maka NU berusaha membangunkan semangat nasionalisme melalui berbagai kegiatan keagamaan dan pendidikan.
Hal ini dimulai dengan didirikannya perguruan Nahdlatul Wathan (Pergerakan Tanah Air) pada tahun 1916 yang resmi berbadan hukum .
Pada tahun 1916 KH. Wahab bekerja sama dengan ulama-ulama terkemuka diantaranya KH. Achmad Dahlan mendirikan madrasah Tasfirul Afkar (Konsepsi-konsepsi/Potret Pemikiran).
Pada tahun 1924 KH. Wahab mengadakan kursus Masail Diniyyah (Masalah-Masalah keagamaan) guna menambah pengetahuan para ulama muda untuk mempertahankan madzhab.
Pada tahun 1925 KH. Wahab membentuk perkumpulan pemuda Islam yang bernama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air) yang bertujuan untuk membangkitkan semangat kaum muda agar mencintai tanah air yang sedang terjajah.
c. Mempertahankan Paham Ahlussunnah wal Jama'ah
Sebelum agama Islam menyebar diIndonesia , masyarakat telah menganut agama Hindu dan Budha dan telah terlibat jauh di dalamnya. Sehingga metode dan cara dakwah kepada mereka ini telah menjadi bahan diskusi antara Sunan Ampel (R.Rahmat), Sunan Giri (R. Paku) dan Sunan Kalijaga (R. Syahid).
Sunan Ampel dan Sunan Giri menghendaki cara berdakwah yang murni tanpa toleransi pada budaya lokal. Sesajen, Selamatan tiga hari, ketujuh hari dan seterusnya untuk mengingat orang mati harus diberantas bersama takhyul, khufarat, syirik maupun bid'ah,
Sedangkan Sunan Kalijaga menolak cara ini, ia menghendaki cara yang lunak terhadap adapt istiadat lama dan tidak memberantas sekaligus. Sebab sikap kaku, tidak mau toleransi, justru akanmempersulit jalannya dakwah itu sendiri. Sunan Kalijaga memilih partisipasi penuh sambil mempengaruhi dan memberi warna baru. Dengan demikian, kontinuitas menuju kemurnian ajaran tetap diharapkan meskipun berjalan sangat lamban, tetapi tidak banyak mendapat tantangan.
Cara yang ditempuh oleh Sunan Kalijaga inilah yang kemudian dianut para ulama pesantren yang mendirikan NU.
Cara berdakwah semacam inilah yang kemudian mendapat kecaman pedas ketika gairah dan semangat pembaharuan Islam Timur Tengah yang masuk diIndonesia para pertengahan abad ke-19, dan terutama pada awal abad ke-20. Praktek-praktek keagamaan yang (menurut para pembaharu) penuh dengan bid'ah, takhayul, khufarat, syirik, madzhab maupun tradisi-tradisi lainnya yang tidak ada dalam Al-Quran dan Hadits harus dikikis habis. Kegairahan ini ternyata bukan hanya mengecam metode dakwah saja, tetapi juga mendobrak tradisi keilmuan yang dianut para ulama pesantren. Soal sistem bermadzhab, persyaratan ijtihad, keharusan taklid, dan juga tradisi keagamaan seperti ziarah kubur, talqin mayit, tawasul dan tradisi-tradisi lainnya yang biasa disebut Khliafiyyah Furu'iyyah (perbedaan pendapat dalam cabang agama).
Kegairahan inilah yang dinilai para ulama pesantren mengancam kelestarian paham Ahlussunnah wal Jama'ah.
Gerakan-gerakan pembaharu yang berpengaruh diIndonesia adalah :
- Pan Islamisme, dipelopori Sayyid Jamaluddin Al-Afghani (1838-1898 M)
- Gerakan Wahabi, dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787 M)
Bersambung ke Bagian ke 2
Ke Bagian 3 (terakhir)
Pada tanggal 31 Januari 1926 (15 Rajab 1344 H) di rumah K Abdullah Wahab Hasbullah di Kertopaten Surabaya diadakan pertemuan para ulama terkemuka yang membentuk komite Hijaz yang diketuai oleh H. Hasan Gipo yang bertugas untuk merumuskan sikap para ulama pemegang Ahlus Sunnah wal jama'ah untuk disampaikan kepada Raja Abdul Aziz Ibnu Sa'ud, penguasa Hijaz (Saudi Arabia) dan menghubungi ulama pesantren se-Jawa dan Madura.
Dalam pertemuan ini muncul kesepakatan untuk membentuk suatu Jam'iyyah sebagai wadah baru perjuangan para ulama, yang diberi nama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) yang menunjuk KH. Hasyim Asy'ari (1871-1947 M) dari Tebuireng, Jombang sebagai ketua.
Adapun nama NU adalah usul dari KH. Mas Alwi bin Abdul Aziz (Ampel Sawah- Surabaya) dengan pengertian : gerakan serentak para ulama dalam suatu pengarahan, atau gerakan bersama-sama yang terorganisasi.
3. Motif berdirinya NU
a. Motif Agama
Karena penjajah Belanda ternyata tidak hanya bermaksud mengeruk kekayaan
Sejarawan terkemuka Amir Syakib Arselan ketika menghadiri kongres kaum Orientalis di Leiden, Belanda tahun 1931 telah mendengar pernyataan Prof. Dr. Snouch Hurgronje tentang rencana kristenisasi di Timur.
b. Membangun Nasionalisme
Selain motif agama, NU lahir karena dorongan untuk merdeka maka NU berusaha membangunkan semangat nasionalisme melalui berbagai kegiatan keagamaan dan pendidikan.
Hal ini dimulai dengan didirikannya perguruan Nahdlatul Wathan (Pergerakan Tanah Air) pada tahun 1916 yang resmi berbadan hukum .
Pada tahun 1916 KH. Wahab bekerja sama dengan ulama-ulama terkemuka diantaranya KH. Achmad Dahlan mendirikan madrasah Tasfirul Afkar (Konsepsi-konsepsi/Potret Pemikiran).
Pada tahun 1924 KH. Wahab mengadakan kursus Masail Diniyyah (Masalah-Masalah keagamaan) guna menambah pengetahuan para ulama muda untuk mempertahankan madzhab.
Pada tahun 1925 KH. Wahab membentuk perkumpulan pemuda Islam yang bernama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air) yang bertujuan untuk membangkitkan semangat kaum muda agar mencintai tanah air yang sedang terjajah.
c. Mempertahankan Paham Ahlussunnah wal Jama'ah
Sebelum agama Islam menyebar di
Sunan Ampel dan Sunan Giri menghendaki cara berdakwah yang murni tanpa toleransi pada budaya lokal. Sesajen, Selamatan tiga hari, ketujuh hari dan seterusnya untuk mengingat orang mati harus diberantas bersama takhyul, khufarat, syirik maupun bid'ah,
Sedangkan Sunan Kalijaga menolak cara ini, ia menghendaki cara yang lunak terhadap adapt istiadat lama dan tidak memberantas sekaligus. Sebab sikap kaku, tidak mau toleransi, justru akanmempersulit jalannya dakwah itu sendiri. Sunan Kalijaga memilih partisipasi penuh sambil mempengaruhi dan memberi warna baru. Dengan demikian, kontinuitas menuju kemurnian ajaran tetap diharapkan meskipun berjalan sangat lamban, tetapi tidak banyak mendapat tantangan.
Cara yang ditempuh oleh Sunan Kalijaga inilah yang kemudian dianut para ulama pesantren yang mendirikan NU.
Cara berdakwah semacam inilah yang kemudian mendapat kecaman pedas ketika gairah dan semangat pembaharuan Islam Timur Tengah yang masuk di
Kegairahan inilah yang dinilai para ulama pesantren mengancam kelestarian paham Ahlussunnah wal Jama'ah.
Gerakan-gerakan pembaharu yang berpengaruh di
- Pan Islamisme, dipelopori Sayyid Jamaluddin Al-Afghani (1838-1898 M)
- Gerakan Wahabi, dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787 M)
Bersambung ke Bagian ke 2
Ke Bagian 3 (terakhir)
Bismillah.Sepurane kang, menurutku walisongo biyen nganggo sarono budoyo kejawen (Hindu)pas nyebarke Islam,supoyo Islam gampang ditompo karo wong jowo.Yen islam wes ditompo karo wong jowo,walisongo pingin supoyo anak putu kang nglurusake islam, lan ngresiki soko budoyo2 hindu.Mangkane saiki,pemuda NU kudu tanggap karo strategine walisongo, yoiku ngluruske islam soko budoyo kejawen (hindu),ora malah merangi ajaran islam kanti alasan nguri-uri dakwahe walisongo.Justru awak dewe kudune neruske perjuangane walisongo.Aku pernah krungu soko konco kang ngomong,nang Belanda ono tulisane sunan kalijogo kang disimpen karo Belanda.Isine nerangke dialoke sunan kalijogo karo sunan kudus.Sunan kudus nglarang sunan kalijogo dakwah nganggo wayang. Tapi sunan kalijogo ngomong,yen islam wes ditompo nang tanah jowo,mengko mugo2 anak putu kang mbenerno.Mugo2 NU tanggap marang strategine walisongo. Yen NU ora tanggap,suwe2 bakal ditinggal karo jamaahe,terutama generasi mudane.
BalasHapusSebetulnya walisongo sendiri berbeda2 cara dakwahnya.
BalasHapusSunan Ampel dan Sunan Giri menghendaki dakwah murni tanpa toleransi terhadap budaya lokal. Sesajen, selamatan 3/7 hari orang mati, takhayul, syirik & bid'ah harus diberantas.
Sunan Kalijaga menolak cara itu. Beliau menilai sikap kaku akan mempersulit dakwah. Ia memilih ikut berpartisipasi tapi merubah maksud dan tata caranya agar sesuai Islam.
Cara inilah yg dianut ulama2 NU saat ini.
sing dimaksud kejawan iku piye?
BalasHapuskelompok atau aliran dalam umat islam yg akidahnya terpengaruh oleh kepercayaan (akidah) jawa sehingga akidah/ibadahnya menjadi berbeda dengan umat islam pada umumnya.
BalasHapusKebanyakan sumbernya berasal dari solo atau surakarta meski ada yg berasal dari daerah2 lain.
Kebanyakan menisbatkan diri mereka kepada Syeikh Siti Jenar.
Jumlahnya lebih dari 150 aliran.
Lihat perinciannya pada tulisan saya aliran2 islam yg dapat di download di blog ini.