5. Perbandingan Riwayat:
Pertama, ucapan penulis
bantahan: Wajib bagi kita untuk
mengarahkan satu pertanyaan penting; yaitu mana yang lebih banyak
keberkahannya; air zam-zam atau air hujan? ….
Komentar saya:
Dalam hal ini saya sepakat
dengannya bahwa air zam-zam tentu lebih utama daripada air hujan, karena
keutamaan air zam-zam telah disebutkan secara khusus dalam hadits-hadits Nabi
sedang air hujan keberkahannya disebutkan secara umum dalam al-Quran dan
hadits-hadits Nabi.
Tetapi yang perlu saya
tekankan disini, bahwa keutamaan dari air zam-zam dan air hujan bukanlah dari
air itu sendiri, akan tetapi dari Allah SWT. Jadi keberkahan air zam-zam dan
air hujan itu semuanya berasal dari Allah SWT, sebab kalau kita meyakini
keberkahan dana keutamaan air zam-zam yang melebihi air hujan itu berasal dari
dzat atau benda itu sendiri, bukankan kita sendiri akan terjebak dalam kemusyrikan.
Karena itu, menurut saya,
aneh sekali dan jadi rancu saat penulis bantahan kisah ini justru membuat
permasalahan baru dengan membandingkan
air hujan dengan air zam-zam yang tidak ada kaitannya dengan kisah tersebut.
Seakan-akan penulis bantahan itu
–menurut pemahaman saya- menganggap keberkahan atau keutamaan air
zam-zam itu berasal dari dzat atau benda itu sendiri. Bukankah dengan demikian
ia menjadi terjerumus dalam kesyirikan yang ia peringatkan di awal bantahannya.
Kedua, ucapan penulis : Saya
akan membuat satu permisalan dengan satu riwayat hipotesa yang kemudian kita
bandingkan dengan kisaf fiktif tersebut. Semuanya akan menjadi yakin bahwa dengan
logika yang sama riwayat hipotesa saya akan mengunggulinya, dan hendaknya
orang-orang berakallah yang menghukuminya
Komentar saya:
Lagi-lagi ini adalah
perkataan yang menurut perasaan saya
mengandung unsur kesombongan dan kebanggaan pada dirinya sendiri yang
sebenarnya sangat jauh dari sifat para ulama baik mutaqaddimin maupun
mutaakhhirin, dan dibenci oleh syariat sepert yang telah saya sebutkan
sebelumnya
Sedangkan jika kita cermati
contoh hipotesa yang ia berikan dalam perkataannya, ada kesan bahwa ia mencoba
untuk memaksakan pendapatnya agar diterima, contohnya ” keberkahan
pada tempat turunnya air hujan saja yaitu atap Ka’bah, dan airnya datang dari
luar Ka’bah, sementara saya menyandarkan pada tempat di dalam Ka’bah, dan itu
lebih utama secara sepakat. Dia menyandarkan pada mandi, dan saya menyandarkan
pada minum, dan minum lebih utama secara sepakat” tanpa memberikan dalil dan alasan yang kuat hanya
untuk memberikan kesan kepada para pembaca akan keunggulan ilmunya.
Jadi hipotesa yang ia sampaikan
ini , menurut saya, kurang kuat dan tidak dapat dijadikan landasan untuk
membuatnya menyatakan bahwa kisah ini adalah kisah fiktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar