Pada saat saya membaca buku Biografi Gus Dur (The Authorized
Biography of Abdurrahman Wahid) tulisan Greg Barton yang diterbitkan LKiS ada
satu cerita di mana Gus Dur masih menjadi mahasiswa di Baghdad yang membuat
saya tertawa dan bahkan hampir tak mampu untuk menahannya saat menulis cerita
ini.
Berikut ini kisahnya:
Selama tiga tahun pertama Gus Dur tinggal bersama dengan sesama
mahasiswa Indonesia. Bersama dengan 19 orang lainnya, ia menyewa sebuah vila di
luar Baghdad dan menjadikannya sebagai tempat kediaman. Mereka cukup mempunyai
uang dari beasiswa yang diterimanya dan
dari hasil kerja paro waktu mereka sehingga vila ini pun menjadi tempat tinggal
yang menyenangkan untuk ukuran mahasiswa. Sebagai tempat tinggal mahasiswa , vila
ini ditandai dengan suasana kebersamaan yang menyenangkan serta
percakapan-percakapan yang hidup dan kebanyakan menarik. Para mahasiswa itu
mengumpulkan iuran untuk membiayai urusan rumah tangga sehari-hari dan sewa
vila itu.
Para mahasiswa ini mendapat giliran untuk menyiapkan
hidangan setiap 20 hari sekali. Keistimewaan Gus Dur adalah menyiapkan kari
kepala ikan. Ini merupakan makanan sangat lezat bagi orang Indonesia yang jauh
di rantau. Diakui oleh Gus Dur bahwa pilihan masakan ini bukanlah sepenuhnya
kebetulan.
Pada masa awal ia tinggal di Baghdad, demikian ceritanya, ia sempat menjumpai sebuah toko yang
menjual ikan dekat tempat tinggalnya itu. Diperhatikan olehnya bahwa orang Irak
tidak makan kepala ikan. Kepala ikan dibuang begitu saja atau diberikan pada
binatang peliharaan. Oleh karena itu, pada suatu hari ia mendatangi pemilik
toko itu dan meminta 20 kepala ikan ukuran besar. Pemilik toko itu terkejut.
“Untuk apa kepala ikan sebanyak itu ?”
“Hmm, saya memelihara banyak anjing.” kata Gus Dur.
“Berapa banyak ?”
“Dua puluh .” jawab Gus Dur sambil menahan tawanya .
Si pemilik toko pun setuju dan sejak itu setiap 20 hari sekali
Gus Dur mendatangi toko itu dan membawa pulang 20 kepala ikan ukuran besar. Sebagai
tanda membeli, ia memberikan kepada pemilik toko itu beberapa buah mata uang
logam. Setibanya di rumah, ia pun membuat kari kepala ikan yang lezat. Masakan
itu hampir sepenuhnya gratis, lagi pula teman-teman serumahnya sangat menyukainya.
Hal itu berlangsung lebih dari satu tahun dan merupakan suatu pengaturan yang
hampir ideal.
Akan tetapi kemudian, pada suatu hari mahasiswa-mahasiswa ini
menerima tamu resmi dari Indonesia. Kedutaan besar Indonesia mengusulkan diadakan jamuan
makan khusus di rumah tersebut. Lalu, para mahasiswa ini, dengan gaya khas
Indonesia yang sukar ditiru oleh orang lain, membentuk sebuah panitia dan mulai
mengadakan persiapan. Salah seorang teman Gus Dur diberi tugas memasak dan ia
ingin menyiapkan hidangan ikan di samping hidangan daging kambing dan daging
sapi yang telah direncanakan sebelumnya. Ia pergi ke toko yang biasa dikunjungi
Gus Dur.
Si pemilik mengenali orang ini dan berkomentar sambil tertawa:
“Temanmu sangat aneh .”
“Kenapa ?”
“Ia memelihara banyak anjing. Bayangkan, 20 anjing!”
Mahasiswa ini pulang ke rumah dan menumpahkan kemarahannya
pada Gus Dur.
“Sampai hati kau samakan kami dengan anjing ?”katanya sambil meminta
keterangan.
Sumber:
Biografi Gus Dur (The Authorized Biography of Abdurrahman
Wahid)
Oleh: Greg Barton
Hal 106-108
Tidak ada komentar:
Posting Komentar