Alamat

Jl Diponegoro Gg. III Cepu - Jawa Tengah Indonesia

Rabu, 15 Mei 2013

Kisah Sayyid Alawi dan As-Sa'di Palsukah? bag-5



5. Perbandingan Riwayat:

Pertama, ucapan penulis bantahan:  Wajib bagi kita untuk mengarahkan satu pertanyaan penting; yaitu mana yang lebih banyak keberkahannya; air zam-zam atau air hujan? ….

Komentar saya:
Dalam hal ini saya sepakat dengannya bahwa air zam-zam tentu lebih utama daripada air hujan, karena keutamaan air zam-zam telah disebutkan secara khusus dalam hadits-hadits Nabi sedang air hujan keberkahannya disebutkan secara umum dalam al-Quran dan hadits-hadits Nabi.
Tetapi yang perlu saya tekankan disini, bahwa keutamaan dari air zam-zam dan air hujan bukanlah dari air itu sendiri, akan tetapi dari Allah SWT. Jadi keberkahan air zam-zam dan air hujan itu semuanya berasal dari Allah SWT, sebab kalau kita meyakini keberkahan dana keutamaan air zam-zam yang melebihi air hujan itu berasal dari dzat atau benda itu sendiri, bukankan kita sendiri akan  terjebak dalam kemusyrikan.  
Karena itu, menurut saya, aneh sekali dan jadi rancu saat penulis bantahan kisah ini justru membuat permasalahan baru  dengan membandingkan air hujan dengan air zam-zam yang tidak ada kaitannya dengan kisah tersebut. Seakan-akan penulis bantahan itu  –menurut pemahaman saya- menganggap keberkahan atau keutamaan air zam-zam itu berasal dari dzat atau benda itu sendiri. Bukankah dengan demikian ia menjadi terjerumus dalam kesyirikan yang ia peringatkan di awal bantahannya.

Kedua, ucapan penulis : Saya akan membuat satu permisalan dengan satu riwayat hipotesa yang kemudian kita bandingkan dengan kisaf fiktif tersebut. Semuanya akan menjadi yakin bahwa dengan logika yang sama riwayat hipotesa saya akan mengunggulinya, dan hendaknya orang-orang berakallah yang menghukuminya

Komentar saya:
Lagi-lagi ini adalah perkataan  yang menurut perasaan saya mengandung unsur kesombongan dan kebanggaan pada dirinya sendiri yang sebenarnya sangat jauh dari sifat para ulama baik mutaqaddimin maupun mutaakhhirin, dan dibenci oleh syariat sepert yang telah saya sebutkan sebelumnya
Sedangkan jika kita cermati contoh hipotesa yang ia berikan dalam perkataannya, ada kesan bahwa ia mencoba untuk memaksakan pendapatnya agar diterima, contohnya ” keberkahan pada tempat turunnya air hujan saja yaitu atap Ka’bah, dan airnya datang dari luar Ka’bah, sementara saya menyandarkan pada tempat di dalam Ka’bah, dan itu lebih utama secara sepakat. Dia menyandarkan pada mandi, dan saya menyandarkan pada minum, dan minum lebih utama secara sepakat  tanpa  memberikan dalil dan alasan yang kuat hanya untuk memberikan kesan kepada para pembaca akan keunggulan ilmunya.
Jadi hipotesa yang ia sampaikan ini , menurut saya, kurang kuat dan tidak dapat dijadikan landasan untuk membuatnya menyatakan bahwa kisah ini adalah kisah fiktif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar