Alamat

Jl Diponegoro Gg. III Cepu - Jawa Tengah Indonesia

Rabu, 15 Mei 2013

Kisah Sayyid Alawi dan As-Sa'di Palsukah? bag-9



9. Diagnosa Kejiwaan dan Psikologi

Pertama, ucapan penulis : Saat kita mengikuti cerita buatan lagi dusta seperti ini, dan bagaimana mereka terbang dengan kegembiraan, seolah merasakan kebahagiaan besar karenanya maka kita bisa menyimpulkan secara ilmiah, dan dengan ringkas, bahwa pada diri mereka terdapat simpul kekurangan, dan perasaan takut, yaitu bahwa jalan keberagamaan mereka selalu membutuhkan ……

Komentar saya:
Menurut saya, ini adalah kesimpulan yang diambil berdasarkan prasangka penulis saja bukan berdasarkan metode ilmiah, karena jika kita membaca al-Quran dan Hadits akan kita temukan banyak kisah-kisah yang disebutkan di dalam keduanya, dimana kita bisa mengambil nasehat dan peringatan darinya. Bahkan dalam kitab-kitab ulama salaf banyak menceritakan kisah-kisah yang penuh hikmah yang dapat diambil pelajarannya. Ini adalah salah satu manjah ulama salaf.
Selain itu tuduhan penulis bahwa pada masyarakat islam selain kelompok mereka terdapat kekurangan, dan perasaan takut, ini pun hanya persangkaan penulis tanpa didasari bukti-bukti nyata dan ilmiah.

Kedua, ucapan penulis: Oleh karena itu, ada dari mereka yang sengaja membuat pahlawan khayalan dan menyanyikannya. Lalu mereka pun merayakan kemenangan semu tersebut. Semua hal ini disebabkan oleh perasaan rendah dan kurang. Lalu mereka melupakan kemenangan hakiki, yaitu mengikuti al-Qur`an yang mulia dan sunnah shahihah dengan pemahaman salafus shalih, bukan dengan pemahaman kisah-kisah bikinan, cerita dusta, dan mimpi syaithani (dari godaan setan).
Komentar saya:
Para pembaca dapat melihat sendiri, betapa penulis bantahan ini memiliki persangkaan yang kurang baik  kepada umat Islam selain kelompoknya sendiri. Sehingga kisah-kisah yang tidak sesuai dengan kepercayaan atau akidah mereka dianggap palsu, dusta bahkan yang lebih parah lagi dianggap mimpi karena godaan setan.
Bukankah Allah telah berfirman:
﴿ إِنَّ الظَّنَّ لاَ يُغْنِى مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا، إِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ بِمَا يَفْعَلُوْنَ ﴾
Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran.” [Yunus: 36]
Dan Allah berfirman:
﴿ يَا آيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ، إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ، وَلاَ تَجَسَّسُوْا وَلاَ يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا 
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain." [al-Hujuraat: 12]

Sebenarnya, masih banyak yang perlu dikomentari dari artikel bantahan dari kisah ini (misalnya tentang perkataan penulis saat ia memperbandingkan antara Sayyid Alawi dan Sayikh Sadi dan risalahnya kepada umat Islam) hanya saja saya rasa dalil-dalil dan bukti-bukti yang saya berikan di atas sudah mencukupi untuk dijadikan renungan dan pemikiran para pembaca mengenai benar tidaknya kisah itu.

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar