9. Diagnosa Kejiwaan dan
Psikologi
Pertama, ucapan penulis : Saat
kita mengikuti cerita buatan lagi dusta seperti ini, dan bagaimana mereka
terbang dengan kegembiraan, seolah merasakan kebahagiaan besar karenanya maka
kita bisa menyimpulkan secara ilmiah, dan dengan ringkas, bahwa pada diri
mereka terdapat simpul kekurangan, dan perasaan takut, yaitu bahwa jalan
keberagamaan mereka selalu membutuhkan ……
Komentar saya:
Menurut saya, ini adalah kesimpulan yang
diambil berdasarkan prasangka penulis saja bukan berdasarkan metode ilmiah,
karena jika kita membaca al-Quran dan Hadits akan kita temukan banyak
kisah-kisah yang disebutkan di dalam keduanya, dimana kita bisa mengambil
nasehat dan peringatan darinya. Bahkan dalam kitab-kitab ulama salaf banyak
menceritakan kisah-kisah yang penuh hikmah yang dapat diambil pelajarannya. Ini
adalah salah satu manjah ulama salaf.
Selain itu tuduhan penulis bahwa pada masyarakat
islam selain kelompok mereka terdapat kekurangan, dan perasaan takut,
ini pun hanya persangkaan penulis tanpa didasari bukti-bukti nyata dan ilmiah.
Kedua, ucapan penulis:
Oleh karena itu, ada dari mereka yang sengaja membuat pahlawan khayalan dan
menyanyikannya. Lalu mereka pun merayakan kemenangan semu tersebut. Semua hal
ini disebabkan oleh perasaan rendah dan kurang. Lalu mereka melupakan
kemenangan hakiki, yaitu mengikuti al-Qur`an yang mulia dan sunnah shahihah
dengan pemahaman salafus shalih, bukan dengan pemahaman kisah-kisah bikinan,
cerita dusta, dan mimpi syaithani (dari godaan setan).
Komentar saya:
Para pembaca dapat melihat sendiri, betapa
penulis bantahan ini memiliki persangkaan yang kurang baik kepada umat Islam selain kelompoknya sendiri.
Sehingga kisah-kisah yang tidak sesuai dengan kepercayaan atau akidah mereka
dianggap palsu, dusta bahkan yang lebih parah lagi dianggap mimpi karena godaan
setan.
Bukankah Allah telah berfirman:
﴿ إِنَّ الظَّنَّ
لاَ يُغْنِى مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا، إِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ بِمَا يَفْعَلُوْنَ ﴾
“Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai
kebenaran.” [Yunus: 36]
Dan Allah berfirman:
﴿ يَا
آيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ، إِنَّ بَعْضَ
الظَّنِّ اِثْمٌ، وَلاَ تَجَسَّسُوْا وَلاَ يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ﴾
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain." [al-Hujuraat: 12]
Sebenarnya, masih banyak yang
perlu dikomentari dari artikel bantahan dari kisah ini (misalnya tentang
perkataan penulis saat ia memperbandingkan antara Sayyid Alawi dan Sayikh Sadi
dan risalahnya kepada umat Islam) hanya saja saya rasa dalil-dalil dan
bukti-bukti yang saya berikan di atas sudah mencukupi untuk dijadikan renungan
dan pemikiran para pembaca mengenai benar tidaknya kisah itu.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar