Sumber:
AUDI- Electronic Computer
Dari seseorang
Illustrasi kehidupan yang luar biasa..
Mudah-mudahan sempat dibaca di hari minggu ini..
Seorang dokter yang sedang bergegas masuk ke dalam ruang operasi..
Ayah dari anak yang akan dioperasi menghampirinya "Kenapa lama sekali anda sampai ke sini? Apa anda tidak tahu, nyawa anak saya terancam jika tidak segera dioperasi?" Labrak si ayah.
Dokter itu tersenyum, "Maaf, saya sedang tidak di Rumah Sakit tadi, tapi saya secepatnya ke sini setelah ditelepon pihak Rumah Sakit." Kemudian ia menuju ruang operasi, setelah beberapa jam ia keluar dengan senyuman di wajahnya.
"Alhamdulillah keadaan anak anda kini stabil."
Tanpa menunggu jawaban sang ayah, dokter tersebut berkata "Suster akan membantu anda jika ada yang ingin anda tanyakan."
Dokter tersebut berlalu.
"Kenapa dokter itu angkuh sekali? Dia kan sepatutnya memberikan penjelasan mengenai keadaan anak saya!" Sang ayah berkata pada suster.
Sambil meneteskan airmata suster menjawab :"Anak dokter tersebut meninggal dalam kecelakaan kemarin sore, ia sedang menguburkan anaknya saat kami meneleponnya untuk melakukan operasi pada anak anda. Sekarang anak anda telah selamat, ia bisa kembali berkabung." .... :
O JANGAN PΕRNΑН TERBURU2 MENILAI SESEORANG..
Tapi maklumilah tiap jiwa
disekeliling kita yang menyimpan cerita kehidupan takterbayangkan di benak kita...
Αdα air mata dibalik setiap senyuman..
Αdα kasih sayang dibalik setiap amarah..
Αdα pengorbanan dibalik setiap ketidak pedulian..
Αdα harapan dibalik setiap
kesakitan..
Αdα kekecewaan dibalik setiap derai tawa..
Semoga bermanfaat agar kita menjadi manusia dengan rasa maklum yang semakin luas dan bersyukur dengan apa yang telah TUHAN berikan dalam hidup ini. INGAT, kita bukan satu-satunya manusia dengan segudang masalah...
Tersenyumlah ..
Senyum mampu membasuh setiap luka ..
Maafkanlah..
Maaf mampu menyembuhkan
semua rasa sakit..
Semoga harimu indah..
Alamat
Jl Diponegoro Gg. III Cepu - Jawa Tengah Indonesia
Selasa, 20 Desember 2011
Kamis, 01 Desember 2011
Terjemah Nadzam al-Baiquni
Nadzam al-baiquni adalah kitab yang biasanya diajarkan bagi para pelajar pemula yang ingin mempelajari ilmu hadis.
Atas permintaan seorang alumni dari PonPes Assalam saya berusaha menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.
Sebenarnya saya ingin memberinya keterangan yang luas, akan tetapi karena keterbatasan waktu dan banyaknya kegiatan maka saya belum dapat menyelesaikannya dan baru selesai sekitar sepertiganya. Saat si alumni akan berkunjung ke rumah saya untuk memenuhi keinginannya akhirnya saya merubah metode yang saya gunakan dengan hanya menerjemahkan nadzaman dan sedikit catatan kaki untuk hal-hal yang penting tidak seperti metode awal yang saya inginkan.
Alhamdulillah dalam waktu sebentar saja penerjamahan ini telah selesai.
Insya Allah jika ada waktu saya akan berusaha untuk menyelesaikannya.
Semoga amal kecil ini bermanfaat.
Download
PDF DOC
Atas permintaan seorang alumni dari PonPes Assalam saya berusaha menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.
Sebenarnya saya ingin memberinya keterangan yang luas, akan tetapi karena keterbatasan waktu dan banyaknya kegiatan maka saya belum dapat menyelesaikannya dan baru selesai sekitar sepertiganya. Saat si alumni akan berkunjung ke rumah saya untuk memenuhi keinginannya akhirnya saya merubah metode yang saya gunakan dengan hanya menerjemahkan nadzaman dan sedikit catatan kaki untuk hal-hal yang penting tidak seperti metode awal yang saya inginkan.
Alhamdulillah dalam waktu sebentar saja penerjamahan ini telah selesai.
Insya Allah jika ada waktu saya akan berusaha untuk menyelesaikannya.
Semoga amal kecil ini bermanfaat.
Download
PDF DOC
Rabu, 09 November 2011
NABI MUHAMMAD TIDAK MENERIMA PERINTAH SHALAT WAKTU ISRA MI’RAJ
Beberapa waktu yang lalu setelah rapat Madrasah Diniyah Nurul Huda di serambi Masjid al-Muttaqiin Cepu secara tidak sengaja saya berbincang-bincang dengan salah seorang ta’mir masjid yang bercerita bahwa ia mendengar pengajian di suatu radio yang pembicaranya menyatakan bahwa Nabi Muhammad tidak menerima pernah menerima perintah shalat dalam peristiwa Isra Mi’raj. Alasannya karena dalam al-Quran surat al-Isra tidak ada yang membahas perintah tersebut. Adapun Isra Mi’raj sendiri adalah hiburan yang diberikan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW.
Benarkah ucapan pembicara tersebut ?
Marilah kita bersama-sama membahasnya secara adil dan obyektif sehingga permasalahan ini menjadi jelas.
Dalam surat al-Isra memang tidak disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra Mi’raj menerima perintah shalat 5 waktu, tetapi bukan berarti peristiwa ini tidak terjadi karena beberapa hal berikut :
1. Al-Quran mendukung peristiwa ini
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْا
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. [S. al-Hasyr: 7]
Peristiwa diterimanya perintah shalat dalam Isra Mi’raj telah diceritakan dalam hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, dan al-Quran memerintahkan kita menerima apa yang diberitakan oleh beliau.
Jadi perintah siapakah yang lebih berhak diikuti, perintah Allah dan Rasul-Nya atau pendapat seseorang yang hanya berdasarkan dugaan dan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah (yang nanti akan saya sebutkan) ?
2. Al-Quran mencela orang yang menentang perkataan Nabi Muhammad SAW dan mengancamnya masuk neraka Jahannam
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُوْلَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِهِ مَا تَوَلىَ وَنُصْلِهِ جَهَنَمَ وَسَاءَتْ مَسِيْرًا
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. [S. An-Nisa: 115]
Jika kita tidak membenarkan cerita Nabi bahwa perintah shalat telah beliau terima dalam Isra Mi’raj berarti kita meragukan cerita beliau, padahal Al-Quran mengancam kita dengan neraka jika kita tidak mempercayai cerita beliau.
Dan demikian pula orang yang tidak mengikuti jalan orang-orang yang beriman (ijma menurut imam Sayfi’i) yang dari awal umat Islam sehingga sekarang yang mempercayai bahwa perintah shalat diturunkan kepada Nabi saat beliau Isra Mi’raj.
3. Al-Quran meragukan keimanan orang yang tidak mengikuti hukum dari Rasulullah SAW
فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ حَتىَّ يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُوْا فِى اَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. [S. An-Nisa: 65]
Perintah shalat 5 waktu telah ditetapkan (dihukumkan) oleh Nabi setelah beliau mendapat perintah Allah dalam Isra Mi’raj dan sebelum peristiwa ini shalat yang dikerjakan Rasulullah bukanlah shalat 5 waktu seperti yang disebutkan dalam kitab-sejarah sejarah Nabi.
Jika kita mempercayai dan rela dengan hukum yang disampaikan oleh beliau maka keimanan kita menurut ayat di atas masih diragukan oleh Allah, na’udzu billah min dzalik.
4. Perintah shalat diterima Nabi saat Isra Mi’raj telah disebutkan dalam banyak kitab hadis dalam banyak riwayat dengan berbagai jalur dan berbagai derajatnya, jadi tidak salah jika kita sebut sebagai hadis mutawatir maknawi.
Hadis mutawatir menurut para ahli hadis dan ahli ushul fiqih dinyatakan menduduki derajat yakin bukan hanya sekedar dzann (persangkaan).
Jadi jika kita mengingkari peristiwa ini kita dapat dikategorikan sebagai pengingkar sunnah, yang menurut kebanyakan ulama memberikan hukum kafir kepada pelakunya.
5. Peristiwa perintah shalat dalam Isra Mi’raj adalah peristiwa yang dikenal umat Islam sehingga dapat dimasukkan sebagai ma ulima bidhdharuri (sesuatu yang diketahui secara pasti).
Menurut kaidah ushul fiqh pengingkaran ma ulima bidhdharuri dapat menyebabkan keluar dari Islam.
6. Menurut logika (akal) pendapat ini pun tidak tepat, karena sesuatu yang tidak disebutkan dalam al-Quran belum tentu tidak terjadi.
Misalnya jumlah raka’at dalam shalat dan waktu-waktunya, nishab-nishab zakat, thawaf di baitullah dan sa’i sebanyak 7 kali serta banyak hal-hal lainnya yang tidak disebutkan al-Quran.
Jika kita ikut cara berpikir semacam ini maka ibadah kita akan menjadi tidak jelas dan kocar kacir.
Jadi meskipun hal-hal ini tidak disebutkan al-Quran akan tetapi kita percaya bahwa hal-hal ini memang terjadi pada zaman Nabi, demikian pula perintah shalat diterima Nabi saat peristiwa Isra Mi’raj juga telah terjadi.
Dari pembahasan singkat yang saya berikan dapatlah kita ketahui bahwa pendapat bahwa pada Isra Mi’raj Nabi tidak menerima perintah shalat 5 waktu adalah pendapat yang tidak dapat diterima, yang tidak didukung oleh al-Quran, hadis, para ulama, mayoritas umat Islam dan akal yang sehat.
Semoga bermanfaat dan menjadi bahan renungan bagi orang-orang yang mengingkari sunnah nabi (ingkar sunnah).
Untuk pembahasan mendalam tentang hukum ingkar sunnah bacalah kitab Minhaj Sunnah karya Jalaluddin as-Suyuti.
Wallahu a’lam bishshowab.
Benarkah ucapan pembicara tersebut ?
Marilah kita bersama-sama membahasnya secara adil dan obyektif sehingga permasalahan ini menjadi jelas.
Dalam surat al-Isra memang tidak disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra Mi’raj menerima perintah shalat 5 waktu, tetapi bukan berarti peristiwa ini tidak terjadi karena beberapa hal berikut :
1. Al-Quran mendukung peristiwa ini
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْا
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. [S. al-Hasyr: 7]
Peristiwa diterimanya perintah shalat dalam Isra Mi’raj telah diceritakan dalam hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, dan al-Quran memerintahkan kita menerima apa yang diberitakan oleh beliau.
Jadi perintah siapakah yang lebih berhak diikuti, perintah Allah dan Rasul-Nya atau pendapat seseorang yang hanya berdasarkan dugaan dan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah (yang nanti akan saya sebutkan) ?
2. Al-Quran mencela orang yang menentang perkataan Nabi Muhammad SAW dan mengancamnya masuk neraka Jahannam
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُوْلَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِهِ مَا تَوَلىَ وَنُصْلِهِ جَهَنَمَ وَسَاءَتْ مَسِيْرًا
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. [S. An-Nisa: 115]
Jika kita tidak membenarkan cerita Nabi bahwa perintah shalat telah beliau terima dalam Isra Mi’raj berarti kita meragukan cerita beliau, padahal Al-Quran mengancam kita dengan neraka jika kita tidak mempercayai cerita beliau.
Dan demikian pula orang yang tidak mengikuti jalan orang-orang yang beriman (ijma menurut imam Sayfi’i) yang dari awal umat Islam sehingga sekarang yang mempercayai bahwa perintah shalat diturunkan kepada Nabi saat beliau Isra Mi’raj.
3. Al-Quran meragukan keimanan orang yang tidak mengikuti hukum dari Rasulullah SAW
فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ حَتىَّ يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُوْا فِى اَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. [S. An-Nisa: 65]
Perintah shalat 5 waktu telah ditetapkan (dihukumkan) oleh Nabi setelah beliau mendapat perintah Allah dalam Isra Mi’raj dan sebelum peristiwa ini shalat yang dikerjakan Rasulullah bukanlah shalat 5 waktu seperti yang disebutkan dalam kitab-sejarah sejarah Nabi.
Jika kita mempercayai dan rela dengan hukum yang disampaikan oleh beliau maka keimanan kita menurut ayat di atas masih diragukan oleh Allah, na’udzu billah min dzalik.
4. Perintah shalat diterima Nabi saat Isra Mi’raj telah disebutkan dalam banyak kitab hadis dalam banyak riwayat dengan berbagai jalur dan berbagai derajatnya, jadi tidak salah jika kita sebut sebagai hadis mutawatir maknawi.
Hadis mutawatir menurut para ahli hadis dan ahli ushul fiqih dinyatakan menduduki derajat yakin bukan hanya sekedar dzann (persangkaan).
Jadi jika kita mengingkari peristiwa ini kita dapat dikategorikan sebagai pengingkar sunnah, yang menurut kebanyakan ulama memberikan hukum kafir kepada pelakunya.
5. Peristiwa perintah shalat dalam Isra Mi’raj adalah peristiwa yang dikenal umat Islam sehingga dapat dimasukkan sebagai ma ulima bidhdharuri (sesuatu yang diketahui secara pasti).
Menurut kaidah ushul fiqh pengingkaran ma ulima bidhdharuri dapat menyebabkan keluar dari Islam.
6. Menurut logika (akal) pendapat ini pun tidak tepat, karena sesuatu yang tidak disebutkan dalam al-Quran belum tentu tidak terjadi.
Misalnya jumlah raka’at dalam shalat dan waktu-waktunya, nishab-nishab zakat, thawaf di baitullah dan sa’i sebanyak 7 kali serta banyak hal-hal lainnya yang tidak disebutkan al-Quran.
Jika kita ikut cara berpikir semacam ini maka ibadah kita akan menjadi tidak jelas dan kocar kacir.
Jadi meskipun hal-hal ini tidak disebutkan al-Quran akan tetapi kita percaya bahwa hal-hal ini memang terjadi pada zaman Nabi, demikian pula perintah shalat diterima Nabi saat peristiwa Isra Mi’raj juga telah terjadi.
Dari pembahasan singkat yang saya berikan dapatlah kita ketahui bahwa pendapat bahwa pada Isra Mi’raj Nabi tidak menerima perintah shalat 5 waktu adalah pendapat yang tidak dapat diterima, yang tidak didukung oleh al-Quran, hadis, para ulama, mayoritas umat Islam dan akal yang sehat.
Semoga bermanfaat dan menjadi bahan renungan bagi orang-orang yang mengingkari sunnah nabi (ingkar sunnah).
Untuk pembahasan mendalam tentang hukum ingkar sunnah bacalah kitab Minhaj Sunnah karya Jalaluddin as-Suyuti.
Wallahu a’lam bishshowab.
Selasa, 08 November 2011
Matan Ajurrumiyyah
Kitab jurumiyyah adalah kitab nahwu untuk pelajar pemula yang paling banyak diajarkan di pondok-pondok pesantren.
Saya mengetik ulang matan
kitab ini dengan menambah beberapa hal untuk memudahkan para pelajar dalam mempelajarinya.
1. Matan kitab diberi harakat
2. Bab kitab diberi nomor urut
3. Pada awal kitab ada muqaddimah mabadi ilmu nahwu
4. Pada akhir kitab ada jadwal i'rob dan daftar isi
Semoga amal yang kecil ini dapat bermanfaat.
PDF DOC
Saya mengetik ulang matan
kitab ini dengan menambah beberapa hal untuk memudahkan para pelajar dalam mempelajarinya.
1. Matan kitab diberi harakat
2. Bab kitab diberi nomor urut
3. Pada awal kitab ada muqaddimah mabadi ilmu nahwu
4. Pada akhir kitab ada jadwal i'rob dan daftar isi
Semoga amal yang kecil ini dapat bermanfaat.
PDF DOC
MENULIS ARAB DI HP SYMBIAN S60v2
Untuk dapat menulis arab di Hp symbian S60v2 seperti nokia 3230, 6600, 7610, dan yang lainnya kita dapat menggunakan aplikasi Arabic Plus v2.
Berikut ini caranya :
1. Install Arabic Plus
2. Buka aplikasi Arabic Plus
3. Geser joystick ke kanan sampai muncul tulisan register
4. Akan muncul 2 baris angka-angka lalu isikan pada kotak yang disediakan
5. Pada menu pilih register
6. Matikan hp lalu hidupkan lagi
Untuk berpindah dari bahasa inggris ke arab tekan tombol 1 sebanyak 4 kali berturut-turut.
Untuk mengaktifkan dan tidak mengaktifkan tulisan arab caranya
1. Buka aplikasi Arabic Plus
2. Geser joystick ke kanan sampai muncul tulisan option
4. Untuk mengaktifkan pada menu pilih Arabic Enable
5. Untuk menon aktifkan pada menu pilih Arabic Disable
Semoga bermanfaat.
Download Arabic Plus v2
Berikut ini caranya :
1. Install Arabic Plus
2. Buka aplikasi Arabic Plus
3. Geser joystick ke kanan sampai muncul tulisan register
4. Akan muncul 2 baris angka-angka lalu isikan pada kotak yang disediakan
5. Pada menu pilih register
6. Matikan hp lalu hidupkan lagi
Untuk berpindah dari bahasa inggris ke arab tekan tombol 1 sebanyak 4 kali berturut-turut.
Untuk mengaktifkan dan tidak mengaktifkan tulisan arab caranya
1. Buka aplikasi Arabic Plus
2. Geser joystick ke kanan sampai muncul tulisan option
4. Untuk mengaktifkan pada menu pilih Arabic Enable
5. Untuk menon aktifkan pada menu pilih Arabic Disable
Semoga bermanfaat.
Download Arabic Plus v2
MENAMBAH BAHASA ARAB KE WINDOWS 7
Setelah beberapa waktu sempat kebingungan karena tidak dapat dapat menambah bahasa arab ke windows 7 meski telah mencoba beberapa saran dari Internet dan download beberapa file yang cukup besar yang berakhir dengan kegagalan, akhirnya secara tidak sengaja saya berhasil juga menambah bahasa arab ke windows 7.
Berikut ini adalah caranya :
1. Klik Start di pojok kiri bawah
2. Klik Control Panel
3. Akan muncul kotak dialog Control Panel
4. Pada Clock Language's and Region plih dan klik Change Keyboards or other input methods
5. Akan muncul kotak dialog Region and Language
6. Pada kotak dialog pilih dan klik Change Keyboard
7. Akan muncul kotak dialog Text Services and Input Languages
8. Pada kotak dialog pilih dan klik Add
9. Pilih dan klik bahasa arab yang akan di install, misalnya Arabic (Kuwait)
10. Klik Arabic (Kuwait) sehingga muncul tulisan Keyboard, Arabic (101)
11. Beri tanda pada tulisan Arabic tersebut
12. Klik Ok
13. Akan muncul kembali kotak dialog Text Services and Input Languages
14. Klik Ok lalu Apply
Anda akan melihat di bagian bawah layar sebelah kiri telah muncul tulisan EN, yang merupakan pilihan untuk merubah bahasa.
Untuk bahasa yang lain caranya sama dengan di atas hanya pada langkah ke 9 pilih bahasa yang diinginkan misalnya Filipino, French. German dan yang lainnya .
Semoga hal kecil ini dapat membantu rekan-rekan yang pernah mengalami kebingungan seperti saya.
Selamat mencoba.
Berikut ini adalah caranya :
1. Klik Start di pojok kiri bawah
2. Klik Control Panel
3. Akan muncul kotak dialog Control Panel
4. Pada Clock Language's and Region plih dan klik Change Keyboards or other input methods
5. Akan muncul kotak dialog Region and Language
6. Pada kotak dialog pilih dan klik Change Keyboard
7. Akan muncul kotak dialog Text Services and Input Languages
8. Pada kotak dialog pilih dan klik Add
9. Pilih dan klik bahasa arab yang akan di install, misalnya Arabic (Kuwait)
10. Klik Arabic (Kuwait) sehingga muncul tulisan Keyboard, Arabic (101)
11. Beri tanda pada tulisan Arabic tersebut
12. Klik Ok
13. Akan muncul kembali kotak dialog Text Services and Input Languages
14. Klik Ok lalu Apply
Anda akan melihat di bagian bawah layar sebelah kiri telah muncul tulisan EN, yang merupakan pilihan untuk merubah bahasa.
Untuk bahasa yang lain caranya sama dengan di atas hanya pada langkah ke 9 pilih bahasa yang diinginkan misalnya Filipino, French. German dan yang lainnya .
Semoga hal kecil ini dapat membantu rekan-rekan yang pernah mengalami kebingungan seperti saya.
Selamat mencoba.
Selasa, 30 Agustus 2011
Hukum Lebaran Ikut Ahli Hisab
(GP ANSOR BLORA)
Pertanyaan
dari Ahmad Arfansa
tgl 30 Agustus 2011
Pak mau tanya ne? Misalkan warga NU ikt lebaran bsk apa hukumnya? Sdgkn PBNU sdh mencanangkan rabu
1sywal..mhon d jwb biar qt+ilmu
swun..
Jawaban
Kebanyakan ulama tidak memperbolehkan beramal mengikuti ahli perbintangan dan ahli hisab kecuali dalam madzhab syafí yg memperbolehkan bagi ahli itu untuk mengamalkan untuk dirinya sendiri.
Untuk lebih jelas kitab2 dibawah
ini dapat dibaca:
1. Al-fiqh 'ala madzahibil arba'ah hal 500-501 juz 1
2. Minhajul qowim hal 170-171 juz 2
3. Al-iqna hal 202-203 juz 1
4. Al-fiqh islami wa adillatuh hal 598-604 juz 2
5. Al-muhadzzab hal 250-251 juz 1
Hal ini berdasarkan hadis:
Suumuu liru'yatihi wa aftiruu liru'yatihi, fain ghumma 'alaikum faqduruu lah
Berpuasalah jika kalian melihat bulan (Ramadlan) dan berbukalah jika kaliam melihat bulan (Syawwal), maka jika mendung menghalangi (pandangan) kalian maka perkirakanlah
Hadis Riwayat al-Bukhori dan Muslim
Ada 3 penafsiran mengenai perkataan nabi (perkirakanlah)
1. Mayoritas ulama menafsirkan sempurnakanlah hitungannya menjadi 30 hari seperti disebutkan dalam beberapa riwayat lain.
Pendapat inilah yang terkuat dan sesuai dengan kaidah-kaidah ushul fiqh dan ulumul hadis
2. Sebagian ulama menafsirkan hitunglah dengan hisab.
Pendapat ini tertolak dengan hadis: inna ummatun ummiyatun la naktubu wala nahsibu
Sesungguhnya kita adalah ummat yg ummi, tidak menulis dan tidak menghisab.
Hadis Riwayat al-Bukhori dan Muslim
3. Sebagian ulama (yaitu madzhab hambali dan ibnu umar) menafsirkan bahwa besok orang itu harus berpuasa.
Pendapat ini juga tertolak karena berdasarkan kaidah ushul fiqh:
La qiyasa ma'a wujudin nash
Tidak ada kias serta adanya dalil.
Catatan kecil:
Ulama salaf yang memperbolehkan
penggunaan hisab jika ada sesuatu/mendung yg menutupi penampakan bulan Imam Syafi'i, Muthorrif bin asy-Syukhair
(lihat bidayatul mujtahid hal 263)
Ada pula ulama-ulama di abad ini yang memperbolehkan penetapan Ramdlan/Syawal dengan hisab diantaranya Ahmad Syakir, Sayyid Rasyid Ridha, Musthofa az-Zarqa, Yusuf al-Qardhawi
(Fiqhus Siyam hal 27-28)
Pertanyaan
dari Ahmad Arfansa
tgl 30 Agustus 2011
Pak mau tanya ne? Misalkan warga NU ikt lebaran bsk apa hukumnya? Sdgkn PBNU sdh mencanangkan rabu
1sywal..mhon d jwb biar qt+ilmu
swun..
Jawaban
Kebanyakan ulama tidak memperbolehkan beramal mengikuti ahli perbintangan dan ahli hisab kecuali dalam madzhab syafí yg memperbolehkan bagi ahli itu untuk mengamalkan untuk dirinya sendiri.
Untuk lebih jelas kitab2 dibawah
ini dapat dibaca:
1. Al-fiqh 'ala madzahibil arba'ah hal 500-501 juz 1
2. Minhajul qowim hal 170-171 juz 2
3. Al-iqna hal 202-203 juz 1
4. Al-fiqh islami wa adillatuh hal 598-604 juz 2
5. Al-muhadzzab hal 250-251 juz 1
Hal ini berdasarkan hadis:
Suumuu liru'yatihi wa aftiruu liru'yatihi, fain ghumma 'alaikum faqduruu lah
Berpuasalah jika kalian melihat bulan (Ramadlan) dan berbukalah jika kaliam melihat bulan (Syawwal), maka jika mendung menghalangi (pandangan) kalian maka perkirakanlah
Hadis Riwayat al-Bukhori dan Muslim
Ada 3 penafsiran mengenai perkataan nabi (perkirakanlah)
1. Mayoritas ulama menafsirkan sempurnakanlah hitungannya menjadi 30 hari seperti disebutkan dalam beberapa riwayat lain.
Pendapat inilah yang terkuat dan sesuai dengan kaidah-kaidah ushul fiqh dan ulumul hadis
2. Sebagian ulama menafsirkan hitunglah dengan hisab.
Pendapat ini tertolak dengan hadis: inna ummatun ummiyatun la naktubu wala nahsibu
Sesungguhnya kita adalah ummat yg ummi, tidak menulis dan tidak menghisab.
Hadis Riwayat al-Bukhori dan Muslim
3. Sebagian ulama (yaitu madzhab hambali dan ibnu umar) menafsirkan bahwa besok orang itu harus berpuasa.
Pendapat ini juga tertolak karena berdasarkan kaidah ushul fiqh:
La qiyasa ma'a wujudin nash
Tidak ada kias serta adanya dalil.
Catatan kecil:
Ulama salaf yang memperbolehkan
penggunaan hisab jika ada sesuatu/mendung yg menutupi penampakan bulan Imam Syafi'i, Muthorrif bin asy-Syukhair
(lihat bidayatul mujtahid hal 263)
Ada pula ulama-ulama di abad ini yang memperbolehkan penetapan Ramdlan/Syawal dengan hisab diantaranya Ahmad Syakir, Sayyid Rasyid Ridha, Musthofa az-Zarqa, Yusuf al-Qardhawi
(Fiqhus Siyam hal 27-28)
Hukum shalat tarawih 4 rakaat dengan 1 tahiyat
(GP ANSOR BLORA)
Pertanyaan:
dari Arif Hari
pada tgl 27 Agustus 2011
Sebenarnya sholat taraweh yang
4 rokaat satu salamam, itu
mestinya pakai tahiyat awal
ndak..??? kemarin kami ikut
taraweh yang seperti itu kok
tidak ada tahiyat awal.....
Jawaban:
dari Dwi Giatno Alkissy
Mana ada taraweh 4 rka'at 1 slman..?
Yg nama'y tarawih itu 20 raka'at
bi'asyri taslimaatin...
Pertanyaan:
dari Arifia Mas
neng ndi kuwi?
Jawaban:
dari Farid Ze
Kalimat yang disebut saudara Dwi ada dlm kitab al-
muhadzdzab hal 117 juz 1.
Ini dikuatkan oleh hadis:
Sholatul laili matsna matsna.
Shalat malam itu 2 raka'at 2
raka'at. Hadits riwayat al-bukhori no
1137 dan muslim no 749 dan
751.
Sedang shalat tarawih 4 rakaat
dengan 1 salam saya belum
mendapat riwayat/atsar dalam masalah ini.
Bahkan beberapa ulama tidak
memperbolehkannya, diantaranya
1. Imam Malik (subulus salam hal
7 juz 2)
2. Ibnu Qudamah al-maqdisi madzhab hanbali (al-mughni hal
123 juz 1)
3. Imam nawawi bahkan
menyatakan shalat tarawih itu
tdk sah (al-majmu' hal 526 juz
1), demikian pula menurut Wahbah az-Zuhaili (al-fiqhil Islami
hal 526 juz 2)
Tapi ada pula sebagian ulama
madzab syafii, hanafi dan hanbali
memperbolehkan shalat sunnah
malam 4 rakaat dengan 1 tahiyat (lihat al-mughni hal
123-124 juz 1) dan maliki, tapi
kebanyakan dari mereka
memakruhkannya (lihat al-fiqh
'ala madzahibil arba'ah hal
310-311 juz 1)
Pertanyaan:
dari Arif Hari
pada tgl 27 Agustus 2011
Sebenarnya sholat taraweh yang
4 rokaat satu salamam, itu
mestinya pakai tahiyat awal
ndak..??? kemarin kami ikut
taraweh yang seperti itu kok
tidak ada tahiyat awal.....
Jawaban:
dari Dwi Giatno Alkissy
Mana ada taraweh 4 rka'at 1 slman..?
Yg nama'y tarawih itu 20 raka'at
bi'asyri taslimaatin...
Pertanyaan:
dari Arifia Mas
neng ndi kuwi?
Jawaban:
dari Farid Ze
Kalimat yang disebut saudara Dwi ada dlm kitab al-
muhadzdzab hal 117 juz 1.
Ini dikuatkan oleh hadis:
Sholatul laili matsna matsna.
Shalat malam itu 2 raka'at 2
raka'at. Hadits riwayat al-bukhori no
1137 dan muslim no 749 dan
751.
Sedang shalat tarawih 4 rakaat
dengan 1 salam saya belum
mendapat riwayat/atsar dalam masalah ini.
Bahkan beberapa ulama tidak
memperbolehkannya, diantaranya
1. Imam Malik (subulus salam hal
7 juz 2)
2. Ibnu Qudamah al-maqdisi madzhab hanbali (al-mughni hal
123 juz 1)
3. Imam nawawi bahkan
menyatakan shalat tarawih itu
tdk sah (al-majmu' hal 526 juz
1), demikian pula menurut Wahbah az-Zuhaili (al-fiqhil Islami
hal 526 juz 2)
Tapi ada pula sebagian ulama
madzab syafii, hanafi dan hanbali
memperbolehkan shalat sunnah
malam 4 rakaat dengan 1 tahiyat (lihat al-mughni hal
123-124 juz 1) dan maliki, tapi
kebanyakan dari mereka
memakruhkannya (lihat al-fiqh
'ala madzahibil arba'ah hal
310-311 juz 1)
Jumat, 19 Agustus 2011
Wanita Yang Berbicara Dengan Al-Quran
Abdullah bin al-Mubarak berkata: Saat saya keluar untuk berhaji ke Baitullah al-Haram dan menziarahi kubur Nabi SAW, disuatu jalan saya melihat suatu benda yang hitam di jalan itu, maka aku mencoba untuk menentukannya ternyata itu adalah seorang wanita yang tua dengan baju dan penutup kepala dari bulu domba,
Aku berkata kepadanya: "Semoga keselamatan, rahmat Allah dan berkah-Nya tercurahkan kepada anda."
Ia berkata: "Salam sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang [Yasin: 48]"
Aku pun berkata kepadanya: "Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu, apa yang anda perbuat di tempat ini ?"
Ia berkata: "Barangsiapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk [Al-A'raf: 186]"
Maka aku pun mengerti kalau ia sedang dalam perjalanan dan tersesat.
Aku lalu bertanya: "Kemanakah tujuan anda ?"
Ia menjawab: "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha [Al-Isra: 1]"
Aku pun mengetahui kalau ia telah menyelesaikan hajinya, dan hendak pergi ke Baitul Maqdis.
Lalu aku bertanya: "Telah berapa lama anda berada di tempat ini ?"
Ia menjawab: "Selama tiga malam, padahal kamu sehat [Maryam: 10]"
Aku pun berkata kepadanya : "Saya tidak melihat anda membawa makanan untuk dimakan."
Ia menjawab: "Dia memberi makan dan minum kepadaku [Asy-Syu'ara: 79]"
Aku bertanya: "Lalu dengan apa anda berwudlu ?"
Ia menjawab: " Lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih) [al-Maidah: 6]"
Aku pun berkata kepadanya: "Sesungguhnya saya membawa makanan, maukah anda memakannya ?"
Ia menjawab: "Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam [al-Baqarah: 187]"
Aku berkata: "Bulan ini bukanlah bulan Ramadlan."
Ia menjawab: "Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui [al-Baqarah; 158]"
Aku lalu berkata: "Kita diperbolehkan untuk tidak berpuasa saat dalam perjalanan."
Ia menjawab: "Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui [al-Baqarah: 184]"
Aku bertanya: "Mengapa anda berkata-kata dengan dengan perkataan semacam ini (yaitu dengan mengutip ayat-ayat al-Quran-pen) ?"
Ia menjawab: "Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir [Qaf: 18]"
Lalu aku pun bertanya; "Anda berasal dari kabilah apa ?"
Ia menjawab: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya [al-Isra: 36]"
Aku lalu berkata: "Saya sungguh-sungguh telah berbuat kekeliruan, maka maafkanlah saya."
Ia menjawab: "Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu) [Yusuf; 92]"
Maka aku pun berkata kepadanya: "Maukah anda saya angkut dengan unta saya agar anda dapat menyusul kabilah anda ?"
Ia menjawab: "Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya [al-Baqarah: 215]"
Lalu aku menurunkan untaku untuknya.
Wanita itu berkata: "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, [an-Nur: 30]"
Lalu aku pun menahan pandanganku darinya, dan aku berkata kepadanya: "Tunggangilah !"
Maka saat ia hendak menungganginya, unta itu berlari sehingga menyobek bajunya.
Ia pun berkata: "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) [asy-Syura: 30]"
Maka aku berkata kepadanya: "Bersabarlah sehingga aku mengikatnya."
Ia menjawab: "Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman [al-Anbiya: 79]"
Lalu aku mengikat unta itu, dan berkata kepadanya: "Tunggangilah !"
Maka saat ia menungganginya ia berkata: "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami [az-Zukhruf: 13-14]"
Lalu ia memegang tali kendali unta, dan berjalanlah unta itu dan berteriak-teriak.
Maka wanita itu berkata kepadanya: "Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu [Luqman: 19]"
Maka aku pun berjalan dengan pelan-pelan sambil bernyanyi-nyayi.
Maka ia berkata: "Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran [Al-Muzammil: 20]"
Aku pun berkata: "Anda sungguh-sungguh telah diberikan kebaikan."
Ia menjawab: "Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah) [Al-Baqarah: 269]"
Maka saat aku berjalan bersamanya ,aku bertanya kepadanya: "Apakah anda telah memiliki suami ?"
Ia menjawab: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu [al-Maidah: 101]"
Maka akupun diam sampai aku menyusul kafilah(rombongan) bersamanya.
Lalu aku bertanya kepadanya: "Di kafilah ini siapakah kerabatmu ?"
Ia menjawab: "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia [al-Kahfi: 46]"
Aku pun mengerti kalau ia memiliki anak-anak.
Maka aku bertanya kepadanya: "Apa pekerjaan mereka saat berhaji ?"
Ia menjawab: "Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk [an-Nahl: 16]"
Maka aku pun mengerti kalau mereka adalah penunjuk jalan bagi rombongan tersebut, lalu aku menuju ke suatu tenda.
Aku pun berkata kepadanya: "Dalam tenda ini siapakah kerabatmu ?"
Ia menjawab: "Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya [an-Nisa: 125], Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung [an-Nisa: 164], Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. [Maryam: 12]"
Lalu aku pun memanggil dengan suara yang keras: " Wahai Ibrahim, Wahai Musa, Wahai Yahya."
Maka aku pun bertemu dengan anak-anak muda yang memiliki wajah bercahaya seakan-akan mereka adalah bulan,
Saat mereka telah duduk, maka ia berkata : "Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik [al-Kahfi: 19]"
Maka salah seorang dari mereka pergi membeli makanan, dan mereka menyuguhkannya kepadaku.
Aku pun berkata kepada mereka: "Saat ini makanan ini haram bagi saya sehingga kalian menceritakan kepadaku tentang masalah wanita ini."
Mereka berkata: "Ini adalah ibu kami, beliau sejak 40 tahun (yang lalu) tidak pernah berbicara kecuali dengan al-Quran karena takut kalau ia sampai keliru/salah (dalam pembicaraannya) sehingga Allah yang Maha Pengasih memurkainya, Maha Suci Allah akan apa yang Dia kehendaki."
Lalu aku berkata: "Ini adalah anugerah Allah yang Dia berikan kepada orang yang dikehendaki-Nya, Dan Allah adalah Dzat yang Memberi anugerah dan Maha Agung."
(dikutip dari kitab Kifayatul Atqiya' wa Minhajul Ashfiya' hal 57-58)
Aku berkata kepadanya: "Semoga keselamatan, rahmat Allah dan berkah-Nya tercurahkan kepada anda."
Ia berkata: "Salam sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang [Yasin: 48]"
Aku pun berkata kepadanya: "Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu, apa yang anda perbuat di tempat ini ?"
Ia berkata: "Barangsiapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk [Al-A'raf: 186]"
Maka aku pun mengerti kalau ia sedang dalam perjalanan dan tersesat.
Aku lalu bertanya: "Kemanakah tujuan anda ?"
Ia menjawab: "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha [Al-Isra: 1]"
Aku pun mengetahui kalau ia telah menyelesaikan hajinya, dan hendak pergi ke Baitul Maqdis.
Lalu aku bertanya: "Telah berapa lama anda berada di tempat ini ?"
Ia menjawab: "Selama tiga malam, padahal kamu sehat [Maryam: 10]"
Aku pun berkata kepadanya : "Saya tidak melihat anda membawa makanan untuk dimakan."
Ia menjawab: "Dia memberi makan dan minum kepadaku [Asy-Syu'ara: 79]"
Aku bertanya: "Lalu dengan apa anda berwudlu ?"
Ia menjawab: " Lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih) [al-Maidah: 6]"
Aku pun berkata kepadanya: "Sesungguhnya saya membawa makanan, maukah anda memakannya ?"
Ia menjawab: "Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam [al-Baqarah: 187]"
Aku berkata: "Bulan ini bukanlah bulan Ramadlan."
Ia menjawab: "Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui [al-Baqarah; 158]"
Aku lalu berkata: "Kita diperbolehkan untuk tidak berpuasa saat dalam perjalanan."
Ia menjawab: "Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui [al-Baqarah: 184]"
Aku bertanya: "Mengapa anda berkata-kata dengan dengan perkataan semacam ini (yaitu dengan mengutip ayat-ayat al-Quran-pen) ?"
Ia menjawab: "Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir [Qaf: 18]"
Lalu aku pun bertanya; "Anda berasal dari kabilah apa ?"
Ia menjawab: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya [al-Isra: 36]"
Aku lalu berkata: "Saya sungguh-sungguh telah berbuat kekeliruan, maka maafkanlah saya."
Ia menjawab: "Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu) [Yusuf; 92]"
Maka aku pun berkata kepadanya: "Maukah anda saya angkut dengan unta saya agar anda dapat menyusul kabilah anda ?"
Ia menjawab: "Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya [al-Baqarah: 215]"
Lalu aku menurunkan untaku untuknya.
Wanita itu berkata: "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, [an-Nur: 30]"
Lalu aku pun menahan pandanganku darinya, dan aku berkata kepadanya: "Tunggangilah !"
Maka saat ia hendak menungganginya, unta itu berlari sehingga menyobek bajunya.
Ia pun berkata: "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) [asy-Syura: 30]"
Maka aku berkata kepadanya: "Bersabarlah sehingga aku mengikatnya."
Ia menjawab: "Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman [al-Anbiya: 79]"
Lalu aku mengikat unta itu, dan berkata kepadanya: "Tunggangilah !"
Maka saat ia menungganginya ia berkata: "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami [az-Zukhruf: 13-14]"
Lalu ia memegang tali kendali unta, dan berjalanlah unta itu dan berteriak-teriak.
Maka wanita itu berkata kepadanya: "Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu [Luqman: 19]"
Maka aku pun berjalan dengan pelan-pelan sambil bernyanyi-nyayi.
Maka ia berkata: "Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran [Al-Muzammil: 20]"
Aku pun berkata: "Anda sungguh-sungguh telah diberikan kebaikan."
Ia menjawab: "Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah) [Al-Baqarah: 269]"
Maka saat aku berjalan bersamanya ,aku bertanya kepadanya: "Apakah anda telah memiliki suami ?"
Ia menjawab: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu [al-Maidah: 101]"
Maka akupun diam sampai aku menyusul kafilah(rombongan) bersamanya.
Lalu aku bertanya kepadanya: "Di kafilah ini siapakah kerabatmu ?"
Ia menjawab: "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia [al-Kahfi: 46]"
Aku pun mengerti kalau ia memiliki anak-anak.
Maka aku bertanya kepadanya: "Apa pekerjaan mereka saat berhaji ?"
Ia menjawab: "Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk [an-Nahl: 16]"
Maka aku pun mengerti kalau mereka adalah penunjuk jalan bagi rombongan tersebut, lalu aku menuju ke suatu tenda.
Aku pun berkata kepadanya: "Dalam tenda ini siapakah kerabatmu ?"
Ia menjawab: "Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya [an-Nisa: 125], Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung [an-Nisa: 164], Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. [Maryam: 12]"
Lalu aku pun memanggil dengan suara yang keras: " Wahai Ibrahim, Wahai Musa, Wahai Yahya."
Maka aku pun bertemu dengan anak-anak muda yang memiliki wajah bercahaya seakan-akan mereka adalah bulan,
Saat mereka telah duduk, maka ia berkata : "Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik [al-Kahfi: 19]"
Maka salah seorang dari mereka pergi membeli makanan, dan mereka menyuguhkannya kepadaku.
Aku pun berkata kepada mereka: "Saat ini makanan ini haram bagi saya sehingga kalian menceritakan kepadaku tentang masalah wanita ini."
Mereka berkata: "Ini adalah ibu kami, beliau sejak 40 tahun (yang lalu) tidak pernah berbicara kecuali dengan al-Quran karena takut kalau ia sampai keliru/salah (dalam pembicaraannya) sehingga Allah yang Maha Pengasih memurkainya, Maha Suci Allah akan apa yang Dia kehendaki."
Lalu aku berkata: "Ini adalah anugerah Allah yang Dia berikan kepada orang yang dikehendaki-Nya, Dan Allah adalah Dzat yang Memberi anugerah dan Maha Agung."
(dikutip dari kitab Kifayatul Atqiya' wa Minhajul Ashfiya' hal 57-58)
Minggu, 31 Juli 2011
KITAB-KITAB KH HASYIM ASY'ARIY
Alhamdulillah di awal bulan ramadlan ini, saya dapat menyelesaikan beberapa risalah yang telah ditulis oleh pendiri NU KH Hasyim Asy'ari yaitu:
1. At-Tibyan Fin Nahyi Min Muqothoa'til Arham wal Aqoorib wal Ikhwan
2. Muqoddimatul Qonunil Asaasii
3. Risalah fi Ta-akkudil akhdzi bi Madzaahibil Aimmatil Arba'ah
4. Mawaa'idhz
5. Al-Arba'in Haditsan Nabawiyyan tata'allaq bi Mabaadi Jam'iyah Nahdhotul 'Ulama
Saya mengaji Kitab-kitab ini saat menjadi santri di Pondok Pesntren Tebuireng dari K.H. Ishaq Latif berdasarkan kitab yang ditulis dan dicetak oleh cucu K.H Hasyim Asy'ari yaitu K.H. Muhammad Ishom Hadziq.
Dalam kitab ini saya hanya menunjukkan surat dan nomor ayat-ayat al-Quran yang beliau sebutkan.
Sedangkan untuk hadits-haditsnya saya hanya menyebutkan nomor hadits pada kitab asalnya serta derajat haditsnya.
Karena keterbatasan waktu dan kitab yang saya miliki, saya tidak dapat mentakhrij sebagian haditsnya.
Semoga amal yang kecil ini dapat memberi manfaat.
Saya menerima saran, kritik atau koreksi jika dalam ketikan saya terjadi kesalahan.
Silahkan download kitab ini disini.
PDF DOC
1. At-Tibyan Fin Nahyi Min Muqothoa'til Arham wal Aqoorib wal Ikhwan
2. Muqoddimatul Qonunil Asaasii
3. Risalah fi Ta-akkudil akhdzi bi Madzaahibil Aimmatil Arba'ah
4. Mawaa'idhz
5. Al-Arba'in Haditsan Nabawiyyan tata'allaq bi Mabaadi Jam'iyah Nahdhotul 'Ulama
Saya mengaji Kitab-kitab ini saat menjadi santri di Pondok Pesntren Tebuireng dari K.H. Ishaq Latif berdasarkan kitab yang ditulis dan dicetak oleh cucu K.H Hasyim Asy'ari yaitu K.H. Muhammad Ishom Hadziq.
Dalam kitab ini saya hanya menunjukkan surat dan nomor ayat-ayat al-Quran yang beliau sebutkan.
Sedangkan untuk hadits-haditsnya saya hanya menyebutkan nomor hadits pada kitab asalnya serta derajat haditsnya.
Karena keterbatasan waktu dan kitab yang saya miliki, saya tidak dapat mentakhrij sebagian haditsnya.
Semoga amal yang kecil ini dapat memberi manfaat.
Saya menerima saran, kritik atau koreksi jika dalam ketikan saya terjadi kesalahan.
Silahkan download kitab ini disini.
PDF DOC
Senin, 04 Juli 2011
al-Hikam-Maqolah 3c
Jika seseorang mendapatkan bahwa himmahnya (keinginannya) yang kuat akan sesuatu terwujud maka ini adalah sesuai dengan qadla’ yang telah ditetapkan dan dengan ijin Allah SWT.
Dan jika ia mendapatkan bahwa himmahnya tidak terwujud dan terdapat takdir yang menghalangi maka janganlah ia merobeknya (mengoyaknya) akan tetapi ia bersikap sopan dengan mengembalikannya pada sifat dirinya yaitu sebagai hamba Allah sehingga tidak merasa kehilangan atau sedih. Bahkan terkadang ia seharusnya merasa gembira dengannya karena mungkin ada hikmah atau rahasia yang belum ia ketahui di dalamnya.
Allah SWT berfirman:
وَعَسَى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ، وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ، وَاللهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. [S. Al-Baqarah: 216]
Allah SWT berfirman:
فَعَسَى اَنْ تُكْرِهُوْا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا
Maka mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.[S. An-Nisa: 19]
Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّ شَيْءٍ يُقَدَّرُ حَتْى الْعَجْزُ وَالْكَيْسُ
Setiap segala sesuatu ditakdirkan hingga kelemahan dan kecerdasan.
[Hadis Riwayat Muslim dari Ibnu Umar]
Kesimpulan:
Kita harus bersikap optimis dan berkeyakinan yang kuat (berpikir positif) ketika akan mengerjakan atau menghendaki sesuatu sehingga akan lebih dapat mewujudkan pekerjaan atau keinginan tersebut.
Tetapi kita wajib berkeyakinan bahwa sebab-sebab sebenarnya tidaklah merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan dan terwujudnya keinginan atau pekerjaan kita.
Faktor yang terpenting adalah qadla’ dan qadar Allah SWT,
Dengan demikian jika kita mendapatkan keinginan kita terwujud, kita dapat bersyukur akan nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita.
Dan jika kita tidak mendapatkan keinginan tersebut terwujud kita tetap merasa gembira dan optimis bahwa Allah pasti menentukan hal yang lebih baik dan layak bagi kita dari yang keinginan kita tersebut.
Semoga bermanfaat.
Dan jika ia mendapatkan bahwa himmahnya tidak terwujud dan terdapat takdir yang menghalangi maka janganlah ia merobeknya (mengoyaknya) akan tetapi ia bersikap sopan dengan mengembalikannya pada sifat dirinya yaitu sebagai hamba Allah sehingga tidak merasa kehilangan atau sedih. Bahkan terkadang ia seharusnya merasa gembira dengannya karena mungkin ada hikmah atau rahasia yang belum ia ketahui di dalamnya.
Allah SWT berfirman:
وَعَسَى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ، وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ، وَاللهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. [S. Al-Baqarah: 216]
Allah SWT berfirman:
فَعَسَى اَنْ تُكْرِهُوْا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا
Maka mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.[S. An-Nisa: 19]
Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّ شَيْءٍ يُقَدَّرُ حَتْى الْعَجْزُ وَالْكَيْسُ
Setiap segala sesuatu ditakdirkan hingga kelemahan dan kecerdasan.
[Hadis Riwayat Muslim dari Ibnu Umar]
Kesimpulan:
Kita harus bersikap optimis dan berkeyakinan yang kuat (berpikir positif) ketika akan mengerjakan atau menghendaki sesuatu sehingga akan lebih dapat mewujudkan pekerjaan atau keinginan tersebut.
Tetapi kita wajib berkeyakinan bahwa sebab-sebab sebenarnya tidaklah merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan dan terwujudnya keinginan atau pekerjaan kita.
Faktor yang terpenting adalah qadla’ dan qadar Allah SWT,
Dengan demikian jika kita mendapatkan keinginan kita terwujud, kita dapat bersyukur akan nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita.
Dan jika kita tidak mendapatkan keinginan tersebut terwujud kita tetap merasa gembira dan optimis bahwa Allah pasti menentukan hal yang lebih baik dan layak bagi kita dari yang keinginan kita tersebut.
Semoga bermanfaat.
al-Hikam-Maqolah 3b
Meskipun demikian hal ini semua tidaklah terlepas dari takdir dan qadla’ Allah SWT. Jadi himmah (keinginan) kita ini tidaklah mewujudkan sesuatu yang kita kehendaki kecuali dengan takdir dan qadla Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
وَمَا هُمْ بِضَارِّيْنَ مِنْ اَحَدٍ إِلاَ بِإِذْنِ اللهِ
Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. [S. Al-Baqarah: 102]
وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيْرًا
Dan Dia-lah yang menciptakan segala sesuatu kemudian menentukan batas dan ukurannya [S. Al-Furqon: 2]
وَمَا تَشَاءُوْنَ إِلاَّ أَنْ يَشَاءَ اللهُ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana [S. Al-Insan: 30]
Rasulullah SAW ketika ditanyai malikat Jibril tentang Iman beliau berkata:
اْلإِيْمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
Iman adalah jika anda mempercayai Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir, dan anda mempercayai qadar baik dan buruknya.
[Hadis Riwayat Muslim, dari Umar]
Ibnu Umar berkata: Demi Allah yang jiwa Ibnu Umar ditangan-Nya sekiranya seseorang mempunyai emas sebesar gunug Uhud, kemudian ia belanjakan di jalan Allah, Allah tiada menerimanya hingga orang itu beriman dengan qadar.
Qadla’ menurut bahasa artinya hukum.
Dan menurut istilah adalah kehendak (iradah) Allah terhadap sesuatu pada zaman Azali.
Qadar menurut bahasa artinya menetapkan kadar (jumlah) ukuran sesuatu.
Dan menurut istilah proses terjadinya sesuatu yang telah diputuskan dengan kehendak Allah di zaman Azali,
Definisi tersebut adalah definisi qadla’ dan qadar menurut ulama Asy’ariyyah, sedangkan menurut ulama Maturidiyyah adalah kebalikannya.
Misalnya dalam hadis Rasululah SAW bersabda:
احْتَجَّ آدَمُ وَمُوْسىَ، فَقَالَ مُوْسَى: اَنْتَ آدَمُ الَّذِى َأَخْرَجْتَ ذُرِّيَتَكَ مِنَ الْجَنَّةِ، قَالَ آدَمُ: أَنْتَ مُوْسَى الَّذِى اصْطَفَاكَ اللهُ بِرِسَالَتِهِ وَكَلاَمِهِ، ثُمَّ تَلُوْمُنِيْ عَلىَ اَمْرٍ قَدْ قُدِّرَ عَلَيَّ قَبْلَ اَنْ اُخْلَقَ
Nabi Adam dan nabi Musa saling berdebat, maka Musa berkata: Kamu adalah Adam yang telah mengeluarkan keturunanmu dari surga. Adam berkata: Kamu adalah Musa yang Allah telah memilihmu dengan risalah dan firman-Nya, kemudian kamu mencelaku dengan perkara yang telah ditakdirkan kepadaku sebelum aku diciptakan.
[Hadis Riwayat al-Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah]
Dalam peristiwa ini ketetapan Allah akan keluarnya nabi Adam di sebelum ia diciptakan disebut Qadla, dan proses keluarnya nabi Adam dari surga disebut dengan Qadar
Bersambung ke maqolah 3c
Allah SWT berfirman:
وَمَا هُمْ بِضَارِّيْنَ مِنْ اَحَدٍ إِلاَ بِإِذْنِ اللهِ
Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. [S. Al-Baqarah: 102]
وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيْرًا
Dan Dia-lah yang menciptakan segala sesuatu kemudian menentukan batas dan ukurannya [S. Al-Furqon: 2]
وَمَا تَشَاءُوْنَ إِلاَّ أَنْ يَشَاءَ اللهُ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana [S. Al-Insan: 30]
Rasulullah SAW ketika ditanyai malikat Jibril tentang Iman beliau berkata:
اْلإِيْمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
Iman adalah jika anda mempercayai Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir, dan anda mempercayai qadar baik dan buruknya.
[Hadis Riwayat Muslim, dari Umar]
Ibnu Umar berkata: Demi Allah yang jiwa Ibnu Umar ditangan-Nya sekiranya seseorang mempunyai emas sebesar gunug Uhud, kemudian ia belanjakan di jalan Allah, Allah tiada menerimanya hingga orang itu beriman dengan qadar.
Qadla’ menurut bahasa artinya hukum.
Dan menurut istilah adalah kehendak (iradah) Allah terhadap sesuatu pada zaman Azali.
Qadar menurut bahasa artinya menetapkan kadar (jumlah) ukuran sesuatu.
Dan menurut istilah proses terjadinya sesuatu yang telah diputuskan dengan kehendak Allah di zaman Azali,
Definisi tersebut adalah definisi qadla’ dan qadar menurut ulama Asy’ariyyah, sedangkan menurut ulama Maturidiyyah adalah kebalikannya.
Misalnya dalam hadis Rasululah SAW bersabda:
احْتَجَّ آدَمُ وَمُوْسىَ، فَقَالَ مُوْسَى: اَنْتَ آدَمُ الَّذِى َأَخْرَجْتَ ذُرِّيَتَكَ مِنَ الْجَنَّةِ، قَالَ آدَمُ: أَنْتَ مُوْسَى الَّذِى اصْطَفَاكَ اللهُ بِرِسَالَتِهِ وَكَلاَمِهِ، ثُمَّ تَلُوْمُنِيْ عَلىَ اَمْرٍ قَدْ قُدِّرَ عَلَيَّ قَبْلَ اَنْ اُخْلَقَ
Nabi Adam dan nabi Musa saling berdebat, maka Musa berkata: Kamu adalah Adam yang telah mengeluarkan keturunanmu dari surga. Adam berkata: Kamu adalah Musa yang Allah telah memilihmu dengan risalah dan firman-Nya, kemudian kamu mencelaku dengan perkara yang telah ditakdirkan kepadaku sebelum aku diciptakan.
[Hadis Riwayat al-Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah]
Dalam peristiwa ini ketetapan Allah akan keluarnya nabi Adam di sebelum ia diciptakan disebut Qadla, dan proses keluarnya nabi Adam dari surga disebut dengan Qadar
Bersambung ke maqolah 3c
al-Hikam-Maqolah 3a
Perkataan ke-3
سَوَابِقُ الْهِمَمِ لاَ تَحْرُقُ اَسْوَارَ اْلاَقْدَارِ
Keinginan-keinginan yang mendahului tidaklah akan merobek (mengoyak) pagar-pagar takdir.
Keterangan:
Himmah (keinginan) adalah kekuatan yang mendorong hati dalam mencari sesuatu dan menganggapnya penting.
Jika sesuatu itu adalah perkara yang luhur (tinggi) seperti ma’rifatullah (mengetahui Allah) maka disebut Himmah ‘Aaliyah.
Jika sesuatu itu adalah perkara yang rendah seperti mencari dunia dan bagian-bagiannya maka disebut Himmah Daniyyah.
Seseorang yang ma’rifatullah atau seseorang yang menghendaki sesuatu dengan keinginan yang kuat maka Allah SWT akan mewujudkan hal itu dengan kekuasaan-Nya dalam satu waktu sehingga urusannya tersebut menjadi urusan Allah SWT pula.
Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ اللهَ قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍٍ أَحَبَّ إِليَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتىَّ أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي عَبْدِي َلأُعْطِيَنَّهُ، وَ َلإِنِ اسْتَعَاذَنِي َلأُعِيْذَنَّهُ
Sesungguhnya Allah berfirman: Barangsiapa memusuhi wali-Ku (kekasih-Ku) maka Aku sungguh-sungguh mengumumkan kepadanya dengan peperangan. Dan tidaklah seorang hamba bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih aku sukai daripada perkara yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan tidaklah seorang hamba senantiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya Maka jika Aku mencintainya naka Aku menjadi pendengaran baginya yang ia mendengar menjadi pendengaran baginya yang ia mengdengar dengannya, menjadi penglihatan baginya yang ia melihat dengannya, menjadi tangan baginya yang ia memukul dengannya, menjadi kaki baginya yang ia melangkah dengannya. Dan jika hamba-Ku meminta sesuatu maka Aku akan memberikannya, dan jika ia berlindung pada-Ku maka Aku akan melindunginya.
[Hadis riwayat al-Bukhori dari Abu Hurairah]
Himmah yang kuat ini dan kemudian terwujud jika terjadi pada seseorang yang soleh (wali) disebut dengan Karamah.
Dan jika terjadi pada sesorang yang tidak soleh atau bukan muslim disebut Istidraj, seperti yang terjadi pada penyihir.
Bersambung ke 3b
سَوَابِقُ الْهِمَمِ لاَ تَحْرُقُ اَسْوَارَ اْلاَقْدَارِ
Keinginan-keinginan yang mendahului tidaklah akan merobek (mengoyak) pagar-pagar takdir.
Keterangan:
Himmah (keinginan) adalah kekuatan yang mendorong hati dalam mencari sesuatu dan menganggapnya penting.
Jika sesuatu itu adalah perkara yang luhur (tinggi) seperti ma’rifatullah (mengetahui Allah) maka disebut Himmah ‘Aaliyah.
Jika sesuatu itu adalah perkara yang rendah seperti mencari dunia dan bagian-bagiannya maka disebut Himmah Daniyyah.
Seseorang yang ma’rifatullah atau seseorang yang menghendaki sesuatu dengan keinginan yang kuat maka Allah SWT akan mewujudkan hal itu dengan kekuasaan-Nya dalam satu waktu sehingga urusannya tersebut menjadi urusan Allah SWT pula.
Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ اللهَ قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍٍ أَحَبَّ إِليَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتىَّ أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي عَبْدِي َلأُعْطِيَنَّهُ، وَ َلإِنِ اسْتَعَاذَنِي َلأُعِيْذَنَّهُ
Sesungguhnya Allah berfirman: Barangsiapa memusuhi wali-Ku (kekasih-Ku) maka Aku sungguh-sungguh mengumumkan kepadanya dengan peperangan. Dan tidaklah seorang hamba bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih aku sukai daripada perkara yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan tidaklah seorang hamba senantiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya Maka jika Aku mencintainya naka Aku menjadi pendengaran baginya yang ia mendengar menjadi pendengaran baginya yang ia mengdengar dengannya, menjadi penglihatan baginya yang ia melihat dengannya, menjadi tangan baginya yang ia memukul dengannya, menjadi kaki baginya yang ia melangkah dengannya. Dan jika hamba-Ku meminta sesuatu maka Aku akan memberikannya, dan jika ia berlindung pada-Ku maka Aku akan melindunginya.
[Hadis riwayat al-Bukhori dari Abu Hurairah]
Himmah yang kuat ini dan kemudian terwujud jika terjadi pada seseorang yang soleh (wali) disebut dengan Karamah.
Dan jika terjadi pada sesorang yang tidak soleh atau bukan muslim disebut Istidraj, seperti yang terjadi pada penyihir.
Bersambung ke 3b
Senin, 20 Juni 2011
Hukum Wanita Haid Membaca al-Quran
Masalah ini pernah didiskusikan dalam grup Ansor Blora dalam Facebook, karena saya merasa masalah ini sering terjadi dalam masyarakat maka saya menulis dan menyusunnya kembali dengan menghilangkan komentar-komentar yang ada sehingga saya harap dapat memberi manfaat kepada masyarakat Islam.
AS'ILAH
(dari saudara Dwi Giatno Alkissy)
Bagaimana hukumnya mengajar Al-Qur'an (dengan memberi contoh bacaan) bagi wanita/Ustadzah yang sedang haidl?
JAWABAN
Hukum haid sama dengan junub.
Dalam masalah ini setidaknya ada 3 pendapat :
1. Tidak boleh bagi orang yang junub dan haid membaca al-Quran
Ini adalah pendapat kebanyakan ulama, karena berdasarkan hadis :
كَانَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ لاَ يَمْنَعُهُ مِنْ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ شَيْءٌ إِلاَّ الْجَنَابَةَ
Tiada apapun yang mencegah Nabi SAW membaca al-Quran kecuali junub.
Dan hukum wanita yang haid sama dengan orang junub.
2. Boleh membaca al-Quran bagi orang yang junub dan haid
Ini adalah pendapat Ibnu Abbas, Imam Syafi'i dalam qaul jadid (menurut az-Zarkasyi), sebagian ulama mutaakhirin madhzab Syafi'i seperti Ibnul Mundzir dan ad-Darimi, Dawud adh-Dhahiri.
Hadis ini hadis fi’li (perbuatan) bukan qouli (ucapan) yang tidak mewajibkan apapun karena merupakan persangkaan rowi, dan tidak ada dalil yangg tetap yang bisa dijadikan hujjah, serta asal dari sesuatu adalah tidak adanya keharaman.
3. Orang yang haid boleh membaca al-Quran tetapi orang yang junub tidak boleh.
Ini adalah pendapat Imam Malik yang membedakan antara haid dengan junub.
Para ulama memperbolehkan membaca al-Quran sedikit bagi orang yang junub atau haid dengan syarat-syarat berikut:
1. Madzhab Maliki :
Boleh membaca saat menjaga diri dari musuh atau saat beristidlal dengan al-Quran akan hukum syar'i
2. Madzhab Hanafi :
Boleh membaca saat memulai pekerjaan penting dengan basmalah atau saat berdoa dengannya
3. Madzhab Syafi'i :
Boleh membaca jika diniati dzikir bukan membaca quran
4. Madzhab Hanbali:
Hanya boleh membaca ayat yang pendek
Kesimpulannya:
Bagi ustadzah yang haid boleh mengajar sedikit al-Quran untuk memberi contoh kepada muridnya menurut pendapat sebagian ulama.
Sumber referensi:
Al-fiqh 'ala madzahib al-arba'ah hal 110 juz 1
Al-adzkar an-nawawiyyah hal 8
Al-hawasyi al-madaniyyah atas syarh minhajul qowim hal 155
Tarsyikhul mustafidin syarh fathul mu'in hal 29
Bidayatul mujtahid hal 53
AS'ILAH
(dari saudara Dwi Giatno Alkissy)
Bagaimana hukumnya mengajar Al-Qur'an (dengan memberi contoh bacaan) bagi wanita/Ustadzah yang sedang haidl?
JAWABAN
Hukum haid sama dengan junub.
Dalam masalah ini setidaknya ada 3 pendapat :
1. Tidak boleh bagi orang yang junub dan haid membaca al-Quran
Ini adalah pendapat kebanyakan ulama, karena berdasarkan hadis :
كَانَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ لاَ يَمْنَعُهُ مِنْ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ شَيْءٌ إِلاَّ الْجَنَابَةَ
Tiada apapun yang mencegah Nabi SAW membaca al-Quran kecuali junub.
Dan hukum wanita yang haid sama dengan orang junub.
2. Boleh membaca al-Quran bagi orang yang junub dan haid
Ini adalah pendapat Ibnu Abbas, Imam Syafi'i dalam qaul jadid (menurut az-Zarkasyi), sebagian ulama mutaakhirin madhzab Syafi'i seperti Ibnul Mundzir dan ad-Darimi, Dawud adh-Dhahiri.
Hadis ini hadis fi’li (perbuatan) bukan qouli (ucapan) yang tidak mewajibkan apapun karena merupakan persangkaan rowi, dan tidak ada dalil yangg tetap yang bisa dijadikan hujjah, serta asal dari sesuatu adalah tidak adanya keharaman.
3. Orang yang haid boleh membaca al-Quran tetapi orang yang junub tidak boleh.
Ini adalah pendapat Imam Malik yang membedakan antara haid dengan junub.
Para ulama memperbolehkan membaca al-Quran sedikit bagi orang yang junub atau haid dengan syarat-syarat berikut:
1. Madzhab Maliki :
Boleh membaca saat menjaga diri dari musuh atau saat beristidlal dengan al-Quran akan hukum syar'i
2. Madzhab Hanafi :
Boleh membaca saat memulai pekerjaan penting dengan basmalah atau saat berdoa dengannya
3. Madzhab Syafi'i :
Boleh membaca jika diniati dzikir bukan membaca quran
4. Madzhab Hanbali:
Hanya boleh membaca ayat yang pendek
Kesimpulannya:
Bagi ustadzah yang haid boleh mengajar sedikit al-Quran untuk memberi contoh kepada muridnya menurut pendapat sebagian ulama.
Sumber referensi:
Al-fiqh 'ala madzahib al-arba'ah hal 110 juz 1
Al-adzkar an-nawawiyyah hal 8
Al-hawasyi al-madaniyyah atas syarh minhajul qowim hal 155
Tarsyikhul mustafidin syarh fathul mu'in hal 29
Bidayatul mujtahid hal 53
Senin, 13 Juni 2011
Kode lemak Babi dalam Makanan kemasan
(termasuk dalam ES KRIM MAGNUM)
Oleh: Biru Hati Syaheed
sumber: GP ANSHOR Blora
Mungkin sudah banyak yg tahu, tapi mungkin banyak juga yang belum tahu atau lupa.
Kejadiannya berawal waktu anak2 minta dibelikan es krim MAGNUM, sampe di rumah saya baca dan amati komposisinya.
Ternyata ada kode E472 yang artinya mengandung LEMAK BABI, t...api ANEHnya bisa dapat LOGO HALAL MUI!!!
so, berhati-hatilah teman2 dan saudara2 dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Biasakan BACA dan TANYA jika kita ingin makan sesuatu, terutama HALAL HARAMnya....
Kode Babi Pada Makanan Kemasan
(Oleh Dr. M. Anjad Khan)
Salah seorang rekan saya bernama Shaikh Sahib bekerja sebagai pegawai di Badan Pengawasan Obat & Makanan (POM) di Pegal, Perancis.
Tugasnya adalah mencatat semua merek barang, makanan dan obat-obatan. Produk apapun yang akan disajikan suatu perusahaan ke pasaran, bahan-bahan produk tersebut harus terlebih dahulu mendapat ijin dari Badan pengawas Obat dan Makanan Prancis dan Shaikh Sahib bekerja di Badan tersebut bagian QC, oleh sebab itu dia mengetahui berbagai macam bahan makanan yang dipasarkan. Banyak dari bahan-bahan tersebut dituliskan dengan istilah ilmiah namun ada juga beberapa yang dituliskan dalam bentuk matematis seperti E-904, E-141.
Awalnya, saat Shaikh Sahib menemukan bentuk matematis tersebut, dia penasaran dan kemudian menanyakan kode matematis tersebut kepada seorang perancis yang berwenang dalam bidang itu dan orang tersebut menjawab ” KERJAKAN SAJA TUGASMU, DAN JANGAN BANYAK TANYA!’.
Jawaban tersebut menimbulkan kecurigaan buat Shaikh Sahib dan dia kemudian mulai mencari tahu kode matematis tersebut dalam dokumen yang ada. Ternyata apa yang dia temukan cukup mengagetkan kaum muslim di dunia.
Hampir diseluruh negara barat termasuk Eropa, pilihan utama untuk daging adalah daging babi. Peternakan babi sangat banyak di negara-negara tersebut. Di perancis sendiri jumlah peternakan babi mencapai lebih dari 42.000. Jumlah kandungan lemak dalam tubuh babi sangat tinggi dibandingkan dengan hewan lainnya. Namun orang eropa dan amerika berusaha menghindari lemak-lemak tersebut. Kemudian yang menjadi pertanyaan sekarang; dikemanakan lemak-lemak babi tersebut ?
jawabannya adalah: Babi-babi tersebut dipotong di rumah-rumah jagal dalam pengawasan Badan POM dan yang membuat pusing Badan tersebut adalah membuang lemak yang sudah dipisahkan dari daging babi. Dahulu kira-kira 60 tahun yang lalu, lemak-lemak tersebut dibakar. Kemudian mereka berpikir untuk memanfaatkan lemak-lemak tersebut. Sebagai awal ujicobanya mereka membuat sabun dengan bahan lemak tersebut dan ternyata itu berhasil. Lemak-lemak tersebut diproses secara kimiawi, dikemas sedemikian rupa dan dipasarkan.
Dalam pada itu negara-negara di Eropa memberlakukan aturan yang mengharuskan bahan-bahan dari setiap produk makanan, obat-obatan harus dicantumkan pada kemasan. Oleh karena itu bahan yang terbuat dari lemak babi dicantumkan dengan nama Pig Fat (lemak babi) pada kemasan produk. Mereka yang sudah tinggal di Eropa selama 40 tahun terakhir ini mengetahui hal tersebut. Namun produk dengan bahan lemak babi tersebut dilarang masuk ke negara-negara Islam pada saat itu sehingga menimbulkan defisit perdagangan bagi Negara pengekspor.
Menoleh ke masa lalu, jika anda hubungkan dengan Asia Tenggara, anda mungkin tahu tentang faktor yang menimbulkan perang saudara. Pada saat itu, peluru senapan dibuat di Eropa dan diangkut ke belahan benua melalui jalur laut. Perjalanannya memakan waktu berbulan-bulan hingga mencapai tempat tujuan sehingga bubuk mesiu yang ada di dalamnya mengalami kerusakan karena terkena air laut. Kemudian mereka punya ide untuk melapisi peluru tersebut dengan lemak babi. Lapisan lemak tersebut harus digigit dengan gigi terlebih dahulu sebelum digunakan. Saat berita mengenai pelapisan tersebut tersebar dan sampai ketelinga tentara yang kebanyakan Muslim dan beberapa Vegetarian ( orang yang tdk makan daging), maka tentara – tentara tersebut menolak berperang sehingga mengakibatkan perang saudara (civil war). Negara-negara Eropa mengakui fakta tersebut dan kemudian menggantikan penulisan lemak babi dalam kemasan dengan menuliskan lemak hewan.
Semua orang yang tinggal di Eropa sejak tahun 1970–an mengetahuinya. Saat perusahaan produsen ditanya oleh pihak berwenang dari negara Islam mengenai lemak hewan tersebut, maka jawabannya bahwa lemak tersebut adalah lemak sapi & domba, walaupun demikian lemak-lemak tesebut haram bagi muslim karena penyembelihan hewan ternak tersebut tidak mengikuti syariat islam. Oleh karena itu produk dengan label baru tersebut dilarang masuk ke negara-negara islam. Sebagai akibatnya, perusahan-perusahan produsen menghadapi masalah keuangan yang sangat serius karena 75% penghasilan mereka diperoleh dengan menjual produknya ke Negara islam, dimana laba penjualan ke negara islam bisa mencapai milliaran dolar.
Akhirnya mereka memutuskan untuk membuat kodifikasi bahasa yang hanya dimengerti oleh Badan POM sementara orang awam tidak mengetahuinya. Kode tersebut diawali dengan kode E-CODES.
E-INGREDIENTS ini terdapat di banyak produk perusahaan multinasional termasuk pasta gigi, sejenis permen karet, cokelat, gula-gula, biscuit, makanan kaleng, buah-buahan kalengan dan beberapa multi vitamin dan masih banyak lagi jenis produk makanan & obat-obatan lainnya.
Semenjak produk–produk tersebut di atas banyak dikonsumsi oleh negara-negara muslim, kita sebagai masyarakat muslim tidak terkecuali sedang menghadapi masalah penyakit masyarakat yakni hilangnya rasa malu,kekerasan dan seks bebas (kumpul kebo).
Oleh karenanya, saya mohon kepada semua umat islam untuk memeriksa terlebih dahulu bahan-bahan produk yang akan kita konsumsi dan mencocokannya dengan daftar kode E-CODES berikut ini. Jika ditemukan kode-kode berikut ini dalam kemasan produk yang akan kita beli, maka hendaknya dapat dihindari karena produk dengan kode-kode tersebut di bawah ini mengandung lemak babi:
E100, E110, E120, E140, E141,
E153, E210, E213, E214, E216,
E234, E252, E270, E280, E325,
E326, E327, E334, E335, E336,
E337, E422, E430, E431, E432,
E433, E434, E435, E436, E440,
E470, E471, E472, E473, E474,
E475, E476, E477, E478, E481,
E482, E483, E491, E492, E493,
E494, E495, E542, E570, E572,
E631, E635, E904.
Adalah tanggung jawab kita semua sebagai umat islam untuk mengikuti syariat islam dan juga memberitahukan informasi ini kepada saudara-saudara kita.
Semoga manfaat,
M. Anjad Khan
Medical Research Institute United States. Prennss ...
kalo mo hang out di Starbucks or Coffebean, pikir2 ulang deh... karena, ternyata semua minuman mengandung elmusifier yang berasal dari babi. Kalo membeli makanan kita juga gampang mengetahui halal or haram, caranya dg melihat ada tidaknya kode E ? trus tiga digit angka dibelakangnya, dan itu artinya bahan2 berasal dari lemak babi...
Dear all ...Jika memang emulsifier yang dipake starbuck adalah kode E471 (tidak ada embel2 lain, misal : lecithin de soja atau soy lecithin), maka saya yakin bahwa 'origin'nya adalah pork or varken (babi)
Sebenarnya tak hanya E471 tapi juga E472, para keluarga muslim Groningen the Netherlands & ikatan keluarga muslim Eropa memperingatkan kami untuk mengecek content / ingredient emulsifier ini pd setiap produk makanan yg akan dibeli. Kami pun sempat kaget, karena emulsifier juga digunakan pada roti tawar.
Karena itu, kami sarankan kepada keluarga muslim utk pilih roti tawar dengan istilah biological bread (non-chemical additive), tentu saja resikonya harga lebih mahal (1/2 blok roti tawar jenis ini hampir 3 X harga roti tawar dgemulsifier), yang pentingkan halal.
FYI ....E471 biasa dikenal dengan sebutan lecithin è originnya merupakan ekstrak dari tulang babi. E472 (saya tak ingat nama dagangnya) è originnya adalah ekstrak tulang babi. Kedua additive ini merupakan senyawa turunan dari asam lemak (fattyacid). Biasanya kedua additive ini sangat sering ditemukan pada produk2 berikut:
Produk makanan mengandung cokelat è roti, ice cream, biskuit, dll.
Produk makanan yg perlu elmusifier è coklat bar, ice cream, or bulk,coffee cream, marshmallo, jelly, dsb.
Oleh: Biru Hati Syaheed
sumber: GP ANSHOR Blora
Mungkin sudah banyak yg tahu, tapi mungkin banyak juga yang belum tahu atau lupa.
Kejadiannya berawal waktu anak2 minta dibelikan es krim MAGNUM, sampe di rumah saya baca dan amati komposisinya.
Ternyata ada kode E472 yang artinya mengandung LEMAK BABI, t...api ANEHnya bisa dapat LOGO HALAL MUI!!!
so, berhati-hatilah teman2 dan saudara2 dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Biasakan BACA dan TANYA jika kita ingin makan sesuatu, terutama HALAL HARAMnya....
Kode Babi Pada Makanan Kemasan
(Oleh Dr. M. Anjad Khan)
Salah seorang rekan saya bernama Shaikh Sahib bekerja sebagai pegawai di Badan Pengawasan Obat & Makanan (POM) di Pegal, Perancis.
Tugasnya adalah mencatat semua merek barang, makanan dan obat-obatan. Produk apapun yang akan disajikan suatu perusahaan ke pasaran, bahan-bahan produk tersebut harus terlebih dahulu mendapat ijin dari Badan pengawas Obat dan Makanan Prancis dan Shaikh Sahib bekerja di Badan tersebut bagian QC, oleh sebab itu dia mengetahui berbagai macam bahan makanan yang dipasarkan. Banyak dari bahan-bahan tersebut dituliskan dengan istilah ilmiah namun ada juga beberapa yang dituliskan dalam bentuk matematis seperti E-904, E-141.
Awalnya, saat Shaikh Sahib menemukan bentuk matematis tersebut, dia penasaran dan kemudian menanyakan kode matematis tersebut kepada seorang perancis yang berwenang dalam bidang itu dan orang tersebut menjawab ” KERJAKAN SAJA TUGASMU, DAN JANGAN BANYAK TANYA!’.
Jawaban tersebut menimbulkan kecurigaan buat Shaikh Sahib dan dia kemudian mulai mencari tahu kode matematis tersebut dalam dokumen yang ada. Ternyata apa yang dia temukan cukup mengagetkan kaum muslim di dunia.
Hampir diseluruh negara barat termasuk Eropa, pilihan utama untuk daging adalah daging babi. Peternakan babi sangat banyak di negara-negara tersebut. Di perancis sendiri jumlah peternakan babi mencapai lebih dari 42.000. Jumlah kandungan lemak dalam tubuh babi sangat tinggi dibandingkan dengan hewan lainnya. Namun orang eropa dan amerika berusaha menghindari lemak-lemak tersebut. Kemudian yang menjadi pertanyaan sekarang; dikemanakan lemak-lemak babi tersebut ?
jawabannya adalah: Babi-babi tersebut dipotong di rumah-rumah jagal dalam pengawasan Badan POM dan yang membuat pusing Badan tersebut adalah membuang lemak yang sudah dipisahkan dari daging babi. Dahulu kira-kira 60 tahun yang lalu, lemak-lemak tersebut dibakar. Kemudian mereka berpikir untuk memanfaatkan lemak-lemak tersebut. Sebagai awal ujicobanya mereka membuat sabun dengan bahan lemak tersebut dan ternyata itu berhasil. Lemak-lemak tersebut diproses secara kimiawi, dikemas sedemikian rupa dan dipasarkan.
Dalam pada itu negara-negara di Eropa memberlakukan aturan yang mengharuskan bahan-bahan dari setiap produk makanan, obat-obatan harus dicantumkan pada kemasan. Oleh karena itu bahan yang terbuat dari lemak babi dicantumkan dengan nama Pig Fat (lemak babi) pada kemasan produk. Mereka yang sudah tinggal di Eropa selama 40 tahun terakhir ini mengetahui hal tersebut. Namun produk dengan bahan lemak babi tersebut dilarang masuk ke negara-negara Islam pada saat itu sehingga menimbulkan defisit perdagangan bagi Negara pengekspor.
Menoleh ke masa lalu, jika anda hubungkan dengan Asia Tenggara, anda mungkin tahu tentang faktor yang menimbulkan perang saudara. Pada saat itu, peluru senapan dibuat di Eropa dan diangkut ke belahan benua melalui jalur laut. Perjalanannya memakan waktu berbulan-bulan hingga mencapai tempat tujuan sehingga bubuk mesiu yang ada di dalamnya mengalami kerusakan karena terkena air laut. Kemudian mereka punya ide untuk melapisi peluru tersebut dengan lemak babi. Lapisan lemak tersebut harus digigit dengan gigi terlebih dahulu sebelum digunakan. Saat berita mengenai pelapisan tersebut tersebar dan sampai ketelinga tentara yang kebanyakan Muslim dan beberapa Vegetarian ( orang yang tdk makan daging), maka tentara – tentara tersebut menolak berperang sehingga mengakibatkan perang saudara (civil war). Negara-negara Eropa mengakui fakta tersebut dan kemudian menggantikan penulisan lemak babi dalam kemasan dengan menuliskan lemak hewan.
Semua orang yang tinggal di Eropa sejak tahun 1970–an mengetahuinya. Saat perusahaan produsen ditanya oleh pihak berwenang dari negara Islam mengenai lemak hewan tersebut, maka jawabannya bahwa lemak tersebut adalah lemak sapi & domba, walaupun demikian lemak-lemak tesebut haram bagi muslim karena penyembelihan hewan ternak tersebut tidak mengikuti syariat islam. Oleh karena itu produk dengan label baru tersebut dilarang masuk ke negara-negara islam. Sebagai akibatnya, perusahan-perusahan produsen menghadapi masalah keuangan yang sangat serius karena 75% penghasilan mereka diperoleh dengan menjual produknya ke Negara islam, dimana laba penjualan ke negara islam bisa mencapai milliaran dolar.
Akhirnya mereka memutuskan untuk membuat kodifikasi bahasa yang hanya dimengerti oleh Badan POM sementara orang awam tidak mengetahuinya. Kode tersebut diawali dengan kode E-CODES.
E-INGREDIENTS ini terdapat di banyak produk perusahaan multinasional termasuk pasta gigi, sejenis permen karet, cokelat, gula-gula, biscuit, makanan kaleng, buah-buahan kalengan dan beberapa multi vitamin dan masih banyak lagi jenis produk makanan & obat-obatan lainnya.
Semenjak produk–produk tersebut di atas banyak dikonsumsi oleh negara-negara muslim, kita sebagai masyarakat muslim tidak terkecuali sedang menghadapi masalah penyakit masyarakat yakni hilangnya rasa malu,kekerasan dan seks bebas (kumpul kebo).
Oleh karenanya, saya mohon kepada semua umat islam untuk memeriksa terlebih dahulu bahan-bahan produk yang akan kita konsumsi dan mencocokannya dengan daftar kode E-CODES berikut ini. Jika ditemukan kode-kode berikut ini dalam kemasan produk yang akan kita beli, maka hendaknya dapat dihindari karena produk dengan kode-kode tersebut di bawah ini mengandung lemak babi:
E100, E110, E120, E140, E141,
E153, E210, E213, E214, E216,
E234, E252, E270, E280, E325,
E326, E327, E334, E335, E336,
E337, E422, E430, E431, E432,
E433, E434, E435, E436, E440,
E470, E471, E472, E473, E474,
E475, E476, E477, E478, E481,
E482, E483, E491, E492, E493,
E494, E495, E542, E570, E572,
E631, E635, E904.
Adalah tanggung jawab kita semua sebagai umat islam untuk mengikuti syariat islam dan juga memberitahukan informasi ini kepada saudara-saudara kita.
Semoga manfaat,
M. Anjad Khan
Medical Research Institute United States. Prennss ...
kalo mo hang out di Starbucks or Coffebean, pikir2 ulang deh... karena, ternyata semua minuman mengandung elmusifier yang berasal dari babi. Kalo membeli makanan kita juga gampang mengetahui halal or haram, caranya dg melihat ada tidaknya kode E ? trus tiga digit angka dibelakangnya, dan itu artinya bahan2 berasal dari lemak babi...
Dear all ...Jika memang emulsifier yang dipake starbuck adalah kode E471 (tidak ada embel2 lain, misal : lecithin de soja atau soy lecithin), maka saya yakin bahwa 'origin'nya adalah pork or varken (babi)
Sebenarnya tak hanya E471 tapi juga E472, para keluarga muslim Groningen the Netherlands & ikatan keluarga muslim Eropa memperingatkan kami untuk mengecek content / ingredient emulsifier ini pd setiap produk makanan yg akan dibeli. Kami pun sempat kaget, karena emulsifier juga digunakan pada roti tawar.
Karena itu, kami sarankan kepada keluarga muslim utk pilih roti tawar dengan istilah biological bread (non-chemical additive), tentu saja resikonya harga lebih mahal (1/2 blok roti tawar jenis ini hampir 3 X harga roti tawar dgemulsifier), yang pentingkan halal.
FYI ....E471 biasa dikenal dengan sebutan lecithin è originnya merupakan ekstrak dari tulang babi. E472 (saya tak ingat nama dagangnya) è originnya adalah ekstrak tulang babi. Kedua additive ini merupakan senyawa turunan dari asam lemak (fattyacid). Biasanya kedua additive ini sangat sering ditemukan pada produk2 berikut:
Produk makanan mengandung cokelat è roti, ice cream, biskuit, dll.
Produk makanan yg perlu elmusifier è coklat bar, ice cream, or bulk,coffee cream, marshmallo, jelly, dsb.
Rabu, 25 Mei 2011
Al-Hikam-Maqolah 2c
Perpindahan dari maqom asbab (amal dhohir) kepada maqom tajrid (amal batin) itu seharusnya menampakkan bekas kepada anggota-anggota tubuh seorang hamba.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ الْمُلُوْكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوْهَا
Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri niscaya mereka akan merusaknya. [S. an-Naml: 34]
Tampaknya bekas pada anggota-anggota tubuh setelah perpindahan ke amal batin inilah yang disebut dengan tajrid.
Menurut ahli tasawuf tajrid itu ada 3 macam:
1. Tajrid adl-dlohir
2. Taajrid al-batin
3. Tajrid adl-dhohir wal batin
Tajrid adl-dlohir adalah meninggalkan sebab-sebab dunia dan penghalang-penghalang jasmani.
Artinya meninggalkan setiap hal yang menyibukkan anggota tubuhnya dari ingat kepada Allah.
Tajrid al-Batin adalah meninggalkan ikatan-ikatan jiwa dan pengahlang-penghalang keingingan.
Artinya meninggalkan setiap hal yang menyibukkan hati dari kehadiran hatinya bersama Allah.
Tajrid adl-dlohir wal batin adalah meninggalkan ikatan-ikatan batin dan penghalang-penghalang jasmani.
Artinya menyendirikan hati dan tubuhnya hanya untuk Allah saja.
Tajrid adl-dhohir yang sempurna adalah dengan meninggalkan sebab-sebab dunia dan mengosongkan tubuh dari pakaian-pakaian yang umum.
Tajrid batin yang sempurna adalah dengan mengosongkan hati dari setiap sifat yang tercela.
Abu al-Hasan asy-Syadzili berkata:
Adab seseorang yang tajrid ada 4 yaitu:
1. Memulyakan orang yang lebih tua
2. Menyayangi orang yeng lebih muda
3. Menyadari (insaf) akan nafsunya
4. Tidak menuruti (menolong) nafsunya
Adab orang yang asbab ada 4 yaitu:
1. Menyayangi dan membantu orang-orang yang baik
2. Menjauhi orang-orang yang fajir (durhaka)
3. Mengerjakan shalat berjama’ah
4. Menyayangi orang-orang miskin
Bagi orang di maqom asbab hendaknya ia juga berusaha melakukan adab orang yang tajrid, karena akan menjadi kesempurnaan baginya.
Termasuk adab orang di maqom asbab adalah terus menerus (konsisten) melakukan pekerjaannya sampai Allah SWT memindahnya dari maqom asbab ke maqom tajrid.
Tandanya ada isyarat dari gurunya atau jika semua usaha (pekerjaan) yang ia lakukan sudah tidak menghasilkan. Maka barulah ia berpindah ke maqam tajrid.
Kesimpulan:
Sesungguhnya orang yang tajrid dan orang yang asbab adalah 2 pekerja Allah SWT, karena kedua-duanya dapat menghasilkan ibadah kepada Allah SWT.
Hal ini dapat diibaratkan seperti majikan yang punya 2 pembantu, maka ia berkata kepada salah satunya : “Bekerjalah lalu makanlah”, dan ia berkata kepada yang lainnya :”Tetaplah bersamaku nanti aku akan memberimu makan.”
Seseorang yang melakukan tajrid tanpa ijin dari Allah maka sebenarnya ia tetap dalam maqom sabab. Dan orang yang melakukan asbab dengan ijin Allah maka sebenarnya ia telah melakukan tajrid.
Kembali ke bagian 2a
Kembali ke bagian 2b
Allah SWT berfirman:
إِنَّ الْمُلُوْكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوْهَا
Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri niscaya mereka akan merusaknya. [S. an-Naml: 34]
Tampaknya bekas pada anggota-anggota tubuh setelah perpindahan ke amal batin inilah yang disebut dengan tajrid.
Menurut ahli tasawuf tajrid itu ada 3 macam:
1. Tajrid adl-dlohir
2. Taajrid al-batin
3. Tajrid adl-dhohir wal batin
Tajrid adl-dlohir adalah meninggalkan sebab-sebab dunia dan penghalang-penghalang jasmani.
Artinya meninggalkan setiap hal yang menyibukkan anggota tubuhnya dari ingat kepada Allah.
Tajrid al-Batin adalah meninggalkan ikatan-ikatan jiwa dan pengahlang-penghalang keingingan.
Artinya meninggalkan setiap hal yang menyibukkan hati dari kehadiran hatinya bersama Allah.
Tajrid adl-dlohir wal batin adalah meninggalkan ikatan-ikatan batin dan penghalang-penghalang jasmani.
Artinya menyendirikan hati dan tubuhnya hanya untuk Allah saja.
Tajrid adl-dhohir yang sempurna adalah dengan meninggalkan sebab-sebab dunia dan mengosongkan tubuh dari pakaian-pakaian yang umum.
Tajrid batin yang sempurna adalah dengan mengosongkan hati dari setiap sifat yang tercela.
Abu al-Hasan asy-Syadzili berkata:
Adab seseorang yang tajrid ada 4 yaitu:
1. Memulyakan orang yang lebih tua
2. Menyayangi orang yeng lebih muda
3. Menyadari (insaf) akan nafsunya
4. Tidak menuruti (menolong) nafsunya
Adab orang yang asbab ada 4 yaitu:
1. Menyayangi dan membantu orang-orang yang baik
2. Menjauhi orang-orang yang fajir (durhaka)
3. Mengerjakan shalat berjama’ah
4. Menyayangi orang-orang miskin
Bagi orang di maqom asbab hendaknya ia juga berusaha melakukan adab orang yang tajrid, karena akan menjadi kesempurnaan baginya.
Termasuk adab orang di maqom asbab adalah terus menerus (konsisten) melakukan pekerjaannya sampai Allah SWT memindahnya dari maqom asbab ke maqom tajrid.
Tandanya ada isyarat dari gurunya atau jika semua usaha (pekerjaan) yang ia lakukan sudah tidak menghasilkan. Maka barulah ia berpindah ke maqam tajrid.
Kesimpulan:
Sesungguhnya orang yang tajrid dan orang yang asbab adalah 2 pekerja Allah SWT, karena kedua-duanya dapat menghasilkan ibadah kepada Allah SWT.
Hal ini dapat diibaratkan seperti majikan yang punya 2 pembantu, maka ia berkata kepada salah satunya : “Bekerjalah lalu makanlah”, dan ia berkata kepada yang lainnya :”Tetaplah bersamaku nanti aku akan memberimu makan.”
Seseorang yang melakukan tajrid tanpa ijin dari Allah maka sebenarnya ia tetap dalam maqom sabab. Dan orang yang melakukan asbab dengan ijin Allah maka sebenarnya ia telah melakukan tajrid.
Kembali ke bagian 2a
Kembali ke bagian 2b
Al-Hikam-Maqolah 2b
Jadi setiap orang itu memiliki maqom (kedudukan) sendiri-sendiri yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Dan ia tidak dapat berpindah ke satu maqom ke maqom yang lain kecuali telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Jika seseorang tidak tahu apakah ia termasuk maqom asbab ataukah maqom tajrid maka hendaklah ia mencari guru yang soleh dan makrifat yang dapat menunjukkan atau menetapkan maqomnya di dunia ini.
Jika seseorang telah ditentukan oleh Allah di maqom asbab kemudian ia berpindah ke maqom tajrid dengan kemauannya sendiri maka perbuatannya ini sebenarnya adalah sayhwat (nafsu) yang tersembunyi.
Misalnya karena ia melihat orang lain yang tidak bekerja hanya tinggal di rumah sudah memperoleh rezeki tanpa perlu bekerja maka ia pun meninggalkan pekerjaan dan hanya beibadah saja dan mengharapkan kedatangan rezeki. Mungkin dalam hatinya ada rasa malas untuk bekerja dan tidak ingin bersusah payah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mungkin pula ia ingin mendapatkan penghormatan atau kedudukan di masyarakat. Ini sebenarnya adalah syahwat (nafsu) yang tersembunyi yang diselubungi dalam bentuk kebaikan dan ibadah. Tandanya jika ia dalam keadaan miskin atau kebutuhannya tidak tercukupi maka ia kembali lagi sibuk mencari pekerjaan.
Demikian pula jika seseorang telah ditaqdirkan Allah di maqom tajrid maka ia berpindah ke maqom asbab dengan keinginannya sendiri, maka sebenarnya ia telah menurunkan derajatnya sendiri baik di sisi Allah maupun di sisi manusia.
Misalnya ia melihat orang lain sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maka ia pun meninggalkan ibadahnya untuk bekerja. Padahal meskipun ia tidak bekerja selalu ada rezeki yang dating kepadanya. Maka ini dalam dirinya terjadi 2 penurun derajat. Yang pertama, penurunan derajat disisi Allah karena berkurangnya rasa tawakkalnya. Yang kedua, berkurangnya kehormatannya di sisi manusia, misalnya seorang ulama yang biasa dihormati masyarakatnya kemudian jika ia bekerja maka ia menjadi menjadi bawahan atau pesuruh majikannya.
Jadi seseorang ditempatkan oleh dalam maqom asbab atau tajrid itu karena adanya hikmah dan kehendak yang baik dari Allah. Kita harus menerima maqom kita masing-masing dengan baik dan ikhlas karena kita tidak mengetahui rahasia Allah saat menentukan kedudukan maqom kita.
Allah SWT berfirman:
وَعَسَى اَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ، وَعَسَى اَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ، وَاللهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah lah yang mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahuinya. [S. al-Baqoroh: 216]
Bersambung ke bagian 2c
Kembali ke bagian 2a
Jika seseorang tidak tahu apakah ia termasuk maqom asbab ataukah maqom tajrid maka hendaklah ia mencari guru yang soleh dan makrifat yang dapat menunjukkan atau menetapkan maqomnya di dunia ini.
Jika seseorang telah ditentukan oleh Allah di maqom asbab kemudian ia berpindah ke maqom tajrid dengan kemauannya sendiri maka perbuatannya ini sebenarnya adalah sayhwat (nafsu) yang tersembunyi.
Misalnya karena ia melihat orang lain yang tidak bekerja hanya tinggal di rumah sudah memperoleh rezeki tanpa perlu bekerja maka ia pun meninggalkan pekerjaan dan hanya beibadah saja dan mengharapkan kedatangan rezeki. Mungkin dalam hatinya ada rasa malas untuk bekerja dan tidak ingin bersusah payah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mungkin pula ia ingin mendapatkan penghormatan atau kedudukan di masyarakat. Ini sebenarnya adalah syahwat (nafsu) yang tersembunyi yang diselubungi dalam bentuk kebaikan dan ibadah. Tandanya jika ia dalam keadaan miskin atau kebutuhannya tidak tercukupi maka ia kembali lagi sibuk mencari pekerjaan.
Demikian pula jika seseorang telah ditaqdirkan Allah di maqom tajrid maka ia berpindah ke maqom asbab dengan keinginannya sendiri, maka sebenarnya ia telah menurunkan derajatnya sendiri baik di sisi Allah maupun di sisi manusia.
Misalnya ia melihat orang lain sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maka ia pun meninggalkan ibadahnya untuk bekerja. Padahal meskipun ia tidak bekerja selalu ada rezeki yang dating kepadanya. Maka ini dalam dirinya terjadi 2 penurun derajat. Yang pertama, penurunan derajat disisi Allah karena berkurangnya rasa tawakkalnya. Yang kedua, berkurangnya kehormatannya di sisi manusia, misalnya seorang ulama yang biasa dihormati masyarakatnya kemudian jika ia bekerja maka ia menjadi menjadi bawahan atau pesuruh majikannya.
Jadi seseorang ditempatkan oleh dalam maqom asbab atau tajrid itu karena adanya hikmah dan kehendak yang baik dari Allah. Kita harus menerima maqom kita masing-masing dengan baik dan ikhlas karena kita tidak mengetahui rahasia Allah saat menentukan kedudukan maqom kita.
Allah SWT berfirman:
وَعَسَى اَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ، وَعَسَى اَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ، وَاللهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah lah yang mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahuinya. [S. al-Baqoroh: 216]
Bersambung ke bagian 2c
Kembali ke bagian 2a
Al-Hikam-Maqolah 2a
Perkataan ke-2
إِرَادَتُكَ التَّجْرِيْدِ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِيَّاكَ فِى اْلأَسْبَابِ مِنَ الشَّهْوَةِ الْخَفِيَّةِ، وَإِرَادَتُكَ اْلأَسْبَابَ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِيَّاكَ التَّجْرِيْدَ انْحِطَاطٌ عَنِ الْهِمَّةِ الْعَلِيَّةِ
Keinginanmu akan at-tajrid bersamaan dengan pendirian (penegakan) Allah kepadamu akan al-asbab itu termasuk dari syahwat yang tersembunyi.
Dan keinginanmu akan al-asbab bersamaan dengan pendirian (penegakan) Allah kepadamu akan at-tajrid itu penurunan dari cita-cita (keinginan) yang tinggi.
Keterangan:
Asbab (bentuk jamak dari sabab) yaitu hal-hal yang dijadikan perantara untuk mendapatkan sesuatu yang dituju (diinginkan) dalam kehidupan dunia.
Misalnya kesibukan seseorang dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Tajrid adalah memperoleh sesuatu yang dituju dalam kehidupan dunia tanpa perlu melakukan hal-hal yang menjadi perantaranya.
Misalnya seseorang yang mendapatkan rezeki tanpa perlu melakukan suatu pekerjaan.
Jika dilihat dari perlu atau tidaknya seseorang melakukan kegiatan untuk mendapatkan sesuatu dalam kehidupan dunia, maka kedudukan manusia terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Maqom Asbab
Kedudukan seseorang yang memerlukan kegiatan (pekerjaan) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Allah SWT berfirman:
وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِى اْلأَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيْهَا مَعَايِشَ
Dan sesungguhnya kami telah menempatkan kalian di bumi, dan kami telah menjadikan bagi kalian pekerjaan-pekerjaan di dalamnya [S. al-A’raf : 10]
Rasulullah SAW bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَظُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَإِنَّ نَبِيَّ اللهُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
Tiada seseorang yang memakan makanan yang lebih baik daripada makanan dari (hasil) pekerjaan tangannya, dan sesungguhnya nabi Dawud AS memakan (makanan) dari pekerjaan tangannya
[HR al-Bukhori]
Tandanya:
Jika ia merasa tenang dalam beribadah saat ia memiliki pekerjaan, dan ia dapat melakukan kedua hal itu (ibadah dan bekerja) dengan baik, lancar dan kebutuhannya tercukupi.
2. Maqom Tajrid
Kedudukan seseorang yang tidak memerlukan kegiatan (pekerjaan) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Tandanya adalah jika merasa tidak tenang dalam beribadah jika ia bekerja dan ia tidak dapat melakukan keduanya dengan baik atau adanya halangan-halangan saat ia bekerja.
Allah SWtT berfirman:
وَلَوْ اَنَّهُمْ اَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَاْلإِنْجِيْلَ وَمَا اُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ َلأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ اَرْجُلِهِمْ
Seandainya mereka (orang-orang ahli kitab) sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (al-Quran) yang diturunkan kepada mereka niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. [S. al-Maidah: 66]
Rasulullah SAW bersabda:
لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلُوْنَ عَلىَ اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزَقُ الطَّيْرَ، تَغْدُو خِمَاصًا، وَتَرُوْحُ بِطَانً
Seandainya kamu bertawakkal kepada Allah dengan tawakkal yang sesungguhnya maka Allah akan memberi rezeki kalian seperti Allah memberi rezeki pada burung yang berangkat dalan keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang.
[HR Ahmad, an-Nasa-I dalam Sunan al-Kubra dan at-Tirmidzi beliau berkata: Hadis hasan sohih.
Hadis ini dsohihkan pula oleh Ibnu Hibban dan al-Hakim]
bersambung ke bagian 2b
Ke bagian 2c
إِرَادَتُكَ التَّجْرِيْدِ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِيَّاكَ فِى اْلأَسْبَابِ مِنَ الشَّهْوَةِ الْخَفِيَّةِ، وَإِرَادَتُكَ اْلأَسْبَابَ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِيَّاكَ التَّجْرِيْدَ انْحِطَاطٌ عَنِ الْهِمَّةِ الْعَلِيَّةِ
Keinginanmu akan at-tajrid bersamaan dengan pendirian (penegakan) Allah kepadamu akan al-asbab itu termasuk dari syahwat yang tersembunyi.
Dan keinginanmu akan al-asbab bersamaan dengan pendirian (penegakan) Allah kepadamu akan at-tajrid itu penurunan dari cita-cita (keinginan) yang tinggi.
Keterangan:
Asbab (bentuk jamak dari sabab) yaitu hal-hal yang dijadikan perantara untuk mendapatkan sesuatu yang dituju (diinginkan) dalam kehidupan dunia.
Misalnya kesibukan seseorang dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Tajrid adalah memperoleh sesuatu yang dituju dalam kehidupan dunia tanpa perlu melakukan hal-hal yang menjadi perantaranya.
Misalnya seseorang yang mendapatkan rezeki tanpa perlu melakukan suatu pekerjaan.
Jika dilihat dari perlu atau tidaknya seseorang melakukan kegiatan untuk mendapatkan sesuatu dalam kehidupan dunia, maka kedudukan manusia terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Maqom Asbab
Kedudukan seseorang yang memerlukan kegiatan (pekerjaan) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Allah SWT berfirman:
وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِى اْلأَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيْهَا مَعَايِشَ
Dan sesungguhnya kami telah menempatkan kalian di bumi, dan kami telah menjadikan bagi kalian pekerjaan-pekerjaan di dalamnya [S. al-A’raf : 10]
Rasulullah SAW bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَظُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَإِنَّ نَبِيَّ اللهُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
Tiada seseorang yang memakan makanan yang lebih baik daripada makanan dari (hasil) pekerjaan tangannya, dan sesungguhnya nabi Dawud AS memakan (makanan) dari pekerjaan tangannya
[HR al-Bukhori]
Tandanya:
Jika ia merasa tenang dalam beribadah saat ia memiliki pekerjaan, dan ia dapat melakukan kedua hal itu (ibadah dan bekerja) dengan baik, lancar dan kebutuhannya tercukupi.
2. Maqom Tajrid
Kedudukan seseorang yang tidak memerlukan kegiatan (pekerjaan) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Tandanya adalah jika merasa tidak tenang dalam beribadah jika ia bekerja dan ia tidak dapat melakukan keduanya dengan baik atau adanya halangan-halangan saat ia bekerja.
Allah SWtT berfirman:
وَلَوْ اَنَّهُمْ اَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَاْلإِنْجِيْلَ وَمَا اُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ َلأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ اَرْجُلِهِمْ
Seandainya mereka (orang-orang ahli kitab) sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (al-Quran) yang diturunkan kepada mereka niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. [S. al-Maidah: 66]
Rasulullah SAW bersabda:
لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلُوْنَ عَلىَ اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزَقُ الطَّيْرَ، تَغْدُو خِمَاصًا، وَتَرُوْحُ بِطَانً
Seandainya kamu bertawakkal kepada Allah dengan tawakkal yang sesungguhnya maka Allah akan memberi rezeki kalian seperti Allah memberi rezeki pada burung yang berangkat dalan keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang.
[HR Ahmad, an-Nasa-I dalam Sunan al-Kubra dan at-Tirmidzi beliau berkata: Hadis hasan sohih.
Hadis ini dsohihkan pula oleh Ibnu Hibban dan al-Hakim]
bersambung ke bagian 2b
Ke bagian 2c
Minggu, 15 Mei 2011
Al-Hikam-Maqolah 1b
Suatu tanda kekurangan atau kecelakaan pada seseorang adalah jika ia memiliki pemikiran bahwa ia kelak akan selamat dari neraka dan masuk surga karena amal perbuatannya.
Memang benar ada ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits nabi yang menyatakan bahwa seseorang dapat masuk karena amalnya.
Allah SWT berfirman :
﴿ وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُوْرِثْـتُمُوْهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ﴾ [الزحرف: ٧٢]
Dan itulah surga yang kalian peroleh sebab perbuatan-perbuatan kalian. [S. az-Zuhruf: 72}
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَانَ أَخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
Barangsiapa akhir perkataannya adalah : Tada Tuhan selaian Allah maka ia masuk surga. [HR Abu Dawud dan Ahmad]
Tetapi adapula hadits-hadits nabi yang menjelaskan bahwa sebenarnya kita dapat selamat dari nerka dan masuk surga adalah semata-mata karena rahmat dari Allah SWT.
Rasulullah SAW suatu saat berkata:
لَنْ يُدْخِلْ أَحَدًا عَمَلُهُ الْحَنَّةَ
Amal seseorang itu tidak menyebakan ia masuk surga.
Para sahabat bertanya: Anda juga demikian, wahai Rasulullah ?
Beliau menjawab:
لاَ، وَلاَ أَنَا، إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا، وَلاَ يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ، إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَزْدَادَ خَيْرًا، وَإِمَّا مَسِيْئًا فَلَعَلَّهُ أنْ يَسْتَعْتِيْبَ.
Tidak, bahkan aku pun tidak (masuk surga) kecuali Allah telah meliputiku dengan anugrah dan rahmat. Maka berbuat benarlah (dengan mengikuti sunnah) dan berbuat tengah-tengah (tidak berlebihan atau sembrono). Janganlah seseorang dari kalian mengharapkan kematian, adakalanya ia adalah orang yang berbuat kebaikan, maka semoga ia bertambah kebaikannya. Dan adakala ia orang yang berbuat kejelekan, semoga ia akan mencela dirinya (bertaubah). [HR Bukhori dan Muslim].
Ayat-ayat dan hadits-hadits yang menunjukkan sesorang masuk surga karena amalnya oleh para ulama ditafsirkan dengan amal-amal yang diterima oleh Allah SWT, jadi bukan ia masuk surga bukan disebabkan oleh amal itu sendiri. Sedangkan diterima atau tidaknya amal seseorang itu tergantung atas anugrah dan rahmat Allah SWT..Dengan demikian tidak terjadi pertentangan antara ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits tersebut.
Jadi jika seseorang hanya bersandar kepada amalnya tidak bersandar kepada Allah dan rahmatnya, maka apabila ia melakukan kesalahan atau dosa terkadang dapat menyebabkan ia putus asa atau kurang berharap akan rahmat dan ampunan Allah SWT. Dan sebaliknya, jika ia banyak melakukan amal soleh terkadang menyebabkan ia menjadi takabur dan meremehkan orang lain yang tidak dapat beramal seperti ia.
Karena itulah pengarang menyatakan bahwa salah satu tanda bersandarnya seseorang kepada amalnya ialah kurangnya harapan saat ia melakukan kesalahan (dosa).
Imam al-Munawi berkata: Ahlus Sunnah wal Jama’ah berpendapat bahwa balasan Allah kepada orang yang taat adalah semata-mata anugrah dari-Nya, dan siksaan Allah kepada orang yang durhaka kepada-Nya adalah keadilan dari-Nya.
Imam ar-Rafi’i berkata: tidaklah layak bagi seseorang untuk bersandar (bergantung) kepada amalnya untuk memperoleh keselamatan dan derajat yang tinggi, karena jika ia beramal maka hal karena ia mendapatkan pertolongan dari Allah SWT dan jika ia meninggalkan maksiat hal ini karena ia mendapatkan penjagaan dari Allah SWT.
Kesimpulan:
Allah SWT memerintahkan kita untuk beramal, maka kita sebagai hambanya wajib mengerjakan tugas ini dengan sebaik-baiknya.
Balasan akan amal itu sendiri tergantung kepada Allah SWT bukan kepada diri kita atau amal kita.
Allah lah yang akan memutuskan untuk menerima atau menolak amal-amal kita, dan memasukkan kita ke dalam surga atau neraka.
Kembali ke bagian 1
Ke Maqolah 2
Memang benar ada ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits nabi yang menyatakan bahwa seseorang dapat masuk karena amalnya.
Allah SWT berfirman :
﴿ وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُوْرِثْـتُمُوْهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ﴾ [الزحرف: ٧٢]
Dan itulah surga yang kalian peroleh sebab perbuatan-perbuatan kalian. [S. az-Zuhruf: 72}
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَانَ أَخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
Barangsiapa akhir perkataannya adalah : Tada Tuhan selaian Allah maka ia masuk surga. [HR Abu Dawud dan Ahmad]
Tetapi adapula hadits-hadits nabi yang menjelaskan bahwa sebenarnya kita dapat selamat dari nerka dan masuk surga adalah semata-mata karena rahmat dari Allah SWT.
Rasulullah SAW suatu saat berkata:
لَنْ يُدْخِلْ أَحَدًا عَمَلُهُ الْحَنَّةَ
Amal seseorang itu tidak menyebakan ia masuk surga.
Para sahabat bertanya: Anda juga demikian, wahai Rasulullah ?
Beliau menjawab:
لاَ، وَلاَ أَنَا، إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا، وَلاَ يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ، إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَزْدَادَ خَيْرًا، وَإِمَّا مَسِيْئًا فَلَعَلَّهُ أنْ يَسْتَعْتِيْبَ.
Tidak, bahkan aku pun tidak (masuk surga) kecuali Allah telah meliputiku dengan anugrah dan rahmat. Maka berbuat benarlah (dengan mengikuti sunnah) dan berbuat tengah-tengah (tidak berlebihan atau sembrono). Janganlah seseorang dari kalian mengharapkan kematian, adakalanya ia adalah orang yang berbuat kebaikan, maka semoga ia bertambah kebaikannya. Dan adakala ia orang yang berbuat kejelekan, semoga ia akan mencela dirinya (bertaubah). [HR Bukhori dan Muslim].
Ayat-ayat dan hadits-hadits yang menunjukkan sesorang masuk surga karena amalnya oleh para ulama ditafsirkan dengan amal-amal yang diterima oleh Allah SWT, jadi bukan ia masuk surga bukan disebabkan oleh amal itu sendiri. Sedangkan diterima atau tidaknya amal seseorang itu tergantung atas anugrah dan rahmat Allah SWT..Dengan demikian tidak terjadi pertentangan antara ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits tersebut.
Jadi jika seseorang hanya bersandar kepada amalnya tidak bersandar kepada Allah dan rahmatnya, maka apabila ia melakukan kesalahan atau dosa terkadang dapat menyebabkan ia putus asa atau kurang berharap akan rahmat dan ampunan Allah SWT. Dan sebaliknya, jika ia banyak melakukan amal soleh terkadang menyebabkan ia menjadi takabur dan meremehkan orang lain yang tidak dapat beramal seperti ia.
Karena itulah pengarang menyatakan bahwa salah satu tanda bersandarnya seseorang kepada amalnya ialah kurangnya harapan saat ia melakukan kesalahan (dosa).
Imam al-Munawi berkata: Ahlus Sunnah wal Jama’ah berpendapat bahwa balasan Allah kepada orang yang taat adalah semata-mata anugrah dari-Nya, dan siksaan Allah kepada orang yang durhaka kepada-Nya adalah keadilan dari-Nya.
Imam ar-Rafi’i berkata: tidaklah layak bagi seseorang untuk bersandar (bergantung) kepada amalnya untuk memperoleh keselamatan dan derajat yang tinggi, karena jika ia beramal maka hal karena ia mendapatkan pertolongan dari Allah SWT dan jika ia meninggalkan maksiat hal ini karena ia mendapatkan penjagaan dari Allah SWT.
Kesimpulan:
Allah SWT memerintahkan kita untuk beramal, maka kita sebagai hambanya wajib mengerjakan tugas ini dengan sebaik-baiknya.
Balasan akan amal itu sendiri tergantung kepada Allah SWT bukan kepada diri kita atau amal kita.
Allah lah yang akan memutuskan untuk menerima atau menolak amal-amal kita, dan memasukkan kita ke dalam surga atau neraka.
Kembali ke bagian 1
Ke Maqolah 2
Al-Hikam-Maqolah 1a
Perkataan ke-1
مِنْ عَلاَمَةِ اْلإِعْتِمَادِ عَلىَ اْلعَمَلِ، نُقْصَانُ الرَّجَاءِ عِنْدَ وُجُْودِ الزَّلَلَ
Termasuk dari tanda-tanda bersandar pada amal ialah kurangnya harapan saat adanya kesalahan (dosa).
Keterangan:
Ilmu tasawuf merupakan hasil dari amal-amal yang benar dan buah dari keadaan-keadaan yang suci karena itu pengarang (Ibnu Atho-illah) memulai kitabnya dengan pembahasan tentang amal.
Para ulama berkata: Barang siapa yang beramal dengan ilmu yang ia ketahui maka Allah akan memberikan kepadanya ilmu yang ia tidak ketahui.
I’timad adalah bersandar kepada sesuatu dan cenderung kepadanya.
Sedangkan amal adalah gerakan dari tubuh atau hati.
Jika amal itu sesuai dengan syariat maka disebut ketaatan, dan jika bertentangan dengan syariat maka disebut maksiat.
Berdasarkan hadis sohih dari Umar bin al-Khottob, maka amal itu terbagi menjadi 3 macam:
1. Islam (Syari’at)
2. Iman (Thariqah)
3. Ihsan (Haqiqat)
Islam (Syariat) adalah cara agar kita dapat menyembah Allah SWT secara benar sehingga dengannya kita dapat memperbaiki keadaan-keadaan lahir (anggota tubuh) kita.
Adapun caranya memperbaiki keadaan lahir kita adalah dengan menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya, yang dapat kita jalankan dengan 3 macam cara yaitu: taubah, takwa dan istiqomah.
Iman (Thariqah) adalah cara kita agar kita dapat mengenal dan mengetahui Allah SWT sehingga kita dapat menuju ke hadapan Allah SWT sehingga kita dapat memeperbaiki hati-hati kita.
Adapun cara memperbaiki hati kita adalah dengan berusaha menghilangkan dari hati kita dari akhlak-akhlak yang tercela dan menghiasinya dengan akhlak-aklak yang terpuji, yang dapat kita jalankan dengan 3 macam cara yaitu ikhlas, jujur dan tuma’ninah (tenang).
Ihsan (Haqiqat) adalah cara agar kita dapat menyaksikan atau merasakan kehadiran Allah SWT dalam diri kita sehingga kita dapat memperbaiki jiwa kita.
Adapun cara memperbaiki jiwa kita adalah dengan merendahkan dan memecahkannya sehingga menjadi bersih dan terlatih dengan tata krama, kerendahan hati dan ahklak yang baik, yang dapat kita jalankan dengan 3 cara yaitu muroqobah (intropeksi diri), musyahadah (merasakan kehadiran Allah) dan ma’rifah (mengenal Allah)
Inilah proses atau fase yang seharusnya ditempuh seseorang dalam kehidupannya adalah Islam (syari’at) , Iman (thariqat) dan Ihsan (haqiqat).
Jika seseorang itu telah mengetahui hakekat dari Islam maka ia tidak akan mampu untuk malas dalam beramal.
Jika seseorang telah mengetahui hakekat dari Iman maka ia tidak akan memalingkan amalnya kepada selain Allah SWT.
Jika seseorang telah mengetahui hakikat dari Ihsan maka ia tidak mampu untuk berpaling (bersandar) selain kepada Allah
Inilah maqom-maqom (tingkatan) yang harus dilalui seseorang yang ingin mebersihkan jiwanya. Dan seseorang tidak boleh berpindah dari satu maqom ke maqom berikutnya kecuali ia telah menyelesaikan maqom itu dengan baik dan benar. Seseorang tidak boleh mempelajari Thariqoh jika ia belum mempelajari Syariat terlebih dahulu dan mengerjakannya yaitu dengan cara mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan bertaubah, bertaqwa.dan istiqomah. Jika ia telah membersihkan dirinya secara lahiriah maka barulah ia mulai membersihkan dirinya secara batiniah dengan mejauhkan hatinya dari akhlak yang tecela dan menghisainya dengan akhlak yag terpuji. Jika hal ini telah terlaksana dengan baik, barulah ia mulai membersihkan jiwanya dengan memperbaiki tata krama atau kesopanan saat ia berhadapan dengan Allah SWT.
Bersambung ke bagian 2
مِنْ عَلاَمَةِ اْلإِعْتِمَادِ عَلىَ اْلعَمَلِ، نُقْصَانُ الرَّجَاءِ عِنْدَ وُجُْودِ الزَّلَلَ
Termasuk dari tanda-tanda bersandar pada amal ialah kurangnya harapan saat adanya kesalahan (dosa).
Keterangan:
Ilmu tasawuf merupakan hasil dari amal-amal yang benar dan buah dari keadaan-keadaan yang suci karena itu pengarang (Ibnu Atho-illah) memulai kitabnya dengan pembahasan tentang amal.
Para ulama berkata: Barang siapa yang beramal dengan ilmu yang ia ketahui maka Allah akan memberikan kepadanya ilmu yang ia tidak ketahui.
I’timad adalah bersandar kepada sesuatu dan cenderung kepadanya.
Sedangkan amal adalah gerakan dari tubuh atau hati.
Jika amal itu sesuai dengan syariat maka disebut ketaatan, dan jika bertentangan dengan syariat maka disebut maksiat.
Berdasarkan hadis sohih dari Umar bin al-Khottob, maka amal itu terbagi menjadi 3 macam:
1. Islam (Syari’at)
2. Iman (Thariqah)
3. Ihsan (Haqiqat)
Islam (Syariat) adalah cara agar kita dapat menyembah Allah SWT secara benar sehingga dengannya kita dapat memperbaiki keadaan-keadaan lahir (anggota tubuh) kita.
Adapun caranya memperbaiki keadaan lahir kita adalah dengan menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya, yang dapat kita jalankan dengan 3 macam cara yaitu: taubah, takwa dan istiqomah.
Iman (Thariqah) adalah cara kita agar kita dapat mengenal dan mengetahui Allah SWT sehingga kita dapat menuju ke hadapan Allah SWT sehingga kita dapat memeperbaiki hati-hati kita.
Adapun cara memperbaiki hati kita adalah dengan berusaha menghilangkan dari hati kita dari akhlak-akhlak yang tercela dan menghiasinya dengan akhlak-aklak yang terpuji, yang dapat kita jalankan dengan 3 macam cara yaitu ikhlas, jujur dan tuma’ninah (tenang).
Ihsan (Haqiqat) adalah cara agar kita dapat menyaksikan atau merasakan kehadiran Allah SWT dalam diri kita sehingga kita dapat memperbaiki jiwa kita.
Adapun cara memperbaiki jiwa kita adalah dengan merendahkan dan memecahkannya sehingga menjadi bersih dan terlatih dengan tata krama, kerendahan hati dan ahklak yang baik, yang dapat kita jalankan dengan 3 cara yaitu muroqobah (intropeksi diri), musyahadah (merasakan kehadiran Allah) dan ma’rifah (mengenal Allah)
Inilah proses atau fase yang seharusnya ditempuh seseorang dalam kehidupannya adalah Islam (syari’at) , Iman (thariqat) dan Ihsan (haqiqat).
Jika seseorang itu telah mengetahui hakekat dari Islam maka ia tidak akan mampu untuk malas dalam beramal.
Jika seseorang telah mengetahui hakekat dari Iman maka ia tidak akan memalingkan amalnya kepada selain Allah SWT.
Jika seseorang telah mengetahui hakikat dari Ihsan maka ia tidak mampu untuk berpaling (bersandar) selain kepada Allah
Inilah maqom-maqom (tingkatan) yang harus dilalui seseorang yang ingin mebersihkan jiwanya. Dan seseorang tidak boleh berpindah dari satu maqom ke maqom berikutnya kecuali ia telah menyelesaikan maqom itu dengan baik dan benar. Seseorang tidak boleh mempelajari Thariqoh jika ia belum mempelajari Syariat terlebih dahulu dan mengerjakannya yaitu dengan cara mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan bertaubah, bertaqwa.dan istiqomah. Jika ia telah membersihkan dirinya secara lahiriah maka barulah ia mulai membersihkan dirinya secara batiniah dengan mejauhkan hatinya dari akhlak yang tecela dan menghisainya dengan akhlak yag terpuji. Jika hal ini telah terlaksana dengan baik, barulah ia mulai membersihkan jiwanya dengan memperbaiki tata krama atau kesopanan saat ia berhadapan dengan Allah SWT.
Bersambung ke bagian 2
Rabu, 11 Mei 2011
KISAH LUCU TENTANG MUROQOBAH
Saat membaca kata pengantar pada kitab Tanwirul Qulub tulisan Syeikh Muhammad Amin al-Kurdi al-Irbili saya menemukan suatu kisah lucu tentang pengalaman beliau yang berkaitan dengan masalah muraqabah (intropeksi diri) yang beliau alami. Hal ini terjadi saat beliau masih menjadi santri Syeikh Umar, guru beliau dari tariqah Naqsabandi.
Berikut ini adalah kisah beliau yang akan saya coba terjemahkan dengan bahasa yang sederhana.
Suatu saat datanglah seorang murid Syeikh Umar yang telah berusia lebih dari 80 tahun dan ditunjuk menjadi khalifah (pengganti) Syeikh di tempat lain. Kebetulan oleh Syeikh Umar murid ini diperintahkan untuk tidur sekamar Syeikh Muhammad Amin al-Kurdi. Kegiatan para santri saat itu adalah mereka sibuk bermujahadah (beribadah dengan sungguh-sungguh) sepanjang hari, dan jika malam hari mereka menyepi di tempat-tempat tertentu untuk beristirahat.
Saat kedatangan santri ini, maka saat datang waktu istirahat ia masuk ke kamarku dan aku pun menyangka ia akan tidur. Ternyata aku melihatnya duduk dan bermuraqabah, maka aku pun mengikutinya. Setiap saat aku mengangkat kepalaku maka aku melihatnya dalam keadaan itu, dan setiap aku merasa lelah, aku mencela diriku sendiri dan aku berkata kepadanya: "Apa kamu tidak merasa malu akan kelemahan ini dan kamu berada dalam lembaran baru umurmu dan masa-masa mudamu, dan (lihatlah) orang tua ini kekuatannya telah lemah tetapi ia masih bersemangat."
Demikianlah keadaan yang terjadi kepada kami dalam beberapa malam, aku tidak pernah beristirahat baik siang dan di malam hari.
Sampai suatu saat Syeikh Umar bertanya murid penggantinya itu: "Bagaimana bermalammu dengan al-Irbili (Syeikh Amin) ?"
Maka ia menjawab: "Capek sekali."
Syeikh bertanya: "Kenapa ?"
Ia menjawab: "Ia tidak membiarkan aku tidur, setiap kali aku mengangkat kepalaku aku melihatnya duduk bermuraqabah. Aku pun mencela diriku dan berkata kepadanya: Orang ini dalam masa mudanya lebih memerlukan tidur dan beristirahat, (tetapi) ia tidak beristirahat, dan bagaimana kamu tidur sedangkan kamu akan meninggalkan dunia dan menghadapi akhirat ?"
Maka Syeikh Umar -semoga Allah meridloinya- sambil tersenyum berkata: "Sesungguhnya ia darimu juga mengalami apa yang kamu alami darinya."
Maka hilanglah dari (hatiku) akan rasa takut.
Berikut ini adalah kisah beliau yang akan saya coba terjemahkan dengan bahasa yang sederhana.
Suatu saat datanglah seorang murid Syeikh Umar yang telah berusia lebih dari 80 tahun dan ditunjuk menjadi khalifah (pengganti) Syeikh di tempat lain. Kebetulan oleh Syeikh Umar murid ini diperintahkan untuk tidur sekamar Syeikh Muhammad Amin al-Kurdi. Kegiatan para santri saat itu adalah mereka sibuk bermujahadah (beribadah dengan sungguh-sungguh) sepanjang hari, dan jika malam hari mereka menyepi di tempat-tempat tertentu untuk beristirahat.
Saat kedatangan santri ini, maka saat datang waktu istirahat ia masuk ke kamarku dan aku pun menyangka ia akan tidur. Ternyata aku melihatnya duduk dan bermuraqabah, maka aku pun mengikutinya. Setiap saat aku mengangkat kepalaku maka aku melihatnya dalam keadaan itu, dan setiap aku merasa lelah, aku mencela diriku sendiri dan aku berkata kepadanya: "Apa kamu tidak merasa malu akan kelemahan ini dan kamu berada dalam lembaran baru umurmu dan masa-masa mudamu, dan (lihatlah) orang tua ini kekuatannya telah lemah tetapi ia masih bersemangat."
Demikianlah keadaan yang terjadi kepada kami dalam beberapa malam, aku tidak pernah beristirahat baik siang dan di malam hari.
Sampai suatu saat Syeikh Umar bertanya murid penggantinya itu: "Bagaimana bermalammu dengan al-Irbili (Syeikh Amin) ?"
Maka ia menjawab: "Capek sekali."
Syeikh bertanya: "Kenapa ?"
Ia menjawab: "Ia tidak membiarkan aku tidur, setiap kali aku mengangkat kepalaku aku melihatnya duduk bermuraqabah. Aku pun mencela diriku dan berkata kepadanya: Orang ini dalam masa mudanya lebih memerlukan tidur dan beristirahat, (tetapi) ia tidak beristirahat, dan bagaimana kamu tidur sedangkan kamu akan meninggalkan dunia dan menghadapi akhirat ?"
Maka Syeikh Umar -semoga Allah meridloinya- sambil tersenyum berkata: "Sesungguhnya ia darimu juga mengalami apa yang kamu alami darinya."
Maka hilanglah dari (hatiku) akan rasa takut.
Minggu, 10 April 2011
Kitab al-arba'in ash-shugro
Ditengah-tengah banyaknya konflik dan perselisihan yang terjadi di antara umat Islam, saya merasakan perlunya setiap muslim mengoreksi diri masing-masing apakah sesuai dengan al-Quran dan al-Hadis.
Salah satu kitab yang saya sarankan untuk dipelajari dan dikaji adalah Kitab al-Arba'in ash-Sughra karya Imam al-Baihaqi. Kitab ini berisi 115 hadis tentang akhlak dan adab yang dikumpulkan dalam 40 bab yang dapat dijadikan dasar dan pegangan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Beberapa tahun yang lalu saya membuat ringkasan kitab ini, lalu menunjukkan letaknya pada kitab-kitab hadis yang populer dan memberi komentar sederhana pada setiap hadisnya. Dan di bulan Ramadlan tahun 2008 M kitab ringkasan ini saya bacakan untuk santri Pondok Pesantren Assalam Cepu
Silahkan download kitab ini disini.
PDF DOC
Semoga bermanfaat.
Salah satu kitab yang saya sarankan untuk dipelajari dan dikaji adalah Kitab al-Arba'in ash-Sughra karya Imam al-Baihaqi. Kitab ini berisi 115 hadis tentang akhlak dan adab yang dikumpulkan dalam 40 bab yang dapat dijadikan dasar dan pegangan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Beberapa tahun yang lalu saya membuat ringkasan kitab ini, lalu menunjukkan letaknya pada kitab-kitab hadis yang populer dan memberi komentar sederhana pada setiap hadisnya. Dan di bulan Ramadlan tahun 2008 M kitab ringkasan ini saya bacakan untuk santri Pondok Pesantren Assalam Cepu
Silahkan download kitab ini disini.
PDF DOC
Semoga bermanfaat.
Sabtu, 09 April 2011
KITAB HADIS TENTANG PUASA
Pada tahun 2006 M di Pondok Pesantren Assalam Cepu saya membacakan kitab Is'afu Ahlil Iman karya seorang ulama ternama Syeikh Muhammad Hasan al-Masyath. Kitab ini berisi hadis-hadis tentang puasa yang dapat kita amalkan sehari-hari. Beliau juga menuliskan syarah (komentar) pada kitab tersebut, hanya saja kadang terlalu panjang lebar.
Mengingat pentingnya kitab ini saya menulisnya kembali, memilih komentar beliau yang menurut saya penting dan memberi tambahan komentar dari kitab-kitab yang lain yang berfaidah. Selain itu saya memberikan nomor hadis dan takhrijnya dari kitab-kitab hadis asalnya.
Saya mempelajari kitab ini di Tebuireng -Jombang dari K H Ishom Hadziq (cucu K H Hasyim Asy'ari) pada tahun 1995 M. Beliau mendengarnya dari kedua orang gurunya Syeikh Muqri Asyhari dan Sayyid Muhammad saat beliau berada di Madinah, keduanya dari pengarang kitab tersebut Syeikh Muhammad Hasan al-Masyath.
Silahkan download kitab ini disini.
PDF DOChttp://www.4shared.com/rar/rrZG0kMIba/KITAB_PUASA_DOC.html
Semoga bermanfaat.
Mengingat pentingnya kitab ini saya menulisnya kembali, memilih komentar beliau yang menurut saya penting dan memberi tambahan komentar dari kitab-kitab yang lain yang berfaidah. Selain itu saya memberikan nomor hadis dan takhrijnya dari kitab-kitab hadis asalnya.
Saya mempelajari kitab ini di Tebuireng -Jombang dari K H Ishom Hadziq (cucu K H Hasyim Asy'ari) pada tahun 1995 M. Beliau mendengarnya dari kedua orang gurunya Syeikh Muqri Asyhari dan Sayyid Muhammad saat beliau berada di Madinah, keduanya dari pengarang kitab tersebut Syeikh Muhammad Hasan al-Masyath.
Silahkan download kitab ini disini.
PDF DOChttp://www.4shared.com/rar/rrZG0kMIba/KITAB_PUASA_DOC.html
Semoga bermanfaat.
Minggu, 20 Maret 2011
Kisah Nyata Pembenci Maulud
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Saat saya membaca buku al-Hady at- Tam fi Mawarid al-Maulid an-Nabawi (hal 50-51) karya ulama terkemuka Sayyid Muhammad Ali bin Husain al-Maliki, saya menemukan suatu kisah nyata yang menarik.
Beliau menceritakan dari ayahnya Sayyid Abbas al-Maliki bahwa suatu saat beliau berada di Baitul Muqaddas (Palestina) untuk menghadiri peringatan Maulud Nabi SAW dimana saat itu dibacakan kitab Maulud al-Barzanji. Saat itulah beliau melihat seorang lelaki tua beruban yang berdiri dengan penuh tata krama mulai awal pembacaan Maulud sampai selesai. Kemudian beliau bertanya kepadanya akan perbuatannya itu. Lelaki tua itu bercerita bahwa dulu ia tidak pernah berdiri saat mendengar pembacaan Maulud dan ia memiliki keyakinan bahwa perbuatan itu adalah Bid'ah Sayyi'ah (bid'ah yang jelek). Suatu malam ia bermimpi bersama-sama sekelompok orang bersiap-siap menunggu kedatangan Nabi SAW, maka saat beliau datang maka sekelompok orang itu bangkit untuk menyambut beliau dan ia ternyata tidak mampu bangkit untuk berdiri. Rasullullah SAW berkata kepadanya: "Kamu tidak akan mampu berdiri." Saat bangun tidur ternyata ia dalam keadaan duduk dan tidak dapat berdiri. Hal ini ia alami selama satu tahun. Ia pun berjanji (bernadzar) jika sembuh dari sakitnya ia akan berdiri saat kitab Maulud mulai dibaca sampai selesai. Kemudian ternyata Allah menyembuhkannya. Ia pun selalu berdiri untuk memenuhi nadzarnya dan karena mengagungkan Nabi SAW.
Semoga kita tidak termasuk kelompok orang yang dimurkai Allah dan Rasul-Nya.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Saat saya membaca buku al-Hady at- Tam fi Mawarid al-Maulid an-Nabawi (hal 50-51) karya ulama terkemuka Sayyid Muhammad Ali bin Husain al-Maliki, saya menemukan suatu kisah nyata yang menarik.
Beliau menceritakan dari ayahnya Sayyid Abbas al-Maliki bahwa suatu saat beliau berada di Baitul Muqaddas (Palestina) untuk menghadiri peringatan Maulud Nabi SAW dimana saat itu dibacakan kitab Maulud al-Barzanji. Saat itulah beliau melihat seorang lelaki tua beruban yang berdiri dengan penuh tata krama mulai awal pembacaan Maulud sampai selesai. Kemudian beliau bertanya kepadanya akan perbuatannya itu. Lelaki tua itu bercerita bahwa dulu ia tidak pernah berdiri saat mendengar pembacaan Maulud dan ia memiliki keyakinan bahwa perbuatan itu adalah Bid'ah Sayyi'ah (bid'ah yang jelek). Suatu malam ia bermimpi bersama-sama sekelompok orang bersiap-siap menunggu kedatangan Nabi SAW, maka saat beliau datang maka sekelompok orang itu bangkit untuk menyambut beliau dan ia ternyata tidak mampu bangkit untuk berdiri. Rasullullah SAW berkata kepadanya: "Kamu tidak akan mampu berdiri." Saat bangun tidur ternyata ia dalam keadaan duduk dan tidak dapat berdiri. Hal ini ia alami selama satu tahun. Ia pun berjanji (bernadzar) jika sembuh dari sakitnya ia akan berdiri saat kitab Maulud mulai dibaca sampai selesai. Kemudian ternyata Allah menyembuhkannya. Ia pun selalu berdiri untuk memenuhi nadzarnya dan karena mengagungkan Nabi SAW.
Semoga kita tidak termasuk kelompok orang yang dimurkai Allah dan Rasul-Nya.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Selasa, 08 Maret 2011
Membaca kitab dalam HP
Bagi orang yang suka membaca kitab, kemajuan tekhnologi saat ini semakin mempermudah kesempatan untuk dapat membaca kitab dengan mudah dan murah.
Caranya
1. Siapkan hp yang memiliki fasilitas membaca teks unicode seperti nokia, sony ericcson dan yang lainnya hanya untuk hp cina biasanya tidak bisa meski ada fasilitas unicode.
2. Download kitab bentuk doc yang ingin dibaca di internet seperti saidnet, syamilla atau di akun 4shared saya (faridze).
3. Buka doc lewat komputer, lalu copy ke notepad dan simpan dalam bentuk unicode.
4. Setelah file disimpan ke kartu memori / hp, maka kitab itu dapat dibaca
Selain cara ini, ada cara kedua yaitu dengan membuat ebooknya dengan magicfbook creator
Untuk caranya telah saya buatkan satu tulisan tersendiri, silahkan didownload disini
PDF
Semoga bermanfaat
Caranya
1. Siapkan hp yang memiliki fasilitas membaca teks unicode seperti nokia, sony ericcson dan yang lainnya hanya untuk hp cina biasanya tidak bisa meski ada fasilitas unicode.
2. Download kitab bentuk doc yang ingin dibaca di internet seperti saidnet, syamilla atau di akun 4shared saya (faridze).
3. Buka doc lewat komputer, lalu copy ke notepad dan simpan dalam bentuk unicode.
4. Setelah file disimpan ke kartu memori / hp, maka kitab itu dapat dibaca
Selain cara ini, ada cara kedua yaitu dengan membuat ebooknya dengan magicfbook creator
Untuk caranya telah saya buatkan satu tulisan tersendiri, silahkan didownload disini
Semoga bermanfaat
Jumat, 04 Maret 2011
ADAB BERDEBAT (bag 3)
5. Tidak segan untuk mengatakan tidak tahu saat berdebat
Salah satu sikap yang harus kita dilakukan dalam berdebat adalah mengatakan tidak tahu jika saat itu kita memang tidak mengetahui akan permasalahan kita hadapi ditengah-tengah perdebatan.
Ingatlah kita ini tidak lebih mulya daripada malaikat yang tidak merasa malu untuk berkata tidak tahu saat ditanyai oleh Allah akan nama-nama benda yang diajarkan-Nya kepada Nabi Adam.
Allah SWT berfirman:
وَعَلَّمَ آدَمَ اْلاَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلىَ الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ اَنْبِؤُوْنِي بِاَسْمَاءِ هَؤُلاَءِ اِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ، قَالُوْا سُبْْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا، اِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
[al-Baqoroh: 32]
6. Menerima kebenaran dengan hati yang lapang.
Salah satu pertanda seseorang dikehendaki oleh Allah untuk mendapatkan kebaikan, adalah hatinya merasa lapang jika ia mendapatkan kebenaran, Dan sebaliknya, jika Allah menghendaki seseorang mendapat keburukan, maka hatinya dibuat tertutup dari kebenaran.
Allah SWT berfriman:
فَمَنْ يُرِدِ اللهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلاَمِ، وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَدُ فِى السَّمَاءِ
Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit.
[al-An’am: 125]
Jangan kita termasuk dalam kelompok yang dicela Allah karena tertutup hatinya dan tersumbat telinganya saat menerima kebenaran.
Allah SWT berfirman:
وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ، وَجَعَلْنَا عَلىَ قُلُوْبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوْهُ وَفِى آَذَانِهِمْ وَقْرًا، وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ اَيَةٍ لاَ يُؤْمِنُوْا بِهَا
Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkani (bacaan)mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan) sumbatan di telinganya. Dan jikapun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya
[al-An’am: 25]
7. Berpaling dari orang dari yang tidak menerima kebenaran
Jika orang yang kita ajak berdebat tidak mau menerima kebenaran yang telah jelas, maka sebaiknya perdebatan itu kita hentikan dan tidak ada gunanya untuk diteruskan.
Karena ia termasuk orang yang tidak dikehendaki oleh Allah SWT untuk mendapatkan petunjuk. Dan jika kita teruskan maka akibatnya akan dapat menimbulkan pertengkaran atau permusuhan.
Allah SWT berfirman:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ
Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.
[al-A’raf: 199].
Ingatlah yang dapat memberi petunjuk ke jalan kebenaran adalah Allah, sedangkan kita hanya diperintahkan untuk menyampaikannya tanpa pemaksaan atau kekerasan.
Allah SWT befriman:
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللهُ يَهْدِى مَنْ يَشَاءُ
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya.
[al-Baqoroh: 272]
8. Mendoakan orang yang diajak diskusi agar mendapatkan kebenaran.
Usaha terakahir yang dapat kita lakukan jika orang yang kita ajak berdebat tetap tidak mau menerima kebenaran adalah mendoakannya agar mendapat petunjuk dari Allah SWT.
Ikutilah jejak Nabi Syu’aib yang mendoakan kebaikan kepada kaumnya saat beliau berdebat dengan kaumnya dan mereka tidak mau menerima kebenaran.
Allah SWT berfirman:
رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ
Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.
[al-A’raf :89]
Demikian sedikit ilmu yang dapat saya bagikan semoga bermanfaat.
Ke Bagian 1
Ke Bagian 2
Salah satu sikap yang harus kita dilakukan dalam berdebat adalah mengatakan tidak tahu jika saat itu kita memang tidak mengetahui akan permasalahan kita hadapi ditengah-tengah perdebatan.
Ingatlah kita ini tidak lebih mulya daripada malaikat yang tidak merasa malu untuk berkata tidak tahu saat ditanyai oleh Allah akan nama-nama benda yang diajarkan-Nya kepada Nabi Adam.
Allah SWT berfirman:
وَعَلَّمَ آدَمَ اْلاَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلىَ الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ اَنْبِؤُوْنِي بِاَسْمَاءِ هَؤُلاَءِ اِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ، قَالُوْا سُبْْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا، اِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
[al-Baqoroh: 32]
6. Menerima kebenaran dengan hati yang lapang.
Salah satu pertanda seseorang dikehendaki oleh Allah untuk mendapatkan kebaikan, adalah hatinya merasa lapang jika ia mendapatkan kebenaran, Dan sebaliknya, jika Allah menghendaki seseorang mendapat keburukan, maka hatinya dibuat tertutup dari kebenaran.
Allah SWT berfriman:
فَمَنْ يُرِدِ اللهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلاَمِ، وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَدُ فِى السَّمَاءِ
Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit.
[al-An’am: 125]
Jangan kita termasuk dalam kelompok yang dicela Allah karena tertutup hatinya dan tersumbat telinganya saat menerima kebenaran.
Allah SWT berfirman:
وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ، وَجَعَلْنَا عَلىَ قُلُوْبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوْهُ وَفِى آَذَانِهِمْ وَقْرًا، وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ اَيَةٍ لاَ يُؤْمِنُوْا بِهَا
Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkani (bacaan)mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan) sumbatan di telinganya. Dan jikapun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya
[al-An’am: 25]
7. Berpaling dari orang dari yang tidak menerima kebenaran
Jika orang yang kita ajak berdebat tidak mau menerima kebenaran yang telah jelas, maka sebaiknya perdebatan itu kita hentikan dan tidak ada gunanya untuk diteruskan.
Karena ia termasuk orang yang tidak dikehendaki oleh Allah SWT untuk mendapatkan petunjuk. Dan jika kita teruskan maka akibatnya akan dapat menimbulkan pertengkaran atau permusuhan.
Allah SWT berfirman:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ
Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.
[al-A’raf: 199].
Ingatlah yang dapat memberi petunjuk ke jalan kebenaran adalah Allah, sedangkan kita hanya diperintahkan untuk menyampaikannya tanpa pemaksaan atau kekerasan.
Allah SWT befriman:
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللهُ يَهْدِى مَنْ يَشَاءُ
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya.
[al-Baqoroh: 272]
8. Mendoakan orang yang diajak diskusi agar mendapatkan kebenaran.
Usaha terakahir yang dapat kita lakukan jika orang yang kita ajak berdebat tetap tidak mau menerima kebenaran adalah mendoakannya agar mendapat petunjuk dari Allah SWT.
Ikutilah jejak Nabi Syu’aib yang mendoakan kebaikan kepada kaumnya saat beliau berdebat dengan kaumnya dan mereka tidak mau menerima kebenaran.
Allah SWT berfirman:
رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ
Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.
[al-A’raf :89]
Demikian sedikit ilmu yang dapat saya bagikan semoga bermanfaat.
Ke Bagian 1
Ke Bagian 2
ADAB BERDEBAT (bag 2)
Berikut ini adalah beberapa adab yang perlu kita diperhatikan saat kita akan berdebat atau berdiskusi:
1. Meluruskan niat saat berdebat
Jika kita akan berdebat, pastikan terlebih dahulu bahwa niat kita benar-benar ikhlas karena Allah SWT dan karena ingin memperoleh kebenaran, bukan didasari oleh riya, sombong atau keinginan untuk mengalahkan musuh kita.
Allah SWT berfirman:
وَمَا اُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus
[al-Bayyinah: 5]
Ingatlah bahwa perdebatan kita akan mendapat pahala atau dosa itu sangat tergantung kepada niat kita saat akan berdebat.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan itu tegantung niatnya, dan bagi setiap orang (dari perbuatan-perbuatan itu) apa yang telah ia niatkan.
(Hadis Sohih. Riwayat al-Bukhori dan Muslim)
2. Memastikan memiliki ilmu tentang apa yang diperdebatkan
Sebelum berdebat kita harus merasa yakin telah memiliki ilmu yang benar akan perkara yang sedang diperdebatkan. Janganlah kita berdebat tentang sesuatu yang kita sendiri tidak yakin memiliki ilmu akan masalah tersebut.
Ingatlah bahwa di hari akhir semua perbuatan kita akan dimntai pertanggung jawaban oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ، إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُوْلاً
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
[al-Isra: 36]
Janganlah kita termasuk dalam kelompok orang yang yang dicela oleh Allah SWT karena mengikuti jejak langkah syaitan.
Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوْءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُوْلُوْا عَلىَ اللهِ مَا لاَ تَعْلَمَوُنَ
Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.
[al-Baqoroh: 169]
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ جَادَلَ فِى خُصُوْمَةٍ بِغَيرِ عِلْمِ لَمْ يَزَلْ فِى سَخَطِ اللهِ حَتىَّ يَنْزِعَ
Barang siapa berdebat dalam suatu permusuhan tanpa ilmu maka ia senantiasa berada dalam kemarahan Allah sampai ia selesai.
(Hadis ini disohihkan oleh as-Suyuti dalam al-Jamiush Shogir, akan tetapi dianggap lemah oleh al-Iraqi dan al-Munawi dalam Faidul Qodir)
3. Bersikap obyektif dan menjauhkan diri dari sikap fanatik (ta’assub)
Untuk dapat memperoleh kebenaran sikap obyektif ini sangat diperlukan.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِىْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاِء وَالْمُنْكَرِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
[an-Nahl; 90]
Jauhkanlah sikap fanatik dan kesombongan suatu kelompok (madhzab) yang dapat menghalangi hati kita untuk memperoleh kebenaran.
Allah SAW berfirman:
سَأَصْرِفُ أَنْ آيَاتِيَ الَّذِيْنَ يَتَكَبَّرُوْنَ فِى اَلاََرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ، وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لاَ يُؤْمِنُوا بِهَا، وَإِنْ يَرَوْا سَبِيْلَ الرُّشْدِ لاَ يَتَّخِذُوْهُ سَبِيْلاً، وَإِنْ يَرَوْا سَبِيْلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوْهَ سَبِيْلاً
Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya.
[al-A’raf: 146]
4. Memilih kata-kata yang baik saat berdebat.
Saat berdebat, pilihlah kata-kata yang baik dan tidak menyinggung perasaan. Hindarilah kata-kata yang jelek, keji dan melukai hati.
Allah SWT berfirman :
اُدْعُ إِلىَ سَبِيْلِ رَبِّك بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَ الْحَسَنَةِ، وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِى هِيَ أَحْسَنُ، إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk
[an-Nahl: 125]
Ingatlah orang yang kita hadapi meski ia tidak baik tetapi tidaklah mungkin ia lebih buruk daripada Fir’aun.
Ingatlah pesan Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun saat mereka berdua diperintahkan untuk menemui Fir’aun.
فَقُوْلاَ لَهُ قَوْلاً لَيِّناً لَعَلَّهُ يَتَذَّكَرُ أَوْ يَخْشَى
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.
[Thoha: 44]:
Ingatlah pesan Rasullullah SAW:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلاَخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Barang siap beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata dengan baik atau diamlah.
(Hadis Sohih, diriwiyatkan al-Bukhori dan Muslim)
Terlebih lagi jika yang kita hadapi adalah sesama umat Islam, maka kita harus benar-benar menjaga lidah dan perbuatan kita agar tidak sampai menyakitinya.
Ingatlah pesan Allah dan Rasul-Nya kepada kita:
Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا الْمُوْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu
[al-Hujuraat: 10]
Rasulullah SAW bersabda:
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Orang Islam (yang sempurna) itu adalah orang yang membuat orang-orang Islam yang lain selamat dari lidahnya dan tangannya.
(Hadis Sohih, diriwayatkan al-Bukhori dan Muslim)
Bersambung ke bagian 3
Ke Bagian 1
1. Meluruskan niat saat berdebat
Jika kita akan berdebat, pastikan terlebih dahulu bahwa niat kita benar-benar ikhlas karena Allah SWT dan karena ingin memperoleh kebenaran, bukan didasari oleh riya, sombong atau keinginan untuk mengalahkan musuh kita.
Allah SWT berfirman:
وَمَا اُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus
[al-Bayyinah: 5]
Ingatlah bahwa perdebatan kita akan mendapat pahala atau dosa itu sangat tergantung kepada niat kita saat akan berdebat.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan itu tegantung niatnya, dan bagi setiap orang (dari perbuatan-perbuatan itu) apa yang telah ia niatkan.
(Hadis Sohih. Riwayat al-Bukhori dan Muslim)
2. Memastikan memiliki ilmu tentang apa yang diperdebatkan
Sebelum berdebat kita harus merasa yakin telah memiliki ilmu yang benar akan perkara yang sedang diperdebatkan. Janganlah kita berdebat tentang sesuatu yang kita sendiri tidak yakin memiliki ilmu akan masalah tersebut.
Ingatlah bahwa di hari akhir semua perbuatan kita akan dimntai pertanggung jawaban oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ، إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُوْلاً
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
[al-Isra: 36]
Janganlah kita termasuk dalam kelompok orang yang yang dicela oleh Allah SWT karena mengikuti jejak langkah syaitan.
Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوْءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُوْلُوْا عَلىَ اللهِ مَا لاَ تَعْلَمَوُنَ
Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.
[al-Baqoroh: 169]
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ جَادَلَ فِى خُصُوْمَةٍ بِغَيرِ عِلْمِ لَمْ يَزَلْ فِى سَخَطِ اللهِ حَتىَّ يَنْزِعَ
Barang siapa berdebat dalam suatu permusuhan tanpa ilmu maka ia senantiasa berada dalam kemarahan Allah sampai ia selesai.
(Hadis ini disohihkan oleh as-Suyuti dalam al-Jamiush Shogir, akan tetapi dianggap lemah oleh al-Iraqi dan al-Munawi dalam Faidul Qodir)
3. Bersikap obyektif dan menjauhkan diri dari sikap fanatik (ta’assub)
Untuk dapat memperoleh kebenaran sikap obyektif ini sangat diperlukan.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِىْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاِء وَالْمُنْكَرِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
[an-Nahl; 90]
Jauhkanlah sikap fanatik dan kesombongan suatu kelompok (madhzab) yang dapat menghalangi hati kita untuk memperoleh kebenaran.
Allah SAW berfirman:
سَأَصْرِفُ أَنْ آيَاتِيَ الَّذِيْنَ يَتَكَبَّرُوْنَ فِى اَلاََرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ، وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لاَ يُؤْمِنُوا بِهَا، وَإِنْ يَرَوْا سَبِيْلَ الرُّشْدِ لاَ يَتَّخِذُوْهُ سَبِيْلاً، وَإِنْ يَرَوْا سَبِيْلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوْهَ سَبِيْلاً
Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya.
[al-A’raf: 146]
4. Memilih kata-kata yang baik saat berdebat.
Saat berdebat, pilihlah kata-kata yang baik dan tidak menyinggung perasaan. Hindarilah kata-kata yang jelek, keji dan melukai hati.
Allah SWT berfirman :
اُدْعُ إِلىَ سَبِيْلِ رَبِّك بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَ الْحَسَنَةِ، وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِى هِيَ أَحْسَنُ، إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk
[an-Nahl: 125]
Ingatlah orang yang kita hadapi meski ia tidak baik tetapi tidaklah mungkin ia lebih buruk daripada Fir’aun.
Ingatlah pesan Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun saat mereka berdua diperintahkan untuk menemui Fir’aun.
فَقُوْلاَ لَهُ قَوْلاً لَيِّناً لَعَلَّهُ يَتَذَّكَرُ أَوْ يَخْشَى
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.
[Thoha: 44]:
Ingatlah pesan Rasullullah SAW:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلاَخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Barang siap beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata dengan baik atau diamlah.
(Hadis Sohih, diriwiyatkan al-Bukhori dan Muslim)
Terlebih lagi jika yang kita hadapi adalah sesama umat Islam, maka kita harus benar-benar menjaga lidah dan perbuatan kita agar tidak sampai menyakitinya.
Ingatlah pesan Allah dan Rasul-Nya kepada kita:
Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا الْمُوْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu
[al-Hujuraat: 10]
Rasulullah SAW bersabda:
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Orang Islam (yang sempurna) itu adalah orang yang membuat orang-orang Islam yang lain selamat dari lidahnya dan tangannya.
(Hadis Sohih, diriwayatkan al-Bukhori dan Muslim)
Bersambung ke bagian 3
Ke Bagian 1
ADAB BERDEBAT (bag 1)
Perdebatan atau diskusi sering tejadi di sekeliling kita baik itu dalam masalah agama, politik, pendidikan dan lain sebagainya. Di tambah lagi dengan kehadiran berbagai media seperti televisi, radio, dan internet semakin ramailah perdebatan atau diskusi yang kita lihat. Hanya sayangnya, banyak di antara kita yang kurang memperhatikan kesopanan atau adab saat berdebat atau berdiskusi, sehingga kadang-kadang ada kalimat-kalimat yang tidak pantas bahkan keji yang tidak layak keluar dari kita sebagai orang Islam.
Karena itu, perkenankanlah saya dengan keterbatasan ilmu saya untuk mencoba menjelaskan adab-adab yang selayaknya kita perhatikan saat berdebat atau berdiskusi.
Sebelum kita memulainya, alangkah baiknya jika kita mengetahui sebenarnya perdebatan itu ada 2 macam:
• Perdebatan untuk menetapkan perkara yang benar (haq)
Tanda-tandanya:
Jika orang yang berdebat mendapat kebenaran maka hatinya akan terbuka dan ia menyatakan kekeliruannya.
Hukumnya:
Perdebatan semacam ini dipuji dalam agama, dan inilah yang dilakukan oleh umat Islam terbaik di masa-masa pertama, dan dilakukan oleh para ulama.
• Perdebatan untuk menentang musuhnya dan mengalahkannya.
Tanda-tandanya:
Jika kebenaran itu muncul dari musuhnya maka ia tidak menerimanya, bahkan ia memberikan masalah-masalah agar membuatnya musuhnya ragu atau kebingungan.
Hukumnya:
Perdebatan semacam ini dicela oleh agama, bahkan perdebatan semacam inilah yang menyebabkan kaum-kaum sebelum Islam menjadi tersesat.
Jadi sebelum kita berdebat atau berdiskusi hendaklah kita berfikir dan merenung temasuk dalam kelompok manakah perdebatan kita ini ?
Bersambung ke bagian ke 2
Ke Bagian 3
Karena itu, perkenankanlah saya dengan keterbatasan ilmu saya untuk mencoba menjelaskan adab-adab yang selayaknya kita perhatikan saat berdebat atau berdiskusi.
Sebelum kita memulainya, alangkah baiknya jika kita mengetahui sebenarnya perdebatan itu ada 2 macam:
• Perdebatan untuk menetapkan perkara yang benar (haq)
Tanda-tandanya:
Jika orang yang berdebat mendapat kebenaran maka hatinya akan terbuka dan ia menyatakan kekeliruannya.
Hukumnya:
Perdebatan semacam ini dipuji dalam agama, dan inilah yang dilakukan oleh umat Islam terbaik di masa-masa pertama, dan dilakukan oleh para ulama.
• Perdebatan untuk menentang musuhnya dan mengalahkannya.
Tanda-tandanya:
Jika kebenaran itu muncul dari musuhnya maka ia tidak menerimanya, bahkan ia memberikan masalah-masalah agar membuatnya musuhnya ragu atau kebingungan.
Hukumnya:
Perdebatan semacam ini dicela oleh agama, bahkan perdebatan semacam inilah yang menyebabkan kaum-kaum sebelum Islam menjadi tersesat.
Jadi sebelum kita berdebat atau berdiskusi hendaklah kita berfikir dan merenung temasuk dalam kelompok manakah perdebatan kita ini ?
Bersambung ke bagian ke 2
Ke Bagian 3
Rabu, 23 Februari 2011
Ramalan Kepribadian
Beberapa waktu yang lalu saya secara main-main mencetak beberapa ramalan kepribadian santri-santri Madrasah Diniyyah Assalam Cepu dengan program Horoskop yang saya dapatkan secara tidak sengaja di internet.
Ternyata para santri antusias menanggapinya bahkan akhirnya banyak yang minta diramalkan kepribadiannya.
Saya harap anda tidak percaya 100 % dengan ramalan ini, meski demikian program ramalan ini dapat dijadikan hiburan yang cukup menyenangkan dan menarik setelah sibuk belajar atau bekerja.
Selain meramal kepribadian, program ini memiliki fasilitas yang lain seperti mencari jodoh yang cocok, mencari pelaku kejahatan, tafsir mimpi dan lain-lain.
Silahkan di download disini
HOROSKOP (785 Kb)
Download pula
Primbon Ramalan Jodoh (25 Kb)
Ternyata para santri antusias menanggapinya bahkan akhirnya banyak yang minta diramalkan kepribadiannya.
Saya harap anda tidak percaya 100 % dengan ramalan ini, meski demikian program ramalan ini dapat dijadikan hiburan yang cukup menyenangkan dan menarik setelah sibuk belajar atau bekerja.
Selain meramal kepribadian, program ini memiliki fasilitas yang lain seperti mencari jodoh yang cocok, mencari pelaku kejahatan, tafsir mimpi dan lain-lain.
Silahkan di download disini
HOROSKOP (785 Kb)
Download pula
Primbon Ramalan Jodoh (25 Kb)
Kamis, 10 Februari 2011
Nahdlatul Ulama (03)
5. Kronologi Sejarah NU
1926
31 Januari, NU terbentuk
21-23 September. Muktamar NU ke-1 di Surabaya
Terbentuknya Jam'iyyatun Nasihiin (kumpulan muballigh
1927
9-11 Oktober, Muktamar NU ke-2 di Surabaya
1928
28-30 September, Miktamar NU ke-3 di Surabaya
Pembentukan Lajnatun Nashihin, komisi propaganda untuk menyiarkan NU ke berbagai daerah
1929
17-20 September, Mukatamar NU ke-4. di Semarang, Jawa Tengah
Mendirikan koperasi serba ada (Cooperatie Kaum Muslimin/CKM)
1930
6 Pebruari, mendapat pengakuan resmi dari pemerintah Belanda yang ditulis dalam 'Besluit Rechtpersoon no. IX'
7-10 September, Muktamar NU ke-5. di Pekalongan
Mendirikan Lajnah Waqfiyyah (komite wakaf) di setiap cabang NU untuk mengurus harta wakaf dan harta lainnya untuk kepentingan NU
1931
29 Agustus, Muktamar NU ke-6, di Cirebon
1932
9 Agustus. Muktamar NU ke-7, di Bandung
1933
7 Mei. Muktamar NU ke-8, di Jakarta
1934
21-26 April, Muktmar NU ke-9, di Banyuwangi, dengan pembaharuan mekanisme, pemisahan sidang antara Syuriah dan Tanfidziyah
Penbentukan Anshor Nahdatoel Oelama (ANO) sebagai wadah pemuda
1935
13-18 April, Muktamar NU ke-10, di Sala
1936
8-12 Juli, Muktamar NU ke-11, di Banjarmasin
1937
20-24 Juni, Muktamar NU ke-12, di Malang
1938
11-16 Juli, Muktamar NU ke-13, di Banten\
Membentuk Ma'arif, badan otonom untuk mengembangkan pendiikan NU
Membentuk "Nahdatoel Oelama Bahagian Muslimat (NOM)" untuk mendidik dan mengembangkan kaum muslimat
1939
15-21 Juli, Muktamar NU ke-14, Magelang
Masuk menjadi anggota Al-Majlisul Islami 'Ala Indonesia (MIAI), yaitu badan federasi perkumpulan Islam
1940
9 Pebruari, Muktamar NU ke-15, di Surabaya
1941
Rais Akbar NU KH. Hasyim Asy'ari dan Ketua Hoofdbestuur NU KH> Mahfudz Shiddiq dipenjara Jepang selama 4 bulan
1942
18 Agustus, KH Hasyim dibebaskan dari penjara
1943
bersama dengan Muhammadiyah membentuk Majlis Syuro MusliminIndonesia (Masyumi) sebagai badan federasi organisasi Islam menggantikan MIAI
1944
Membentuk Hizbullah dan Sabilillah, untuk melatih santri menjadi tentara
1945
21-22 Oktober, Pertemuan para konsul PBNU se-Jawa dan Madura yang mengeluarkan Resolusi Jihad bahwa bertempur melawan tentara sekutu (NICA) adalah fardlu 'ain bagi tiap orang Islam
7-8 Nopember, Kongres Masyumi yang memutuskan menjadi partai politik
1946
26-29 Maret, Muktamar NU ke-16, di Purwokerto
1947
25 Juli, KH. Hasyim Asy'ari wafat
Membentuk biro politik NU untuk menyelsaikan kasus NU dan MASYUMI
1950
30 April-3 Mei, Muktamar NU ke-18, di Jakarta memutuskan keluar dari
Masyumi dan mengangkat KH. Abdul Wahab Hasbullah sebagai Rais Akbar NU
Membentuk Fatayat NU, yaitu organisasi remaja wanita NU
1951
Muktamar NU ke-19, di Palembang, memutuskan NU menjadi partai Politik
Bersama dengan PSII dan PERTI membentuk Liga MusliminIndonesia
1954
8-13 September, Muktamar NU ke-20 di Surabaya
Mengukuhkan Kepala Negara RI sebagai Waliyul Amri Dlaruri Bisysyaukah (Pemegang kekuasaaan Negara darurat)
1955
NU menjadi pemenang pemilu nomor empat setelah MASYUMI dan PNI
1956
Desember, Muktamar NU ke-21, di Medan
1957
9-10 Sidang pleno NU bersama konsul-konsul NU se-Indonesia, membicarakan khususnya gagasan Presiden Sukarno membentuk Dewan Nasional
19 Maret, Konferensi Besar Syuriah NU, di Surabaya
1959
14-18 Desember, Muktamar NU ke-22, di Jakarta
1960
18-22 April, Konferensi Besar Pengurus Besar Suriyah NU ke-1, di Surabaya
1961
15 April, presiden Sukarno menetapkan keputusan bahwa hanya ada 8 partai politik yang berhak hidup, salah satunya adalah NU
11-13 Oktober, Konferensi Besar Pengurus Besar Suriyah NU ke-2, di Jakarta
1962
25-29 Desember, Muktamar NU ke-23, di Solo
1971
20-25 Desember, Muktamar NU ke-25, di Surabaya
1973
NU. Parmusi, PSSI, dan Perti bergabung dalam satu wadah yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
1979
5-11 Juni. Muktamar NU ke-26, di Semarang, salah satu agendanya membahas perubahan AD/ART NU dari parpol menjadi jam’iyah diniyyah\
1981
30 Agustus, Munas Alim Ulama, di Kaliurang.Yogyakarta
1983
21 Desember. Munas Alim Ulama, di Situbondo memutuskan kembali ke Khittah 1926, artinya kembali melestarikan paham keulamaannya
1984
8-12 Desember, Muktamar NU ke-27
1987
15-18 Nopember, Munas Alim Ulama NU, di Cilacap
1989
25-28 Nopember, Muktamar NU ke-28, di Krapyak,Yogyakarta
1992
21-25 Januari, Munas Alim Ulama NU, di Bandar Lampung
1994
4 Desember, Muktamar NU ke-29, di TasikMalaya
1997
17-20 Nopember, Munas NU, di Lombok, Nusa Tenggara Barat
1999
21-27 Nopember, Muktamar NU ke-30, di Lirboyo,Kediri
1926
31 Januari, NU terbentuk
21-23 September. Muktamar NU ke-1 di Surabaya
Terbentuknya Jam'iyyatun Nasihiin (kumpulan muballigh
1927
9-11 Oktober, Muktamar NU ke-2 di Surabaya
1928
28-30 September, Miktamar NU ke-3 di Surabaya
Pembentukan Lajnatun Nashihin, komisi propaganda untuk menyiarkan NU ke berbagai daerah
1929
17-20 September, Mukatamar NU ke-4. di Semarang, Jawa Tengah
Mendirikan koperasi serba ada (Cooperatie Kaum Muslimin/CKM)
1930
6 Pebruari, mendapat pengakuan resmi dari pemerintah Belanda yang ditulis dalam 'Besluit Rechtpersoon no. IX'
7-10 September, Muktamar NU ke-5. di Pekalongan
Mendirikan Lajnah Waqfiyyah (komite wakaf) di setiap cabang NU untuk mengurus harta wakaf dan harta lainnya untuk kepentingan NU
1931
29 Agustus, Muktamar NU ke-6, di Cirebon
1932
9 Agustus. Muktamar NU ke-7, di Bandung
1933
7 Mei. Muktamar NU ke-8, di Jakarta
1934
21-26 April, Muktmar NU ke-9, di Banyuwangi, dengan pembaharuan mekanisme, pemisahan sidang antara Syuriah dan Tanfidziyah
Penbentukan Anshor Nahdatoel Oelama (ANO) sebagai wadah pemuda
1935
13-18 April, Muktamar NU ke-10, di Sala
1936
8-12 Juli, Muktamar NU ke-11, di Banjarmasin
1937
20-24 Juni, Muktamar NU ke-12, di Malang
1938
11-16 Juli, Muktamar NU ke-13, di Banten\
Membentuk Ma'arif, badan otonom untuk mengembangkan pendiikan NU
Membentuk "Nahdatoel Oelama Bahagian Muslimat (NOM)" untuk mendidik dan mengembangkan kaum muslimat
1939
15-21 Juli, Muktamar NU ke-14, Magelang
Masuk menjadi anggota Al-Majlisul Islami '
1940
9 Pebruari, Muktamar NU ke-15, di Surabaya
1941
Rais Akbar NU KH. Hasyim Asy'ari dan Ketua Hoofdbestuur NU KH> Mahfudz Shiddiq dipenjara Jepang selama 4 bulan
1942
18 Agustus, KH Hasyim dibebaskan dari penjara
1943
bersama dengan Muhammadiyah membentuk Majlis Syuro Muslimin
1944
Membentuk Hizbullah dan Sabilillah, untuk melatih santri menjadi tentara
1945
21-22 Oktober, Pertemuan para konsul PBNU se-Jawa dan Madura yang mengeluarkan Resolusi Jihad bahwa bertempur melawan tentara sekutu (NICA) adalah fardlu 'ain bagi tiap orang Islam
7-8 Nopember, Kongres Masyumi yang memutuskan menjadi partai politik
1946
26-29 Maret, Muktamar NU ke-16, di Purwokerto
1947
25 Juli, KH. Hasyim Asy'ari wafat
Membentuk biro politik NU untuk menyelsaikan kasus NU dan MASYUMI
1950
30 April-3 Mei, Muktamar NU ke-18, di Jakarta memutuskan keluar dari
Masyumi dan mengangkat KH. Abdul Wahab Hasbullah sebagai Rais Akbar NU
Membentuk Fatayat NU, yaitu organisasi remaja wanita NU
1951
Muktamar NU ke-19, di Palembang, memutuskan NU menjadi partai Politik
Bersama dengan PSII dan PERTI membentuk Liga Muslimin
1954
8-13 September, Muktamar NU ke-20 di Surabaya
Mengukuhkan Kepala Negara RI sebagai Waliyul Amri Dlaruri Bisysyaukah (Pemegang kekuasaaan Negara darurat)
1955
NU menjadi pemenang pemilu nomor empat setelah MASYUMI dan PNI
1956
Desember, Muktamar NU ke-21, di Medan
1957
9-10 Sidang pleno NU bersama konsul-konsul NU se-Indonesia, membicarakan khususnya gagasan Presiden Sukarno membentuk Dewan Nasional
19 Maret, Konferensi Besar Syuriah NU, di Surabaya
1959
14-18 Desember, Muktamar NU ke-22, di Jakarta
1960
18-22 April, Konferensi Besar Pengurus Besar Suriyah NU ke-1, di Surabaya
1961
15 April, presiden Sukarno menetapkan keputusan bahwa hanya ada 8 partai politik yang berhak hidup, salah satunya adalah NU
11-13 Oktober, Konferensi Besar Pengurus Besar Suriyah NU ke-2, di Jakarta
1962
25-29 Desember, Muktamar NU ke-23, di Solo
1971
20-25 Desember, Muktamar NU ke-25, di Surabaya
1973
NU. Parmusi, PSSI, dan Perti bergabung dalam satu wadah yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
1979
5-11 Juni. Muktamar NU ke-26, di Semarang, salah satu agendanya membahas perubahan AD/ART NU dari parpol menjadi jam’iyah diniyyah\
1981
30 Agustus, Munas Alim Ulama, di Kaliurang.
1983
21 Desember. Munas Alim Ulama, di Situbondo memutuskan kembali ke Khittah 1926, artinya kembali melestarikan paham keulamaannya
1984
8-12 Desember, Muktamar NU ke-27
1987
15-18 Nopember, Munas Alim Ulama NU, di Cilacap
1989
25-28 Nopember, Muktamar NU ke-28, di Krapyak,
1992
21-25 Januari, Munas Alim Ulama NU, di Bandar Lampung
1994
4 Desember, Muktamar NU ke-29, di Tasik
1997
17-20 Nopember, Munas NU, di Lombok, Nusa Tenggara Barat
1999
21-27 Nopember, Muktamar NU ke-30, di Lirboyo,
Kembali ke Bagian 1
Kembali ke Bagian 2
Langganan:
Postingan (Atom)